Still the same

54 27 3
                                    

"Papa, kenapa?" tanya Umji pada sang papa.

Papa berjalan tergesa-gesa menuju ruang rawat Sowon. Sang papa tampak menghela nafas panjang, ia mengacak rambutnya kasar.

"Eonnie-mu, Sowon ..."

Umji yang mendengar itu dengan segera terkesiap, ia berdiri dari duduknya. Bersamaan dengan yang lain.

"Self-injurynya menunjukan tanda-tanda adanya Skizofrenia. Dia berkali-kali melakukan bunuh diri yang untungnya bisa segera diatasi dengan baik oleh dokter yang merawatnya," jelasnya.

"Kasus berat lagi," desah Umji.

"Apa kamu mau membantu?" tanya sang papa.

Umji menghela nafas panjang, membuangnya secara kasar. Ia memijit pelipisnya, memejamkan matanya untuk menormalkan gejolak di dadanya.

"Apa aku harus?" tanyanya.

"Ini tidak mudah, jika kamu tidak ingin membantu, tidak jadi masalah. Papa masih bisa mengatasinya."

Umji mengalihkan pandangannya menatap para member untuk meminta persetujuan, yang langsung diangguki oleh mereka. Scoups meraih tangan Umji, ia berlutut di hadapannya, tatapannya sendu.

"Please tolongin Sowon, balikin dia seperti semula," pinta Scoups.

"Kami tau, bahwa dia sangat butuh bantuan profesional, tapi ... " gantung Joshua.

"Ya, itu yang saya maksud sebuah trigger. Saya pikir ada sebuah trigger lagi yang memicunya seperti ini," ucap papa Umji setelah paham, apa yang sedang dirisaukan oleh Joshua.

"Kalian tau bahwa dunia medis itu juga mempunyai sebuah seni? Kami tidak bisa melakukan proses pengobatan yang sama kepada setiap individu sehingga kami juga sering butuh sebuah improvisasi di dalamnya ..." Umji menggantungkan kalimatnya.

"Kasus teman kalian ini bisa dibilang salah satu kasus dimana kami membutuhkan improvisasi untuk membantunya dan orang-orang terdekat pasien merupakan faktor yang sangat besar untuk dapat membantu pasien melalui ini semua." lanjut papa Umji.

Umji mendesah, begitu melihat ekspresi dari mereka semua, "Dengan kata lain, kami membutuhkan pendekatan yang berbeda kepada masing-masing pasien. Untuk kasus yang dialami teman kita, ia mengalami trauma yang cukup berat sehingga sebuah trigger kecil saja dapat memperburuk keadannya."

"Jadi kami harus mulai dari mana?" tanya Vernon.

"Kami harus memulai observasi terlebih dahulu, seperti mencari tau hal-hal seperti apa yang bisa menjadi trigger-nya. Memakan waktu yang sangat lama, tetapi ini untuk kebaikan pasien dan juga keluarganya," jawab Umji.

Entah mengapa Scoups merasa beban yang ia punya menjadi jauh lebih ringan dari sebelumnya hingga membuatnya merasa terharu dan kembali menitikkan air matanya.

Pintu ruangan Sowon terbuka sempurna, ranjang brankarnya didorong oleh para perawat untuk menuju ruangan isolasi syaraf. Umji dibelakangnya dengan membawa catatan biru ditangannya, hanya bisa menghela nafas pasrah. Ia tak sanggup.

Di sana gadis tersebut terlihat semakin kurus dari biasanya, tulang pipinya yang terlihat, bibir pucatnya. Kedua tangan dan kakinya diikat dikedua sisi ranjangnya, terlihat tidak berdaya.

"Pasien menolak untuk diobati jadi kami menyuntikkan obat penenang," ujar salah satu perawat.

"Teman kalian bisa kembali seperti semula, jangan khawatir. Kami akan membantu sepenuhnya," ucap papa Kim.

Umji hanya mengangguk, dirinya masih tergolong dokter magang tapi kemampuannya diluar jangkauan terlebih sifatnya yang penyabar, bisa menenangkan beberapa pasien dengan tingkat kewarasan yang tinggi cukup membuat para dokter disana terkesan. Bukan karna dirinya anak dari salah satu dokter dari direktur rumah sakit. Jika dirinya tidak ada kegiatan dengan grupnya, ia akan membantu sang papa tercinta untuk membantu dirumah sakit.

As you wish [ PROSES REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang