Ekstrapart

11.6K 940 74
                                    

••• HAPPY READING •••

Lima tahun kemudian.

"Buna!!!"

Ghazi- anak kecil itu berlari kearah sang bunda yang menjemputnya di taman bermain anak-anak.

Nazma tersenyum saat Ghazi tiba-tiba memeluknya, namun senyum itu tak lama kala mendengar isakan Ghazi di pelukannya.

Nazma berjongkok agar tinggi nya sejajar dengan Ghazi, dia mengusap kepala anak itu lembut. "Zi kenapa?" Tanya Nazma.

Ghazi mengusap air matanya, anak itu terisak hingga ingus nya keluar. "Z-Zi t-tidak di ajak b-bermain Buna..." Adu anak itu membuat Nazma menghela nafasnya, "m-mereka b-bilang, mereka tidak ingin b-bermain dengan Z-Zi. Z-Zi gak punya ayah hiks...."

Nazma diam saat Ghazi mengadukan ucapan seperti itu, dia lebih memilih untuk menggendong Ghazi menjauh dari taman bermain.

Ini salahnya, seharusnya dia tidak membawa Ghazi kesini. Atau seharusnya dia tidak meninggalkan Ghazi disini sendiri hanya untuk keperluan nya yang bisa di tunda.

"Jangan nangis lagi ya," ucap Nazma lembut pada Ghazi, saat anak laki-laki nya tidak berhenti menangis.

"Z-Zi rindu ayah bunaa.."

"Kita ke makan ayah?" Tanya Nazma dan Ghazi mengangguk.

"Ya sudah, ayok."

Nazma menurunkan Ghazi, lalu menggandeng tangan Ghazi. Menuntun anak itu ke mobil yang sudah di tunggu oleh Liam.

"Kita pulang?" Tanya Liam ketika melihat Nazma dan Ghazi datang.

Nazma menggeleng, "tidak, kita akan pergi ke makan tuan." Katanya, dan Liam hanya menganggukkan kepalanya.

Liam membukakan pintu mobil untuk nyonya dan tuan mudanya, setelah mereka berdua duduk dengan sempurna di kursi menumpang bagian belakang. Liam langsung masuk ke kursi supir berada.

•••••••

Sesampainya di pemakaman, Nazma dan Ghazi membawa satu tangkai bunga mawar. Setiap pergi ke tempat pengistirahatan Adnan, Nazma tidak pernah membawa ataupun menaburi makam Adnan dengan bunga mawar merah. Dia selalu membawa satu tangkai bunga mawar putih yang pria itu tanam di halaman belakang mansion.

Namun kali ini, karena Nazma dan Ghazi tidak pulang terlebih dahulu. Terpaksa mereka beli di toko bunga. Biasanya yang akan membawakan serpihan mawar mereka itu mommy dan Kellyn, sepertinya mereka berdua baru saja kesini. Karena terlihat dari atas makan Adnan terdapati taburan bunga mawar merah yang sangat cantik.

Nazma menaruh bunga mawar putih yang ia bawa di dekat batu nisan Adnan, begitupun punya Ghazi.

"Aya apa kabar?" Tanya anak itu, memecahkan keheningan.

"Zi ingin ayah, Zi ingin melihat ayah, Zi tidak ingin melihat ayah hanya dari foto saja, tapi Zi ingin melihat ayah secara langsung." Lirih anak itu, menangis.

Nazma memeluk Ghazi yang sudah menangis, dia mengusap kepala sang anak dengan lembut. Kini, hatinya bagaikan di tusuk miliaran anak panah. Rasanya perih dan sakit, tidak dia sangka. Kesepian yang dulu dia alami, di rasakan oleh Ghazi.

"Ghazi rindu ayah, ya?" Ghazi mengangguk di pelukan sang bunda, kali ini tangis itu lebih parah karena dekapan Nazma yang hangat. Mungkin, jika ayah ada, pria itulah yang akan mendekapnya erat, dan bahkan lebih hangat dari pelukan Nazma.

Catatan cintaku | Sudah Terbit Where stories live. Discover now