Chapter 23

34K 3K 296
                                    

Ketika seorang hamba berdoa, Allah tidak akan membiarkan kedua tangan yang mengadah padanya pulang dengan kekosongan.

-Slvynaaa_1453

••• HAPPY READING •••

Hujan turun dengan lebat pagi ini, awal Desember memang seperti ini. Cuaca nya tidak memungkinkan untuk berpergian, kali ini hanya hujan. Tidak ada salju seperti Minggu kemarin, paling. Salju akan turun di pertengahan bulan ini.

Jujur saja, Nazma belum pernah merasakan ataupun melihat hujan salju. Hanya kemarin waktu dirinya pulang dari rumah sakit ia melihat dan merasakan dinginnya hujan salju.

Fajar sudah datang, tapi kenapa semuanya masih biasa-biasa saja? Dia pikir. Dengan mendiami Adnan dia akan merasakan kebahagiaan, namun dugaan nya salah. Dia malah merasakan sesak yang amat saat dirinya mengacuhkan Adnan yang selalu berjuang untuk nya. Entah itu dari sikap kecil pria itu ataupun besar.

"Kau tidak ingin shalat?" Tanya Adnan, pria itu keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah karena air wudhu.

Nazma yang tadinya memunggungi Adnan, sekarang dia membalikkan posisi padan nya. "Shalat?" Tanya Nazma, cukup kaget. Lantaran Adnan berbicara seperti itu.

"Ya, memangnya kenapa? Ada yang aneh jika aku shalat dan mengajak ma'mum ku untuk berjamaah?"

Nazma menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "eeeee.. tidak juga, tuan."

Adnan hanya tersenyum melihat Nazma yang gelalapan. Dia berjalan kearah Nazma yang masih tiduran di king size miliknya. "NAZMA!!" Mata Adnan melebar saat melihat spray putih miliknya terdapati darah, "apa itu!!!!?"

Nazma yang syok akibat suara Adnan yang cukup keras, dia langsung terduduk dan memundurkan posisi duduknya. Matanya membelak saat melihat darah di tempat dirinya tidur.

"N-nazma... Ak-aku tidak melakukan apa-apa semalam, sungguh," Adnan mengacungkan telunjuk dan jari tengah nya membentuk huruf V.

Bugh!!

Nazma melemparkan guling pada Adnan, "apa yang kau ucapkan tuan?" Nazma beranjak dari duduknya, dia tidak memperdulikan Adnan yang menatapnya takut. Dia lebih memilih masuk kedalam kamar mandi.

"Ak-aku tidak—" ucapan Adnan terpotong saat pintu kamar mandi tertutup dengan sangat kasar, "Nazma!"

"Naz!!!"

"NAZMA!!"

"NAZMA BUKA!!" teriak Adnan dengan memukul-mukuli pintu kamar mandi, "KAU TIDAK APA-APA KAN?"

Tok

Tok

"Naz, buka......."

Ceklek.

Pintu kamar mandi terbuka sedikit yang menampilkan kepala Nazma yang keluar, Nazma menatap Adnan yang menatapnya dengan khawatir, "tuan," ucap Nazma pelan, sangat pelan.

"Ada apa? Kenapa dengan mu? Kenapa ada darah seperti itu dari-"

Plak!

Catatan cintaku | Sudah Terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang