Chapter 4

30.7K 3.1K 538
                                    

Aku akan mengikhlaskanmu meski dengan keterpaksaan, mengikhlaskan mu seluas aku mencintaimu. Jika memang Allah mengizinkan kita untuk bersama, biar lah suatu saat semesta membawamu kembali kepadaku, atas kuasanya kita bisa bertemu meski terbilang mustahil, tapi percayalah kunfayakun Allah itu ada.

-Vy_12syel

••• HAPPY READING •••

Adnan berjalan ke ruangnya. Sekarang, lelaki itu sedang berada di kantor. Melangkahkan kaki lebarnya dengan tangan kanan memegang handphone yang ia tempel di telinga.

Dia duduk di kursi kebesarannya dengan membuka laptop, dengan tangan kanan yang masih memegang ponsel.

"Aku akan melanjutkan kuliah ku di new York, ka."

Seseorang di sebrang telepon itu berbicara dengan nada yang sepertinya sedang kesal.

"Bagus bila kau ingin melanjutkannya," kata Adnan pada orang di sebrang telepon itu, tangannya mengotak ngatik laptop, sedangkan mulut dan telinga masih fokus pada handphone.

"Ck! Jika saja mommy tidak memaksa, tidak akan pernah aku mau kuliah jauh dari negara ku sendiri."

Mendengar itu Adnan terkekeh, "sudahlah, Kellyn. itu baik untukmu."

"Ka!!"

Mendengar ucapan sang adik, dia tergelak.

"Sudahlah, aku marah padamu!"

Hubungan telepon itu putus, di putuskan oleh sang adik. Adnan menghela nafas rendah, adiknya memang seperti itu. Keras batu.

Dia meletakkan handphone nya ke meja, mengalihkan pandangannya lagi ke pekerjaan nya yang menumpuk.

•••••

Hujan turun dengan tiba di waktu senja yang sebentar lagi akan berubah menjadi malam, harum semerbak wangi sang hujan memasuki Indra penciuman seorang gadis dengan baju gamis kotak-kotak.

Dia menghela nafasnya, rasa capek dan lelah menyerang tubuhnya. Dari pagi hingga jam lima sore tadi, tak henti-hentinya dia membereskan mansion ini. Memang di bantu oleh maid, tapi itu percuma mau sebanyak apapun maid yang membantu. Mansion ini tidak cukup waktu yang singkat untuk membereskannya.

Sekarang, gadis itu sedang berada di luar mansion. Tepat di tangga depan, dia melangkahkan kakinya sedikit demi sedikit hingga air hujan mengguyur tubuhnya yang terasa lelah.

Memutarkan tubuhnya sendiri menikmati hujan di sore hari pada bulan Juni, mendongakkan kepalanya ke atas dengan mata yang terpejam. Hingga air matanya turun begitu saja dengan lirih, entah kenapa air mata itu jatuh tanpa izin.

Nazma merentangkan tangannya dengan kepala yang masih mendongak keatas langit, "Aaaaaaaaaaaaaaa." Dia berteriak, mumpung semua orang pada istirahat. Lantaran waktu sudah mulai malam, dan sepertinya semua para bodyguard sedang sarapan. Namun berbeda dengan maid, mereka tidak karena belum waktunya.

"Aku lelah," ucapnya, tubuhnya tumbang begitu saja ke tanah.

Mengusap-usap rumput hijau yang sepertinya sengaja di tanam, dia menggerakkan tangannya ketanah seolah-olah di sana ada sebuah buku, dan dia menggambarkan sebuah hati dan nama tuhannya di sana.

Catatan cintaku | Sudah Terbit Where stories live. Discover now