Bab 42 - Perkara restu

1K 81 0
                                    

"Merendahlah untuk meroket, bukan menjatuhkan namun salah memilih lawan."

Paramitha Divya Aleyda G•

***

Happy reading gais ✨
.
.
.

Setelah kepulangannya beberapa waktu lalu dari Eropa dan sempat terbang ke Amerika beberapa hari lalu guna mengurus dokumen milik Sam, Sabtu pagi ini Irza berencana untuk mengunjungi kediaman orangtua aleyda di Tanggerang.

Aleyda yang baru mendapatkan kabar tersebut sudah tentu kaget sekaligus khawatir. Ini pertemuan pertama Irza dengan keluarganya setelah beberapa bulan lalu ia datang membawa Sam yang berujung dengan penolakan dari mamanya. Namun ia juga tidak bisa menolak ajakan Irza yang takutnya akan membuat kekasihnya itu curiga.

Maka disinilah ia berada, mematut dirinya di depan cermin, sembari memastikan keperluannya selama di Tanggerang. Ia berencana untuk menginap, karena Irza mengatakan laki-laki itu kebetulan ada undangan pernikahan temannya juga malam nanti di Tanggerang. Sepuluh menit yang lalu, irza memberi kabar bahwa dirinya dan Sam sudah hampir sampai di dekat apartemen, hanya saja mereka terjebak macet. Jadilah dengan inisiatif ia memilih untuk turun dan menunggu di lobi.

Tidak butuh waktu lama, berselang lima menit setelahnya mobil Irza terlihat memasuki lobi apartemen. Buru-buru ia masuk dan mobil bergerak pergi meninggalkan gedung apartemen aley.

"Hai. Kalian udah sarapan?" Sapa aleyda pertama kali saat memasuki mobil.

"Belum," jawab Irza. "Tapi kayaknya mami bawain sarapan buat Sam, coba lihat di tas." Tambah Irza lagi.

Aleyda mengangguk, ia mencari bekal yang di maksud dan benar saja. Ada beberapa tangkup roti selai juga biskuit untuk camilan. Tidak lupa susu dan satu Tupperware nasi goreng.

"Sam, makan dulu ya. Mami suapin mau?" Sam mengangguk sembari bergumam tak jelas.

Aleyda meraih Sam dari carseatnya untuk mempermudah menyuapi bocah berusia 3 tahun itu.

Sepanjang perjalan lagu-lagu khas anak-anak terputar, membuat aleyda merasa Dejavu seperti saat ia pertama kali membawa Sam ke Tanggerang. Keduanya juga tidak mengobrol banyak, karena sama-sama fokus masing-masing. Hanya sesekali berbincang obrolan ringan atau sekedar bertanya terkait apa yang mereka lihat di jalan.

"Dad, kita mau kemana?"

"Ke rumah eyang, sayang." Irza menoleh saat aleyda lebih dulu menjawab pertanyaan Sam.

"Eyang? Yangti,huh?" Tanya Sam dengan wajah penasarannya. "Yangti?" Ulang Irza, dengan wajah penasarannya.

Aleyda menoleh pada Irza, tepat saat mobil sudah hampir memasuki gerbang perumahan orangtua aleyda. "Aku udah bawa Sam ke sini, sekali. Waktu kamu masih kerja."

Irza diam.

Kaget sekaligus penasaran akan respon mama dari kekasihnya itu.

"Kamu ngga cerita," hanya itu akhirnya kalimat yang keluar dari mulut Irza.

"Aku nggak berencana ke sini awalnya, tapi mama minta aku datang, sedangkan Sam lagi rewel dan nggak mau lepas sama Aku waktu itu." Jelas aleyda.

Keduanya kembali diam, hanya suara Sam yang ikut bernyanyi mengikuti lagu yang terputar, membuat suasana tidak begitu hening. Hingga tak terasa beberapa menit kemudian mobil irzaldi sudah terparkir rapi di depan kediaman orangtua aleyda. Membuat lelaki berumur pertengahan kepala tiga itu mengehela nafas. Ia seperti kembali pada momen dimana untuk pertama kalinya ia datang menginjakkan kakinya disini.

STRANGERWhere stories live. Discover now