Bab 8 - Acara keluarga

2.4K 126 2
                                    

"Yang kamu datangi saat susah, dan tetap menerima meskipun tidak begitu ikhlas adalah mereka yang pantas kamu sebut teman."

Pahlawandayy

***

"iya, lagi banyak pasien." Divya menyuapkan sesendok soto ayam ke mulutnya.

Sebuah earphone yang terkoneksi melalui bluetooth di ponsel, menyumpal sebelah telinga divya.

Terdengar helaan nafas panjang dari seberang sana. Divya mengangguk juga melempar senyum tipis, saat beberapa perawat dan rekan sesama dokter menyapanya.

'terus kak aley dateng gak?' ulang ana kesekian kalinya.

"Insyaallah ya, lagian jauh banget acaranya di Priok." Keluh divya.

Seperti biasa, divya kembali absen di acara keluarga besar. Kali ini benar-benar sibuk dengan pasiennya. Belum lagi, ia harus mengunjungi suatu tempat yang sudah terjadwal. Ia tentu tidak bisa meninggalkan tanggung jawabnya begitu saja.

"Aku usahain ya, tapi mungkin telat sampe sananya," putus divya akhirnya.

'nah gitu dong, yaudah aku tutup dulu, bye.'

Sambungan terputus.

Alen yang sejak tadi mencari divya langsung saja menyambangi temannya itu setelah melihat keberadaan nya.

"Untung lo disini, gue nyariin dari tadi," divya menatapnya sebentar lalu kembali fokus menyantap makanan pesanannya.

Alen kalo muncul tiba-tiba itu pasti ada bahan gibah, kalo gak ya---sesuatu yang tidak penting. Perempuan dan gibah adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan.

Alen memajukan wajahnya, membuat divya menatap temannya itu dengan heran. Ekspresi wajah divya seolah mengatakan ada apaan?

"Nebeng makan siang dong, dompet gue ketinggalan, oke?" Bisiknya.

"Lo juga pas itu utang belom di bayar kan," tambahnya lagi.

"Heh, gue utang cuman sepuluh ribu anjir!" Sungut divya.

Beberapa orang disekitarnya menatap mereka. Mungkin mereka pikir divya ini sosok perempuan kalem, bukan yang bar-bar seperti ini.

"Suara lo kecilin dong," sahut Alen dengan mengangkat jari telunjuk dan jempol secara bersamaan. Dengan pasrah divya mengangguk setuju. Mana tega dia liat Alen mati kelaparan begini. "Yaudah cepetan pesen,"

"Nah gitu kek dari tadi, thankyou bu dokter cantik." Puji Alen lalu memesan makanan.

Manis banget emang Alen kalo ngomong gitu. Iya kalo ada mau nya aja.

Gak bisa apa ya, itu anak ngerepotin suami tercintanya. Kan bisa gitu, ngechat mas suami buat ngajak makan siang bareng gitu, modusnya.

Beberapa menit kemudian perempuan itu sudah kembali dengan sepiring nasi ayam penyet dari salah satu penjual kantin. Lalu di susul dengan segelas es buah yang cukup menggiurkan, siang-siang gini emang enak sih minum yang seger-seger gitu, pikir divya. Namun, tidak juga menggoyahkan divya untuk memesan es buah. Gini-gini, divya gak mudah terprovokasi soal makanan dan minuman.

"Lo hidup sehat banget, Len. Minumnya air putih mulu," komentar Alen.

Alen nyaris tidak pernah melihat aleyda memesan minuman berasa saat diluar rumah, terutama saat kuliah dan di kampus. Padahal setau Alen, aley termasuk seorang pecinta bubuk kafein juga. Tapi air putih tidak pernah absen dari mejanya.

STRANGERWhere stories live. Discover now