Chapter 3

32.4K 3.3K 208
                                    

Ketika kamu tidak bahagia dengan hidupmu. Ketahuilah, ada seseorang yang merasa bahagia hanya karena kamu ada.

-Habib Umar bin Sholeh Al Hamid

Panas terik tang Surya hari ini membuat tubuh cukup berkeringat, seorang gadis dengan kepala berbalut hijab panjang berwarna biru dengan baju senada. Dia sedang membersihkan halaman belakang. Padahal semua pelayan di mansion ini melarangnya untuk mengerjakan itu semua, tapi dia bersikeras ingin membersihkannya padahal para pelayan juga bisa. Lagi pula dirinya juga seorang pelayan bukan?

Dia mengusap-usap keringat di dahinya, lalu membereskan semuanya karena sudah selesai membersihkan halaman belakang. Dia menghela nafas panjang, capek sekaligus panas membuat tubuhnya kelelahan.

"Nak, Nazma," Nazma yang sedang memejamkan matanya langsung membuka ketika mendengar suara bibi Dorothy, "apa aku mengganggu mu?" Tanya bibi mendudukkan tubuhnya di samping Nazma.

Nazma menggelengkan kepalanya, "tidak juga," katanya memejamkan matanya kembali menikmati angin yang melintas meski tidak sekencang apa yang dia inginkan.

"Minum dulu, kau pasti kelelahan."

"Tidak perlu, bi. Aku tidak haus hanya gerah saja," katanya.

Bibi hanya mengangguk, lalu meletakkan teko yang berisi minuman untuk Nazma berserta antek-anteknya itu ke bawah, "apa hijab mu itu tidak terlalu besar?" Tanya bibi pada Nazma, "baju mu juga, yang sepertinya terlalu gerah untuk di pakai."

Mendengar ucapan bibi Nazma membuka matanya lalu menatap bibi Dorothy dengan tatapan yang tidak bisa di artikan, "baju ini memang gerah, apa lagi panas terik seperti ini. Namun, panas api neraka tidak sepanas aku memakai baju ini," ucap Nazma membuat bibi Dorothy terdiam, seharusnya dia paham agama nyonya ini.

"Kau hebat, na."

"Islam mewajibkan seorang perempuan untuk menutup auratnya," ucapnya, bibi hanya tersenyum penuh arti kepada nya.

•••••

"Tuan akan segera datang, cepatlah bersiap, nyonya," ucap bibi Dorothy pada Nazma. Jika kalian aneh dengan ucapan bibi yang menyebut Nazma dengan sebutan nyonya lagi, itu adalah kemauannya. Setua apapun dia dan sebenci apapun tuan nya pada Nazma, tetapi tetap saja dia adalah istri tuan Adnan dan dia harus menghormatinya. Meski Nazma menolak tapi apa boleh buat Dorothy memaksa ketika mereka berbicara di halaman belakang tadi.

Nazma berjalan ke arah bibi yang sedang berjalan ke arah pintu utama, "bersiap untuk apa, bi?" Tanya Nazma mengikuti langkah lebar bibi Dorothy.

"Setiap tuan pulang dari kantor. Kau, kita harus menyambutnya, nyonya. Ini adalah hal yang sudah biasa disini," katanya lalu pergi meninggalkan Nazma.

Tidak ingin di tinggal Nazma langsung berjalan cepat mengikuti bibi Dorothy, hingga mereka sampai di pintu utama.

Pintu terbuka menampakkan pria tampan dengan raut wajah dingin, dia berjalan begitu saja melewati semua maid yang menundukkan kepalanya. Nazma melirik dalam diamnya, yang dia lihat adalah wajah tuan nya yang sepertinya kelelahan akibat seharian penuh di kantor.

Setelah Adnan pergi ke atas menaiki tangga besar yang mewah itu, semua maid yang ada disana langsung pergi untuk mengurus pekerjaan nya masing-masing.

Catatan cintaku | Sudah Terbit Where stories live. Discover now