Memburuk

56 26 3
                                    

Satu minggu setelah kepergian Jeonghan, Sowon mulai kembali lagi melanjutkan study-nya yang tertunda. Sikapnya menjadi berubah 180 derajat. Ia menjadi dingin, susah untuk di dekati. Dan mulai menutup diri dari semua kegiatannya. Ia enggan untuk berbaur dengan yang lain bahkan dengan para member sekalipun.

Seperti hari ini, dirinya berangkat sendiri menuju kampus. Tidak mengandalkan bantuan oranglain. Ketika ada kesempatan dan waktu luang, dirinya rehat sejenak diruang latian tapi ketika ada oranglain yang ikut rehat, dirinya bergegas keluar. Ia menghindari segala sesuatunya.

Tatapannya menjadi dingin ketika diluar apartement, Ya. Dirinya sudah memutuskan untuk tetap berada di apartement yang sempat ia tinggali bersama Jeonghan. Semua perabotan tidak ia pindahkan, ia tidak ingin menghilangkan jejak Jeonghan dari apartement tersebut. Beberapa parfume milik kekasihnya juga ia simpan dengan rapi, selimut serta pakaian milik kekasihnya pun masih ia simpan dilemari.

Sowon memejamkan matanya diranjang tempat dirinya tidur bersama, saling bercerita satu sama lain. Saling menjadi sasaran kejahilan satu sama lain. Ia mengeratkan pelukannya pada bantal tidur milik Jeonghan, bau khas lelaki tersebut langsung menyeruak.

"Jeonghan."

Isakan pelan nan bergetar itu keluar begitu saja, hatinya sakit. Kenangannya bersama Jeonghan banyak sekali, ia tak yakin akan bisa melupakannya.

"Han, aku kangen kamu."

Air matanya luruh, perasaannya hampa. Tatapannya kosong, bahkan dirinya tidak memperdulikan penampilannya kali ini.

Scoups yang khawatir dengan keadaan gadis tersebut dengan segera ia mampir menuju apartement Sowon. Ia menekan password pintu tersebut. Begitu ia naik menuju lantai 2, ia melihat Sowon terisak pelan. Kedua matanya terpejam namun aie matanya mengalir deras.

"Sowon," panggil Scoups, namun tak dihiraukan.

Lelaki itu dengan segera mengguncang bahu gadis tersebut secara pelan, membuat kedua matanya membulat sempurna. Sowon melihat dengan jelas Scoups yang tengah mengkhawatirkannya. Ia lalu menepis tangan Scoups dengan kasar.

"Lo pasti belum makan?" ucap Scoups.

Sowon hanya diam tak menanggapi, matanya menatap kosong jendela yang terbuka itu.

"Gue masakin ya," ucapnya dengan pelan.

Masih tak ada jawaban.

Scoups lalu turun menuju pantry, ia memasak sebisanya meskipun dengan arahan Mingyu. Ia menghubungi Mingyu untuk tutorial memasak dan melarang lelaki tersebut untuk datang.

Setelah selesai, ia lalu menyuapi Sowon. Ia melihat tatapan gadis tersebut sangat kosong, rambutnya acak-acakan. Ia akui bahwa dirinya juga masih tidak bisa merelakan kepergian Jeonghan.

****

Entah sudah berapa kali dirinya membasuh wajahnya, ia menatap pantulannya di cermin. Buruk. Sowon tertawa hambar. Gairah hidupnya sudah hilang, ia tak sanggup untuk meneruskan hidupnya.

Ia keluar dari kamar mandi dan menuju pantry, ia mengambil pisau lalu menyayat pergelangan tangannya hingga mengeluarkan darah segar. Seolah tak merasa kesakitan, ia hanya tertawa melihat itu. Mengusap air matanya dengan kasar, membuat wajah cantiknya terkena darah bekas pergelangan tangannya.

Suara bendah jatuh membuat Scoups keluar dari kamarnya. Ya, Scoups memutuskan akan tinggal di apartement Sowon untuk sementara waktu, ia mengkhawatirkan gadis tersebut.

Scoups yang melihat Sowon tengah terduduk dengan lemas dan tangannya yang mengeluarkan darah, dengan segera berlari lalu membuka bajunya untuk menghentikan pendarahannya. Sowon hanya tertawa, pandangannya tetap kosong. Sorot mata yang tadinya hangat, kini digantikan dengan sorot mata sendu. Seolah ada yang hilang dari tubuhnya, jiwanya entah pergi kemana.

As you wish [ PROSES REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang