KATASTROFA (CHAPTER 16)

42 9 35
                                    

"Tolong, bawa aku dari sini."

Telinga Juyeon terusik dengan suara rintihan itu. Di hadapannya sekarang, terpampang jelas siluet tubuh pemuda yang setengah telanjang. Sepertinya hanya kain sprei kucel yang menyelimuti sebagian lekukan tubuh yang bisa dikatakan jauh dari proporsional. Tapi tetap saja, dadanya berdegup keras. Dalam remang suasana, pemuda di hadapannya kembali merintih. Permukaan kulitnya penuh luka bercampur peluh. Dadanya terlihat kembang kempis mencari udara. Dia menatap Juyeon bukan hanya dengan tatapan kesakitan, tapi juga sebuah sorot mata sayu yang minta diraih.

"Tolong aku...."

Tangannya yang kurus terulur. Semakin tubuh itu terangkat, kain yang menutupi dadanya semakin merosot. Membuat tenggorokan Juyeon refleks menelan ludah saat bentukan panggulnya sedikit lagi lolos dengan sempurna. Hasrat laki-laki itu membuncah tidak mau diam, bahkan sampai membangkitkan tidur penis yang awalnya terdiam tenang di antara kedua selangkangan. Bagaimana mungkin gairahnya bisa bangkit dengan melihat penderitaan orang seperti ini? Jelas-jelas pemuda itu butuh ditolong, lalu mengapa rasanya hasrat mengalir lebih deras ketimbang melihat gadis-gadis telanjang di situs porno yang beberapa kali pernah dia retas.

Juyeon melihat sebuah penderitaan yang sangat dia nikmati di atas kursi kayu satu-satunya di ruangan itu. Tanpa disadari, sedikit demi sedikit pemuda di hadapannya beringsut menyeret tubuh yang lemah dan menggigil itu semakin dekat. Kepalanya menengadah memperlihatkan ekspresi kesakitan di sela tetesan darah yang jatuh ke lantai. Juyeon yang merasa iba, mendekati dan berjongkok sambil meraih dagunya.

"Tolong selamatkan aku. Bawa aku pergi dari sini. Aku takut..."

Juyeon ingin sekali berucap namun suaranya tertahan, menggumpal di tenggorokan. Hanya sebuah gumaman yang keluar dari nasal hidungnya yang setengah mendengus. Alih-alih merangkul tubuh yang kelihatan sudah sangat kedinginan itu, Juyeon justru menjilat darah yang mengalir di pelipis sosok berwajah pucat dan pasrah di hadapannya. Meski terkejut, sosok itu tidak mencoba melarikan diri. Rasa amis dan manis langsung terkecap di seluruh permukaan lidah Juyeon. Dan tepat ketika dia hendak mencium bibirnya, sebuah benda mengkilat terangkat ke udara. Matanya mendongak melihat belati berwarna keperakan yang diacungkan lalu terayun ke arah dadanya dengan kecepatan kilat.

Mata Juyeon terbelalak. Warna lampu temaram di kamar langsung menyambut lensa yang terasa perih akibat dimasuki tetesan keringat dari kening. Tubuhnya refleks bangun dalam hitungan detik. Juyeon meraba dada yang masih utuh, tanpa ada luka sedikit pun. Dia menarik napas berulang kali sebelum akhirnya meraih botol obat di samping nakas bertuliskan nama sebuah rumah sakit dan aturan pakai di labelnya. Dengan sedikit gemetar tangannya menadah dua butir pil yang diminum sekaligus. Dia membuka kaus yang sedikit basah dan dilempar dengan asal ke ujung tempat tidur. Badannya berpeluh padahal ac menyala dengan suhu dingin yang stabil semenjak dia beranjak menuju pembaringan setelah makan malam tadi.

Hwanwoong.

Dengan jelas pikiran Juyeon menyebut nama pemuda yang beberapa waktu terakhir ini terpatri seperti genangan banjir beberapa hari lalu di tengah kota Seoul yang enggan surut. Membekas dan menenggelamkan kewarasannya pada sebuah intuisi khayalan yang nista. Tentang menikmati tubuh seseorang dengan cara sadis. Membiarkan kupingnya mendengar suara rintihan sambil merasakan kepuasan yang aneh. Sebuah gairah menggebu dari atas hingga ke bawah, menciptakan sensasi imajinasi atas keinginan menyiksa pemuda itu lebih dalam hanya demi melihat tatapan sayunya yang penuh permohonan untuk sekedar diselamatkan, dipeluk, dicumbu atau lebih rela dari itu. Juyeon menggelengkan kepalanya keras, dia kembali berbaring dan memejamkan mata serapat mungkin. Masih berkisar tiga jam lagi menuju pagi, kali ini tidak boleh terlambat datang ke kantor. Dia harus memenuhi tugasnya sebagai manajer baru dengan baik. Setidaknya kalau masih ingin dianggap anak oleh Tuan Na.

LOGIC SPACE || HWANWOONG 🔞⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang