Chapter 10

30.8K 2.7K 180
                                    

Manusia hanya bisa melihat sisi buruknya saja, mereka tidak pernah membuka mata pada diri seseorang bahwa orang itu tidak seburuk apa yang mereka lihat.

-Serkanda Adnan Brawijaya.

••• HAPPY READING •••

Malam semakin larut, namun gadis dengan menggunakan hijab blus itu masih saja belum tidur. Sedari tadi pikiran nya melayang kemana-mana, dan itu yang membuat dirinya tidak bisa tertidur lelap. Pertengkaran kemarin cukup membuat Adnan dan Helena bertengkar hebat, dengan Helena yang bersikeras membelanya. Dan Adnan yang sama sekali tidak peduli dengan apa yang Helena bicarakan padanya. Untuk apa dia peduli? Bagi Adnan Nazma itu hanyalah barang yang ia beli itu saja.

Rasa bersalah Nazma masih mengunek-ngunek di dalam hati, bagaimana dia bisa mendamaikannya anak dan ibu itu kembali. Meminta maaf saja tidak cukup.

Menghela nafas panjang, dia beranjak dari tidurnya. Berjalan kearah kamar mandi untuk mengambil air wudhu, dan setelahnya melaksanakan shalat malam.

••••••

Setelah menyiapkan seluruh urusan Adnan seperti biasanya, dia pergi turun ke dapur untuk melanjutkan masak nya. Tadi, sebelum dia pamit ke kamar sang Tuan. Dia menitipkan nya pada salah satu maid yang bekerja di dapur.

Sesampainya di dapur, dia langsung membawa semua yang telah dia masak ke meja makan besar. Meletakan nya dengan telaten-rapih, wangi harum masaknya menggugah selera.

Jadi ingin makan, pikirnya.

"Nazma?"

"Hah.." Nazma mengerjap ketika seseorang memanggilnya, refleks dia menoleh ke sumber suara itu. Ternyata mommy Helena, wajah wanita itu terlihat segar, juga cantik.

"Mommy," katanya dengan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Kau yang memasaknya?"

Nazma mengangguk dengan senyuman, "benar, mom."

"Aku suka masakan mu," begitu kata yang lebih tua, dia mengusap kepala Nazma tiga kali sebelum berjalan kearah meja makan dan duduk disana.

"Kau tak ingin makan?"

"Tidak, mom. Aku belum lapar," bohong nya, padahal perutnya terasa sakit sekarang. Karena belum diisi dari kemarin.

Helena tidak tau saja kalau Nazma jarang sekali makan, apa lagi kalau Adnan tidak menyisakan makanan bekasnya. dua bulan lebih dirinya disini. Tubuhnya yang dulu terisi sekarang berubah menjadi kurus. Bahkan pipi kembung nya sudah hilang menjadi tirus, dan itu sangat sakit ketika Adnan menekan pipinya dengan sangat kuat.

Helena dan Nazma menoleh bersamaan ketika melihat Adnan yang melewati mereka begitu saja, "Adnan!" Helena beranjak dari duduknya mengejar sang anak yang tak sama sekali menghiraukan panggilan nya.

"Adnan tunggu mommy."

Adnan tidak perduli, bodo amat dengan panggilan itu. Dia terus berjalan kearah pintu utama mansion.

"Tuan." Namun, kali ini berbeda. Yang memegang tangannya bukanlah tangan sang mommy, dia bisa merasakan itu. Tangannya yang kurus dan dingin itu menahan dirinya agar tidak keluar dari mansion.

Catatan cintaku | Sudah Terbit Where stories live. Discover now