Bab 6 - Ale dan Aleyda

2.4K 124 0
                                    

"Dari sudut manapun, hubungan darah tidak akan pernah berakhir."

~Pahlawandayy~

Happy reading 😊
.
.
.

Enam bulan sudah, Pesta pernikahan ana di gelar mewah di kampung halaman, Medan dan divya masih saja melajang. Hari ini ia berencana untuk mengunjungi kediaman mama dan papanya di daerah Alam Sutra, Tanggerang.

Rencananya, ia akan datang ke sana bersama Ale yang katanya baru kembali dari Bogor. Adik divya yang satu itu memang tengah sibuk menyusun skripsi, pria itu berkuliah di sebuah PTS terkenal di Jabodetabek. Sebuah PTS berstandar kelas menengah atas yang mayoritas mahasianya, adalah putra-putri orang berada. Kebetulan, Ale juga sudah memiliki sebuah usaha pakaian yang cukup di gandrungi anak milenial.

Orangtua mereka masih cukup mampu untuk membiayai Ale, apalagi sekarang divya sudah bekerja namun, pria itu memilih untuk meringankan beban kedua orangtuanya. Ia membiayai sendiri kuliahnya. Hebat sekali bukan, sayangnya, Dimata divya adik semata wayangnya itu cukup menyebalkan.

Ting!

Ale
Gue udah dkt nih, buru

Divya hanya membiarkan pesan WhatsApp Ale centang dua biru tanpa berniat membalasnya. Emang dasar adek gak ada adab, ya begini.

Sweeter crop berwarna kuning putih juga joger berwarna senada menjadi pilihan divya. Jangan lupakan pelembab dan juga lip cream berwarna nude yang tidak akan pernah absen ia kenakan saat keluar. Mengambil dompet juga ponsel, tidak lupa dengan totebag yang akan ia bawa.

Dua menit kemudian ia sudah tiba di lobby, bersamaan dengan sebuah Mitsubishi X-Pander hitam berplat nomor yang sangat ia hafal. Buru-buru divya masuk, karena di belakangnya ada mobil lain.

"Wih apaan tuh kak?" Tanya Ale setelah memutar stir keluar dari gedung apartemen. Matanya menatap sekilas totebag yang divya letakkan di bangku belakang.

"Camilan, semalem gue buat brownies," jawab divya setelah mengenakan seat-belt. "Lo ke Bogor ngapain?"

"Temen gue ngadain acara di puncak, berangkat kemaren pagi sih, jadi minep." Divya mengangguk.

Bola matanya, memperhatikan sekitar yang terlihat ramai. Jakarta dan macet sepertinya tidak bisa terpisahkan. Padahal ini hari Sabtu, dan untungnya hati ini ia tidak ada jadwal praktek.

"Oh iya---ternyata temen gue itu adeknya bang Davi loh." Sahut Ale lagi. Divya mengernyit bingung, "Davi?" Ale mengangguk.

"Davian Siregar." Tambah Ale.

Oh---si mantan terindah pada masanya, ternyata.

"Kok lo tau?"

"Acaranya diadain di villa keluarga gitu, terus ketemu sama bang Davi dan sempet ngobrol juga," divya hanya mengangguk lalu mengambil ponselnya.

Sesekali matanya menatap keluar jendela saat terdengar bunyi klakson di dekatnya.

"He's your ex, right?"

"He'eh. Pasti dia cerita," Ale mengangguk.

Keduanya kembali diam. Hanya ada suara musik yang di putar dari flashdisk yang sengaja di pasang oleh Ale.

Divya juga mulai sibuk membahas beberapa chat pribadi yang mampir di WhatsApp-nya, terlihat tidak begitu perduli tentang apa yang di ceritakan Avi pada Ale. Adiknya itu memang tidak mengenal Avi, karena dulu Ale tidak tinggal di Medan bersama dirinya. Lagipula, divya juga tidak pernah memperkenalkan Avi pada keluarganya. Hanya ana satu-satunya anggota keluarga yang tau hubungan keduanya dulu, pernah juga beberapa kali bertemu secara tidak sengaja.

STRANGERWhere stories live. Discover now