01. Kesiram Air Pupuk Tanaman

Start from the beginning
                                    


***

Rena

"Kemarin kenapa belum kirim pdf?" pertanyaan Kak Regal buat aku tepuk jidat. Oh iya aku lupa banget. Semalam aku nyelesaiin baca wattpad oppa aku. Habisnya seru. Katanya mau diterbitin jadi harus cepet-cepet dibaca sebelum chapternya dihapus sama author.

"Aku lupa kak. Semalam aku baca wattpad."

"Lebih baik baca buku dari pada baca wattpad, Serena," katanya dengan suara datar.

"Baca buku tuh bosenin tau. Kalau baca wattpad tuh seru gitu. Ada kisah-kisah romantis. Kadang aku penasaran gimana rasanya punya cinta pertama kayak cerita di Wattpad," tuturku tanpa sadar aku udah bicara panjang, "Iya kak siap salah." Selalu aja kalau Kak Regal udah natap aku tajam aku refleks bilang siap salah.

Pokoknya Kak Regal harus benar. Yang salah-salah di aku. Nggak apa-apa kok. Takut.

"Sekarang saya udah ada beberapa surat. Kamu bisa praktek arsip surat. Ini snelhecter. Pakai sistem abjad aja biar kamu lebih gampang," suruh Kak Regal. Kebetulan tadi di sekolah aku ada praktek buat arsip sesuai sistem abjad. Jadi aku masih inget. Tapi kalau udah besok pasti aku langsung nggak inget apa-apa.

"Kak Regal lengkap banget. Mana ada capnya juga."

"Kamu cepet kerjain. Habis itu kasih ke saya hasilnya."

Aku langsung urutin surat kayak kata Ona di sekolah. Mulai dari huruf yang pertama terus selanjutnya. Habis itu setelah aku kelompokin hurufnya aku indeks nama perusahaan yang ada di surat. Belum selesai itu juga. Aku juga harus urutin tanggalnya dan nentuin itu surat masuk atau keluar.

Jujur aja itu harus teliti dan bikin kepala aku pusing. Sebenernya sih gampang cuma aku males aja.

Aku dengar Revan juga dipanggil Kak Regal untuk ikut menyusun surat dengan arsip sistem abjad. Revan juga siswa jurusan perkantoran. Hanya saja dia perkantoran satu dan aku perkantoran tiga.

"Eh itu salah, cil. Kalau surat keluar sama masuk tanggalnya sama. Yang diduluin surat keluar," jelas Revan waktu lihat aku salah. Aku langsung benerin urutannya sebelum aku bolongin pinggirnya pakai pembolong kertas.

Setelah semua urut. Aku coba bolongin pakai pembolong kertas. Tapi keras banget. Revan langsung ambil surat-surat dan pembolong kertas, terus dia bantu aku buat neken pembolong kertas.

"Makasih, Revan," kataku.

Aku sesekali melirik Kak Regal yang langsung sibuk baca-baca buku pelajaran waktu dia sadar aku lirik dia. Sore ini dia pakai kemeja dan celana panjang. Katanya baru aja pulang kuliah. Kak Regal ambil kuliah jurusan Pendidikan Ekonomi Administrasi Perkantoran.

"Nomor agenda ditulis berapa, Van?" tanyaku lupa.

"Nomor surat yang udah kamu urutin. Misal ini kan surat urutan ketiga jadi agendanya ya nomor tiga," balas Revan.

"Yang bagian ini juga tiga?" tanyaku.

"Iya, terus yang ini bukan tanggal asli. Tapi tanggal yang udah ditambah dua. Jadi dua hari setelah tanggal surat itu keluar," jelas Revan dan aku mengangguk paham. Kayaknya aku lebih cocok deh belajar sama Revan.

"Oke, makasih Revan."

Kak Regal masih diem aja sambil sok buka-buka halaman buku. Padahal bukunya kebalik. Mau negur, tapi aku kalau meleng sedikit bisa lupa tadi sampai surat yang mana. Alhasil aku biarin aja biar nggak malu. Mungkin dia emang suka baca buku posisi freestyle.

"Bang buku lo kebalik," ucap Revan. Aku ikut natap Kak Regal yang langsung naruh buku di meja. Dia tiba-tiba langsung berdiri, "Sebentar, saya mau minum. Saya kurang konsentrasi," ucapnya. Oh gitu ya. Aku kira gara-gara emang cara membaca dia freestyle.

"Kak Regal emang gitu ya, Van sikapnya?" bisikku ke Revan.

"Hu um. Dia emang tegas, disiplin banget. Bener-bener duplikat Ibu. Di rumah ini kalau Ibu pulang dari rumah dinas udah berasa latihan militer," kata Revan. Aku terkekeh pelan. Bapaknya Revan seorang nahkoda, Ibunya polwan. Mereka berdua sibuk sekali. Dan jangan tanya kenapa sikap Regal tegas. Ya itu ajaran dari sang Ibu. Sementara Revan lebih ke ayahnya. Ia santai, tapi masih bisa diatur. Good boy.

"Udah selesai?" tanya Kak Regal yang datang dengan kaos hitam. Kemejanya udah dia ganti.

"Udah kak." Aku kasih hasilku ke Kak Regal.

Kak Regal koreksi punyaku duluan. Tapi habis itu dia nggak koreksi punya Revan.

"Kok Revan nggak dikoreksi sih kak?"

"Punya dia udah bener," balas Kak Regal.

Udah bener gimana sih? Belum dibaca juga ih. Nggak adil banget.
Yaudah deh terserah. Yang penting cepetan jam lima, aku pengen pulang makan seblak buatan Kak Sera.

Jam udah pukul lima pas. Aku beresin buku dan alat tulisku. Murid Kak Regal yang dari SMA juga udah pada dateng. Mereka ambil les jam lima khusus hari ini. Kata Revan sih buat ngajarin aku. Soalnya pelajaran yang aku pelajarin sama murid SMA beda. Setelah itu aku berdiri dan menjulurkan tangan, "Salim dulu."

Kak Regal kayaknya masih kaget kalau aku mintain salim.

Habis salim dan izin pulang. Aku jalan keluar rumah dan pakai sandal pink pom pom. Rumahku tepat di depan rumah Kak Regal. Jadi cuma jalan lima langkah udah sampai rumah. Aroma sedap seblak Kak Sera juga udah menusuk indera penciumanku. Tapi aku inget belum tutup pagar.

Aku keluar lagi dan tutup pagarnya. Tapi kucingku kayaknya lagi berantem di sana. Aku sempetin buat ambil kucing. Waktu aku mau masuk ke dalam. Tiba-tiba ada air yang jatuh ke badanku. Rambut sampai badanku basa semua. Sementara kucingku udah lompat duluan.

Terlebih lagi bau airnya tidak enak. Ternyata itu air cucian beras yang dicampur kulit bawang merah untuk pupuk tanaman Mama.

"ASTAGFIRULLAH ADEK!" seru Mama kaget anaknya kesiram air pupuk tanaman. Tangan Mama tadi kepleset karena embernya berat. Mama jadi heboh di atas waktu tau aku kesiram.

"Mama!" aku nangis waktu kecium aroma paling aku benci. Nggak nyangka hari ini aku kesiram cairan kampret itu.

 Nggak nyangka hari ini aku kesiram cairan kampret itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Gemes bgt sii Serena😭

Next?

-Day

Regal & Rena Where stories live. Discover now