Bab 25 - Irza kecil

1.3K 73 1
                                    

Sebelumnya aku mau ngucapin selamat ulang tahun yang ke-23 untuk Abang aku, yang paling aku sayang✨🤍

Selamat ulangtahun, semoga ngga cuek lagi hehe, semoga panjang umur sehat selalu, dimudahkan rencana jangka panjang dan pendeknya, selalu inget ayah bunda ya dalam setiap langkah kakinya💖 semoga kedepannya bisa jadi pribadi yang lebih baik lagi, dan bermanfaat buat banyak orang-orang di sekitarnya 💫

-dari aku, adikmu yang gengsi untuk mengucapkannya secara langsung ataupun via WhatsApp hehehe-

***

Special part aku upload 2 part, karena kakak aku ulang tahun ya hehehehe

Huhuhuhu ayo semangat bisa yuk!

Bisa gila lama-lama 😭🤣

Apa kabar readers ? Makasii yaaa buat kalian-kalian yang masih mau baca dan menantikan cerita ini update hehehe, makasii juga untuk yang selalu kasih apresiasi akan cerita amatiran ini dengan kasih vote dan mengisi kolom komentar.

Aku sangat-sangat berterima kasih untuk kalian semua yang udah vote dan menyempatkan untuk berkomentar, supaya kedepannya aku bisa menulis lebih baik, dan mungkin lebih rapih dan ceritanya bisa lebih hidup lagi hehehe, makasiii banyak-banyak yaaa✨🤍

Selamat membaca luv💖

***

"Membersamai seseorang yang belum usai dengan masa lalu adalah sesuatu yang tidak pernah diharapakan oleh siapapun."

-P. Divya Aleyda G.-

***

Happy reading:)
.
.
.

Dua hari sudah aley berada di Bali bersama Irza dan keluarganya. Ia bersyukur karena mami dan papi Irza memberi respon yang baik, juga tidak menolaknya. Tante Nina justru mengusulkan agar Irza secepatnya melamar dan menikahi dirinya. Tentu karena usia mereka terutama putranya yang sudah berumur pertengahan kepala tiga. Dari usul itu pula, ia menarik kesimpulan jika Irza belum menceritakan tentang Sam, putranya.

"Ley, keluar yuk?" Ajak irza yang tiba-tiba muncul di teras.

Pakaian yang di kenakannya lebih rapih meskipun terkesan santai, cargo sebatas lutut juga kaos polos berwarna hijau army. Bahkan rambutnya yang masih sedikit basah menjelaskan jika kekasihnya ini baru selesai mandi.

"Kemana?" Sahutku, bukannya menjawab pertanyaanku dengan benar, irza justru menjawabnya sedikit cuek. "Jalan-jalan."

"Sekitaran ini aja ya? Aku males ganti baju." Jawabku. Ia mengangguk.

Kebetulan sekali saat kami akan beranjak, papi irza keluar rumah. Pria itu segera berpamitan dengan terburu-buru dan menyuruhku segera naik ke atas motor yang sudah ia panasi pagi tadi.

Alih-alih bertanya kemana, aley memilih untuk duduk anteng di boncengan kekasihnya itu.

Udara bali pagi ini terasa lebih panas dari hari kemarin, jangan bayangkan suasana adem khas bandung jika berada di sini, tidak akan ada tentunya. Kecuali kalian tinggal didataran tinggi.

Lima menit kemudian, motor irza menepi di sebuah restoran tepi pantai yang pernah aley kunjungi saat dulu berlibur ke bali.

Genggaman tangan irza tak lepas sejak keduanya turun dari motor hingga masuk ke restoran. Area outdoor restoran menjadi pilihan irza, berhadapan langsung sama tepi pantai yang belum terlalu ramai karena ini masih cukup pagi untuk berjemur.

STRANGEROnde histórias criam vida. Descubra agora