Bab 38 - Eyang?

821 60 1
                                    

"Semua hanya perihal waktu, sebab semua orangtua mau yang terbaik untuk anak-anaknya."

•pahlawandayy•

***

Happy reading gais ✨
.
.
.

Minggu pagi kali ini terasa berbeda dari Minggu-minggu sebelumnya. Biasanya aleyda akan terbangun di kamar dalam unit apartemennya, namun karena semalam hujan lebat, jadilah papa meminta mereka untuk menginap.

Hujan masih senantiasa turun, membuat bawa dingin menyeruak. Bahkan jarum jam sudah menunjukkan pukul 6 namun kabut gelap serta awan abu-abu masih menampakkan diri, membuat suasana terlihat masih seperti subuh.

Ia menatap Sam yang sepertinya sudah lebih dulu bangun, bocah laki-laki berusia 3 tahun itu tidak merengek, ia justru mengeratkan pelukannya pada aleyda. Membuat aleyda mencari remot AC dan menaikkan suhu AC, agar tidak terlalu dingin.

"Selamat pagi, anak mami udah bangun ya?" Sam mengangkat kepalanya.

"Hu'um. Pagi mii."

Aleyda bangun, kepalanya menyender pada headboard, membuat Sam mau tak mau ikut duduk di atas ranjangnya. Ia menatap aleyda yang tengah mencabut ponselnya dari charger.

Suasana hening dan dingin menyeruak, membuat sebagian orang pasti lebih memilih bergelung di balik selimutnya.

"Mami," aleyda bergumam tak jelas. "Yangti nggak suka aku ya?"

Deg.

Aleyda refleks membuka matanya, pertanyakan sederhana Sam dengan suara pelannya, berhasil membuat aleyda benar-benar sadar sekarang.

"Kok Sam bilang gitu?"

Sam terlihat mengalihkan pandangannya, tidak langsung jawab. Membuat aleyda harus bersabar menunggu jawaban apa yang sekiranya keluar dari putra irzaldi ini.

Di dalam benaknya sekarang adalah, apakah Sam peka akan penolakan mamanya? Atau ada sikap mama nya yang begitu memperlihatkan ketidak sukaan dirinya terhadap Sam? Sampai anak laki-laki ini bisa berucap seperti itu.

"Aku dimarahin karena gangguin yangti waktu masak."

Oh itu---aleyda ingat.

Semalam saat melewati dapur, ia melihat Sam bersama adiknya tengah duduk di meja makan sembari menunggu makan malam disiapkan oleh mamanya.

Hingga tak tau bagaimana mulanya, Sam tiba-tiba sudah memegang sebuah gelas kaca yang membuat mama menegurnya. Ia paham mungkin maksud mama tidak benar-benar memarahi Sam, namun karena penolakan mama saat Sam mengajaknya bermain membuat Sam berpikiran bahwa mamanya tidak menyukai Sam. Meskipun benar adanya, namun aleyda tidak mungkin menjawab seperti itu kan.

"Semalam kan, Sam bawa gelas kaca. Kalo itu pecah, nanti tangan Sam luka, terus Sam menangis." Jawab aleyda. "Makanya yangti tegur Sam."

"gitu mi?" Aleyda mengangguk.

Aleyda menepuk-nepuk punggung Sam yang berada di dekatnya, membuat bocah berusia 3 tahun itu kembali memeluknya.

Ia tidak tau bahwa Sam sepeka itu terhadap perilaku mamanya, membuat Sam merasa kurang nyaman dan berhasil membuat Sam merasa tidak diterima dengan baik oleh mamanya.

Namun di sisi lain, ia juga tidak bisa banyak bertindak, ia hanya bisa menengahi saja. Sebab seharian ini mama juga terlihat lebih menghindari dirinya dan Sam, dengan beralaskan kurang enak badan atau ada pekerjaan rumah yang harus di kerjakan. Padahal ia sangat tau jika ada asisten rumah tangga yang membantu mamanya.

STRANGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang