Chapter 10

3.8K 140 7
                                    

Kai dan Kina sekarang sedang berjalan kaki kearah taman dekat sekolah. Setelah pembelajaran selesai mereka memutuskan untuk kesana.

Sebenarnya ke taman adalah ide Kai dan untungnya Kina menyetujui.

Kendaraan mereka disimpan diparkiran sekolah, dan memutuskan jalan kaki ke taman karna ingin merasakan udara sore.

Dijalan menuju taman seperti biasa Kina membaca buku sambil berjalan, tapi bedanya Kina tidak memakai earphone.

Kai memperhatikan Kina yang fokus pada buku. Betapa seriusnya Kina saat sedang membaca buku dan tidak menghiraukan keadaan sekitar.

Entah kenapa Kai merasa Kina saat sedang fokus dengan bukunya itu sangat menggemaskan. Mukanya yang berwajah serius seakan-akan sedang membaca undang-undang negara.

"Nay"

Kina berdeham menjawab panggilan Kai tanpa menoleh.

"Kenapa lo sesuka itu sama buku?"

Menutup bukunya, Kina berpikir sejenak lalu menatap Kai. "Sederhananya buku bisa mengalihkan sejenak segala pikiran pikiran yang ada di otak gue.

Dan selain itu buku adalah jembatan ilmu kan?, gue dapet wawasan luas karna baca buku." Lanjutnya.

"Emang pikiran pikiran apa yang buat lo butuh sama buku."

"Mikirin masa depan." Kina tertawa kecil mendengar jawabannya sendiri.

Kai mengernyit mendengar jawaban Kina, Kina yang melihat kernyitan diwajah Kai hanya tersenyum.

"Setiap orang selalu berpikir kan? Begitupun gue. Ya mungkin gue terlalu banyak berpikir sampe hal hal burukpun gue pikirin. Jadi gue mengalihkan ke buku, selain karna buku bisa mengalihkan sejenak dari segala pikirin diotak gue, gue juga suka buku jadi ya enjoy"

"Ga semua orang cara pengalihan nya ke buku, banyak cara. Tapi kadang ada yang pakai cara kurang sehat. Jadi yah gitu pokonya, bingung gue." Ucap Kina untuk pertama kalinya berkata panjang lebar, lalu dia kembali menatap kearah depan, tapi tidak melanjutkan acara membacanya.

"Oooh" Kai mengangguk anggukan kepalanya mengerti.

"Lo sekarang kalo jawab selalu panjang kali lebar Nay, gue suka."

Kina dengan cepat mengalihkan pandangannya kearah Kai, matanya melotot.

"Biasa aja kali Kinaya gaperlu melotot gitu" Kai tertawa.

"Aneh."

"Lo lebih aneh lagi Nay. "

"Sialan!"

"Hahahahaha"

"Ekhem, anyway gak lama lagi kita lulus lo mau lanjut kuliah dimana dan ambil jurusan apa?"

Mendengar pertanyaan Kai, Kina langsung menghentikan jalannya.

"Kenapa, ko berhenti jalannya?"

"Gue gatau."

"Gatau apa?"

"Gue gatau mau kuliah dimana dan ambil jurusan apa, gue bingung."

"Kenapa bingung? Lo tinggal pilih jurusan yang lo suka aja."

"Gue bingung takut salah pilih jalan yang gue tempuh Kai. Pilih jurusan yang gue suka ngga menjamin kedepannya."

"Pasti menjaminlah Nay. Kalo lo suka sama jurusan itu selain lo enjoy ngejalaninnya setelah lulus lo pasti tau kedepannya lo mau apa. Jangan mikirin hal yang belum terjadi Kinaya."

Kina menghela nafas panjang. "Gue juga bingung apa yang gue suka."

"Lo suka buku kan?, kenapa ngga ambil jurusan yang bersangkutan dengan buku. Kaya misalnya sastra Indonesia mungkin."

"Gabakalan di ijinin. Mereka mikirnya kalo gue pilih jurusan yang gue suka, nanti kedepannya gak jelas. Apalagi kalo jurusan yang bersangkutan sama buku, karna mikir buku hanya sekedar hobby bisa aja sewaktu-waktu berubah."

"Menurut gue lo suka buku, tapi suka melebihi hobby. Karna gue liat lo baca buku bukan cuma diwaktu luang aja."

"Coba dulu aja manfaatin apa yang lo suka sekarang. Kalo belum yakin sama jurusan yang bersangkutan sama buku, coba buktiin ke diri sendiri sama orangtua kalo kesukaan lo bisa menghasilkan yang terbaik." Ucap panjang lebar Kai.

"Maksud lo?"

"Maksud gue, lo suka buku kan?, udah berapa banyak buku yang lo baca apalagi novel-novel?"

Mengerutkan dahinya Kina menjawab "Mungkin 30 atau 45 buku? Gue gatau pastinya tapi udah lumayan sih buku yang gue baca apalagi novel."

"Lo suka halu ngga?"

"Hah?"

"Jawab aja elah."

"S-suka sih."

"Nah coba ke haluan lo itu tuangin ke tempatnya. Maksdnya lo coba jadi penulis deh. Lo tulis cerita yang lo bayangin."

"Tapi gue gabisa, gue gaada pengalaman."

"Semua penulis-penulis juga awalnya sama gaada pengalaman Nay, tapi mereka coba. Ditambah sekarang kan internet makin maju, lo bisa belajar dari sana."

"Gitu ya"

"Iyaa Kinaya adara."

Kina tercenung memikirkan ucapan Kai, ia melirik pada Kai.
"Lo... nanti mau ambil jurusan apa saat kuliah?"

"Kedokteran."

"Serius?"

"Iya gue mau nya itu, gue kan gini gini juga pinter Nay" Kai menaik turunkan alisnya.

"Cih, okelah."

Sekarang mereka sudah sampai ditaman dan sedang duduk dibangku taman. Kina mengedarkan pandangan, lalu berhenti dan menatap kearah wajah Kai.

Merasa diperhatikan Kai menoleh, dan menemukan Kina yang menatapnya dalam.

"Kenapa?"

"Hm?" Seakan tersadar Kina langsung mengalihkan pandangan.

"Kenapa Nay"

"Ngga."

"Kenapa bilang aja, ada yang mau lo omonginkan?"

"Gue pengen coba apa yang lo bilang tadi."

"Jadi penulis? Bagus dong lo emang haru mencoba"

"Tapi gue ga yakin gue bisa, jadi gue butuh lo buat bantuin itu."

Kina menggigit bibirnya gugup, ini pertama kalinya dia meminta bantuan seseorang.

Karna tidak ada jawaban dari Kai, Kina menoleh dan menemukan Kai masih menatapnya.

"Gue pasti bantu lo, tanpa lo minta pun gue pasti bantu" Kai tersenyum tulus.

Melihat senyum Kai tanpa sadar Kina pun tersenyum. Mereka saling tatap dan tersenyum kearah satu sama lain.

TBC

Thoughts Of You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang