AGONY (CHAP 1)

231 14 8
                                    

Book ini bakal lumayan berpart2. Jadi stay tune,ok?
Oh wait, aku pakai pov satu. Challenging my self as usual. ☺

Belum perlu ku kasih TW nih. Masih aman 💜

The Naive Residence

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

The Naive Residence

Ada rangkaian kalimat-kalimat yang abnormal, dan cukup anomali untuk sekedar di dengar.

Sebuah paradigma menyesatkan, membuatku masuk dalam labirin benakmu yang samar.

Kalimat itu adalah apa yang tercetus, saat aku bersamamu.

Tetap bising bergaung saat aku jauh darimu.

***

"Bangsat!"

Suara kursi dilempar dan dentuman tubuh manusia menghantam lantai di seberang ruangan membuatku akhirnya mengangkat wajah. Sejak aku datang kemari lima belas menit yang lalu, di sana memang sudah ramai oleh kerumunan petugas polisi yang menahan seorang pria agar tidak menghabisi pria lain yang terkapar tidak berdaya di lantai.

"Kamu harus mati! Aku akan pastikan kamu ikut masuk neraka dengan semua iblis yang menolongmu!"

Beberapa orang di sekitarku ikut kasak-kusuk menyaksikan kejadian itu. Aku tidak mengerti kenapa di jam seperti ini, kantor polisi sama ramainya dengan toko kelontong.

"Sabar, sabar. Tenangkan dirimu terlebih dahulu."

"Diam kalian semua! Kalian brengsek. Orang itu harus dibunuh sekarang juga."

Nada suara si laki-laki yang wajahnya memerah dan berkeringat itu masih meninggi. Perhatianku beralih pada Tuan Haewon, salah satu anggota polisi yang melambaikan tangan ke arahku agar menghampirinya. Aku bangkit dari duduk. Untuk sampai ke ruangan beliau, aku harus melewati si pemuda yang sedang mengamuk itu. Langkahku sempat terhenti ketika seseorang berjalan melewatiku dan menghampiri si pemuda yang terus memberontak dalam rangkulan petugas. Saat pria dengan long coat hitam panjang itu menghampirinya, dia langsung terdiam.

"Tolong lepaskan dia, saya akan membawanya pulang."

Awalnya petugas polisi yang menahan tubuh pemuda itu terlihat ragu.

"Dia adik saya. Ijinkan saya membawanya pulang terlebih dahulu, nanti saya akan urus sisanya."

Sang kepala polisi lain memberi isyarat agar anak buahnya melepaskan pemuda itu. Dengan lagak angkuh, bahkan masih menyempatkan diri meludah ke lantai, dia bergegas pergi tanpa mengatakan apapun bahkan ucapan maaf. Dari jarak sekian meter, aku bisa melihatnya mendekat. Seharusnya aku menghindar tetapi entah mengapa aku terpaku seolah kakiku menancap di lantai.

Dia menyenggolku cukup keras saat melintas. Beberapa buku yang kubawa pun terjatuh. Mataku terpejam putus asa. Kalau saja ini bukan jam satu dini hari, dan pikiranku masih waras untuk diajak bermain logika, aku pasti sudah memaki pria yang melengos begitu saja dengan wajah tertunduk itu. Dengan malas aku berjongkok, memunguti buku dan beberapa laporan tugas. Lalu seseorang ikut berjongkok di hadapanku, membantuku meraih kertas-kertas yang berserakan. Aku mengangkat wajah. Dia pria satunya lagi, kakak si brengsek sialan itu.

LOGIC SPACE || HWANWOONG 🔞⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang