20. Victorious

5K 342 54
                                    

Run, baby, run,
Forever will be you and me

Faux mengeraskan alisnya, lalu berkedip dan berjalan melewatiku begitu saja.

"Faux!" jeritku. "Faux! Tunggu!"

Faux berbalik.

"Kamu kenapa?" Aku terengah-engah. Kutatap kakinya. Tidak ada perban atau gips atau sebagainya. Hanya saja Faux sudah mengganti sepatunya dengan selop putih. Kembali aku menatap Faux. "Kamu—"

"I lost," kata Faux tanpa ekspresi.

"Terus kenapa?" Aku terus membombardir Faux dengan pertanyaan. "Itu nggak mengubah apa-apa!"

"Memang." Bahkan dalam kegelapan aku tahu cowok itu sedang menghela napas. "Tapi ini nggak sesuai sama apa yang kubayangkan. Rasanya ... kayak ... too much expectations, and I carried all of them, but then I lost, and ...." Faux menjilat bagian bawah bibirnya. "Aku nggak tahu. Kayaknya aku bikin semua orang kecewa. Kamu, Matthew, Reece, Mikey—"

"Kamu nggak bikin kecewa siapapun, Faux ...." Aku harus mati-matian menahan nadaku supaya tidak meninggi. "Kamu baru aja balik main kompetitif langsung setelah tiga tahun istirahat! Dan kamu langsung dapet slot ke final!" Aku melihat ke bawah. "Dan kakimu"—aku menggigit bibirku keras-keras—"semua orang tahu kamu pernah kecelakaan. But you did impossibly great on court."

Aku mendengar suara ledakan confetti dan panggilan DJ untuk sesi foto pemenang, termasuk Kerbecs yang resmi menjadi runner-up kompetisi ini.

"Malam ini spesial, Faux," ujarku. "Dan itu semua karena kamu."

Selama beberapa lama, Faux memandang ke sekelilingnya. Penonton yang mengarahkan kamera ke lapangan dan ombak yang mendesis di pesisir. Aku mendengar Faux menghela napas lagi, lalu, "I gotta go." Faux membalikkan tubuhnya dan berjalan tersaruk-saruk ke arah pintu basemen.

"Faux!" Aku menerjang Faux dan memegangi lengannya kuat-kuat. "Kamu kenapa sih?" Suaraku mulai bergetar. "Ada apa, Faux? Kamu nggak mungkin begini cuma gara-gara satu match kan?"

"I lost to him," kata Faux lagi. "Dan kita juga selalu ketemuan diam-diam. Aku nggak bakal pernah jadi cowok yang bikin kamu bangga di depan banyak orang. Aku nggak bakal pernah jadi yang pertama."

Cengkeramanku mengendur.

"Aku sadar bukan itu yang aku mau," Faux meneruskan. "I don't want a hook-up. I want to make us exclusive."

Faux menatap kerumunan sekali lagi, lalu tersenyum. "It's okay." Faux menyelipkan sehelai rambut ke belakang telingaku. "Take your time."

Faux kembali melangkah, tapi kali ini aku tidak membiarkan Faux pergi. Aku memeluk cowok itu. Erat-erat. Menghirup dalam-dalam baunya yang lembut dan bercampur dengan garam laut, keringat, dan asap rokok.

"Xel ... Axelle ...." Faux bergerak dengan kikuk, tapi aku semakin mengeratkan pelukanku. Samar-samar, aku bisa merasakan jantung Faux yang berdetak cepat. Pelan. Lalu cepat lagi. "Kita dilihatin banyak orang—"

"Nggak apa-apa." Suaraku menjadi parau karena aku berbicara pada dada Faux. "Memang itu yang aku mau."

Tidak ada jawaban.

Kemudian, detak jantung Faux melambat. Aku hampir tidak bisa mendengar apa pun lagi selain suara-suara bising dari penonton yang serta-merta merayakan kemenangan Harley dan Kerbecs. Ketika akhirnya aku bisa merasakan detak jantung Faux lagi, cowok itu menarik tubuhku dan mengangkatku tinggi-tinggi, kemudian menurunkanku lagi dan mengecup keningku berkali-kali.

Saints & SinnersWhere stories live. Discover now