Part 11

17.2K 2.2K 253
                                    

Masih pada nungguin TBP Update?

Makasih untuk antusias kalian ya guys

Pertanyaan random

1. Tim suka nonton sepak bola atau basket?

2. Tim bola voly atau kasti?

3. Persija tau Persib nih?

4 Blackpink atau sepak bola nih?

Jangan lupa follow ig wpesjeruk
@gama_sbas
@lunafelicia_c
@kirana_ozilla
@moza_aldebaran

Komen di setiap paragraf ya gaess!!!

••••

Raden tak mau pulang, balita itu masih saja menolak jika Gama mengatakan akan kembali pulang ke rumah.

Sejak menjemput Vivi di sekolah, Ia dan Raden bersinggah sejenak di rumah Ayu.

Gama terpaksa menuruti permintaan putranya, walaupun dirinya sudah merasa sangat lelah setelah bekerja.

"Jangan jauh-jauh." ujar Gama saat melihat Vivi dan Raden keluar rumah dengan bergandengan tangan.

Keduanya pun mengacungkan jempol, lalu kembali berjalan.

"Raden beneran mau ke situ?" tanya Vivi ke pada balita berusia 3 tahun itu.

Raden menganggukkan kepalanya pelan.

"Ya udah, Vivi temenin ya, tapi jangan bilang ke papa kamu. Nanti kalo papa kamu tau kita pasti di marahin." ujar Vivi dengan lembut.

Mereka terus berjalan, hingga keduanya telah sampai di depan pintu kontrakan yang dulu di tempat oleh Gama dan keluarganya.

"Bibi," panggil Vivi pada wanita yang berstatus penghuni kontrakan itu.

"Eh Vivi, ada apa?" tanyanya balik. Wanita itu sudah mengenal Vivi.

"Em, Vivi sama Raden boleh masuk sebentar nggak bi?" tanya Vivi memohon.

"Loh?"

"Raden kangen mamanya, Bi. Dulu dia, kakaknya dan mama papanya, tinggal disini." ucap Vivi menjelaskan.

Sedangkan Raden hanya diam seraya menautkan kedua  tangannya.

Hati wanita itu langsung, tersentuh. Melihat betapa malangnya bocah kecil itu. "Astaga, ayo masuk aja." ucapnya mempersilahkan.

Vivi dan Raden saling pandang lalu tersenyum lega. "Terimakasih, bibi."

"Raden udah seneng?" tanya Vivi dengan suara yang lembut. Ketika mereka sudah berada di dalam.

Raden menganggukkan kepalanya pelan, dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Ia tidak menyangka jika dirinya Kemabli ke tempat ini. Walaupun memori ingatnya masih sangat lah minim akan tetapi Raden merasa ada ketenangan dan kenyamanan di hatinya saat berada di tempat ini.

Vivi yang menyadari jika Raden akan menangis, ia pun langsung memeluk bocah itu.

"Jangan nangis, nanti papa kamu marah." ujarnya seraya mengusap-usap punggung balita itu.

"Angen mama." ucap Raden menahan tangis.

Raden benar-benar merindukan sosok Luna yang dulu merawat dan menyenanginya sepenuh hati

"Stutt, tenang ya. Jangan nangis." ujar Vivi lagi. Ia sudah panik, takut jika Gama marah ia mengajak Raden berkunjung ke kontrakan ini.

"Angen mama hiks.." Tangis Raden pecah. Bibir balita itu bergetar, entah apa yang sedang dia rasakan yang jelas tangisannya terdengar begitu menyedihkan.

THE BEST PAPAWhere stories live. Discover now