KATASTROFA (CHAPTER 5)

33 9 11
                                    


"Jen..."

"Apa?"

"Mmm.. nanti sore bisa anter gue?"

"Kemana?"

"Chanhee ulang tahun."

"Lo minta gue anterin lo doang atau nemenin lo selama acara?"

"Apa gue keliatan lagi nyuruh lo cuma buat nyupirin?"

"Bisa jadi..."

"Terus gimana?"

"Yaahh... kita lihat nanti deh. Kalau udah di rumah, gue suka mager. Gue banyak kerjaan juga, mandiin kucing, nyiram tanaman, nguras-nguras kolam. Nanti kalau beres tanpa masalah, gue kasih tahu lo."

"Ya udah mending nggak usah."

Suasana restoran Jepang itu cukup ramai. Aku butuh waktu sampai sepuluh menit untuk menemukan rombongan keluarga Chanhee. Ternyata mereka membooking tempat di bagian luar.

"Lo gue cariin juga,gue telepon nggak diangkat-angkat lagi," aku mendumel saat Chanhee menghampiriku sambil cengar cengir.

"Sorry banget deh, gue ngurusin makanan dulu. Ayo duduk."

Dia menarik lenganku dan memberiku tempat untuk duduk di sebelah sepupunya yang baru berumur sebelas tahun dan sedang asyik main game online dari hp.

"Lo datang sendiri?" tanya Chanhee celingukan.

"Ya menurut lo?"

"Gue kira si Jen_"

"Nggak ada Jeno-Jeno an deh," aku menggelengkan kepala dengan kesal. "Kenapa sih lo? Emang dia siapanya gue? Pacar juga bukan ngapain gue bawa-bawa?"

Chanhee tercengang. Sepupunya melirikku sekilas lalu kembali asyik memencet-mencet layar dengan jarinya yang lihai.

"Lo lagi heat apa gimana? Senggol bacok banget sih."

"Bukan cuma bacok, kalau perlu gue gorok semua orang yang mulai nanya-nanyain si Jeno sama gue."

"Ya maap, Bro," ringis Chanhee.

Seseorang memanggilnya dari meja lain.

"Sebentar," dia melambaikan tangan. "Lo disini dulu ya. Nyemil-nyemil apaan kek tuh. Gue urusin yang belom kelar."

Aku menghela napas lalu memperhatikan sekitar. Aku memang sudah mengenal keluarga Chanhee, tapi hanya keluarga inti yang sering kutemui di rumahnya. Kalau sedang kumpul satu pleton begini aku seperti benar-benar berada dalam tempat asing. Rasanya ingin membuat alasan apa saja supaya aku boleh untuk tidak datang. Tapi mana mungkin aku mengecewakan Chanhee. Dia sahabat terbaik yang selalu melaksanakan nasihat Karina dengan baik, agar selalu menjagaku.

Chanhee juga yang selalu datang ke rumah kalau dia tidak ada halangan setiap kali kak Minhyun pergi, dia tidak keberatan mengantarku kesana kemari untuk melupakan kesedihanku setelah ditinggal orang tua. Dia dan Jaemin. Mereka tidak pernah meninggalkanku sedikitpun. Dan seharusnya melakukan hal sederhana seperti ini bukanlah sebuah hal yang sulit. Tapi moodku sudah tidak beres sedari pagi. Dan aku ingin sekali menenggelamkan diri ke lautan paling dalam setiap kali aku ingat bagaimana aku dengan tolol dan tidak tahu malu meminta pada Jeno agar menemaniku datang kemari.

Mungkin aku sudah gila. Memang gila sih. Coba deh pikir, dia jelas-jelas mengatakan pada Jihyo –terlepas dari bohong atau tidak- kalau dia sudah punya pacar. Lalu aku memintanya menemaniku? Orang gila macam apa coba aku ini? Si Jihyo yang cakep dan rela memasak makanan demi dia saja, sudah dia tolak. Lalu atas dasar hak asasi manusia sebelah mana aku berani mengajukan ajakan itu padanya?

LOGIC SPACE || HWANWOONG 🔞⚠️Where stories live. Discover now