Part 9

17.8K 2.5K 534
                                    

Guyss terimakasih untuk antusias kalian ya.

Pertanyaan random

1. Inisal cowok yang kalian suka?

2. Inisal cowok yang paling kalian benci?

3. Kalian tim yang udah pernah pacaran atau belum?

4. Alasan kalian sendiri?

Jangan lupa follow ig wpesjeruk
@gama_sbas
@lunafelicia_c
@kirana_ozilla
@moza_aldebaran

Absen ❤️

•••

Hari ini untuk yang pertama kalinya Gama membawa Raden ke kantor, karena budhe Ayu sedang sakit. Selain membawa Raden ke kantor, ia juga harus mengantarkan Vivi ke sekolah. Sehingga hari ini Gama bangun lebih pagi.

Disini di depan kontrakannya yang dulu Gama memarkiran kan motornya. Sebisa mungkin Gama tidak melirik kontrakan itu.

Namun baru saja Gama memindahkan Raden dalam gendongnya, balita itu terdiam cukup lama dan tatapannya tak lepas dari sebuah kontrakan yang kini telah di huni orang lain.

"Kenapa hem?" tanya Gama seraya mengusap rambut putranya dengan lembut.

Gama sangat tau, pasti Raden merasakan fleshback saat berada di sini. Karena ia pun merasakan hal yang sama.

"Lumah kita." jawab Raden seraya menunjuk ke arah kontrakan yang pernah mereka tinggali.

Hati Gama terasa berdenyut nyeri, Raden masih sangat kecil, tetapi kemampuan daya ingatnya sangat lah baik.

"Biarin, sekarang ke rumah budhe ya." balas Gama menormalkan nada bicaranya. Sebisa mungkin ia bersikap cuek tentang masa lalunya.

Sebenarnya Gama sudah tidak sudih menginjakan tempat ini, akan tetapi ia merasa tidak enak pada Ayu jika menolak permintaan wanita itu, untuk membantunya mengantarkan Vivi ke sekolah.

"Aden au asuk cana." ujar Raden lagi yang membuat langkah kaki Gama terhenti.

"Mau ngapain? Di sana udah ada orang lain." jawab Gama mulai merasa emosi.

"Auu mama." jawab Raden lirih. Terlihat jelas dari mata balita itu sudah berair. Entah karena merasa takut padanya atau balita itu sedang menahan rindu yang amat dalam kepada ibu kandungnya.

Mungkin Raden berpikir, jika Luna tinggal di kontrakan itu.

"Papa udah pernah bilang apa ke Raden?" tanya Gama seraya menatap ganas sang putra membuat Raden menunduk takut.

Ingin sekali Gama menjatuhkan Raden dalam gendongannya ini, karena balita itu terus membahas hal yang ia benci. Akan tetapi ia masih punya hati untuk tidak membuat anak satu-satunya itu terluka.

Raden hanya diam, akan tetapi rangkulan tangan yang melingkar pada leher Gama semakin mengerat, membuat Gama sulit bernapas.

"Raden mau bunuh papa, biar tinggal bareng sama mama lagi?" tanya Gama seraya melonggarkan kalungan tangan sang putra.

Raden menggeleng cepat. "Aden cayang papa." jawabnya lalu menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Gama.

Gama tak menjawab ia memilih untuk kembali berjalan menuju rumah yang tidak terlalu besar.

"Om Gamaaa." teriak Vivi sembari berlari kearahnya.

Gama pun tersenyum tipis. Lalu menyalami tangan Mang Arho yang baru saja keluar dari rumah itu.

THE BEST PAPAWhere stories live. Discover now