49. DELICIOUS RESTO

67 6 32
                                    

Sepulang sekolah, Melvin mengajak Zavira untuk makan sore si Delicious Resto. Melvin kini sedang mengeluarkan mobilnya dari garasi. Selama hampir satu jam Zavira dan Melvin gunakan untuk bertengkar. Zavira tidak mengizinkan Melvin mengendarai mobil, takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

"Nggak apa-apa, gue udah sehat." ucap Melvin meyakinkan Zavira.

"Sehat apanya! Lo jalan aja masih sempoyongan, sok sokan mau nyetir. Udah makan di rumah aja gue masakin." ucap Zavira.

Melvin menggeleng. Ia kekeuh akan makan siang di Delicious Resto dan mengemudikan mobilnya sendiri. Padahal benar kata Zavira, Melvin masih sangat lemas.

Tapi akhirnya Zavira kalah dan menuruti kemauan Melvin. Mobil BMW milik Melvin keluar dari area rumahnya. Saat mobil itu masih di depan gerbang ia berpapasan dengan sebuah mobil dengan obsidian hitam.

Kaca mobil hitam itu terbuka membuat Zavira melihat siapa yang mengendarainya. "P-papa?" gumam Zavira.

"Hah? Siapa?" tanya Melvin yang samar-samar mendengar gumaman Zavira.

"Itu papa gue. Kayaknya nyariin gue." ucap Zavira.

Gadis itu keluar dari mobil Melvin dan menghampiri mobil papanya. Melvin pun ikut serta menyusul Zavira.

"Papa!" panggil Zavira.

Dana menoleh, melihat putrinya keluar dari mobil mewah yang terparkir didepan rumah megah. Laki-laki paruh baya itu memberhentikan mobilnya dan menemui putrinya, disusul oleh Indi.

"Zavira? Kamu kok disini?" tanya Dana.

"Aku kerja disini, Pa. Ini majikan aku." ucap Zavira sembari menyalami kedua orang tuanya.

Dana dan Indi menatap Melvin, mengingat-ingat kapan mereka bertemu Melvin, karena rasanya sangat familiar. Melvin akhirnya menyalami orang tua Zavira.

"Saya Melvin, Om, Tante. Saya pacarnya Zavira." ucap Melvin sopan.

Ya, Dana dan Indi mengingat Melvin. Mereka berdua sadar bahwa Melvin lah laki-laki yang mereka bentak-bentak di Semarang beberapa minggu lalu.

"Ah, iya. Ini rumah kamu?" tanya Indi sembari mengedarkan pandangannya pada lingkungan sekitar rumah Melvin. Tak ada rumah kecil disana.

"Apa dia dari keluarga konglomerat?" batin Indi.

"Ini rumah orang tua saya, Tan. Oh iya, saya dan Zavira akan pergi makan diluar, jika Tante dan Om berkenan, mari kita makan bersama." ajak Melvin.

"Baiklah, saya juga harus kenal lebih dekat dengan kamu." ucap Dana.

Melvin tersenyum, ini waktunya pendekatan dan meluluh hati orang tua Zavira. "Mobilnya biar dimasukkan saja, Om. Kita berangkat menggunakan mobil saya saja."

Akhirnya, Dana dan Indi menuju Delicious Resto untuk makan. Di sisi lain Zavira sangat khawatir dengan Melvin, apalagi mobil ini dikendarai oleh Melvin.

"Kamu satu sekolah dengan Zavira, Vin?" tanya Indi.

"Iya Tante,"

"Jagain Zavira nya ya." ucap Indi

"Haha, malah Zavira yang jagain saya, Tan. Dia protektif banget, apalagi soal kesehatan." ucap Melvin.

"Jangan gibahin aku dong! Lo fokus aja nyetirnya!" ucap Zavira.

Indi hanya menggelengkan kepalanya. "Mama kan pengen kenalan."

"Nanti aja, Ma. Bahaya banget ini. Melvin juga baru sembuh, masih sempoyongan." jawab Zavira.

"Loh, kamu sakit apa, Melvin?" tanya Indi.

"Nggak kok, saya cuma kecapekan. Itu juga karna ditinggal Zavira ke Bandung. Jadi, Om, Tante. Saya di sini juga ingin menyampaikan sesuatu, bahwa saya sangat serius kepada Zavira. Izinkan saya untuk itu. Saya bersedia membiayai kuliah Zavira, dan menjaga Zavira sepanjang hidup saya." ucap Melvin serius.

Indi dan juga Dana tentu terkejut mendengar itu. "Melvin, kamu ini kan masih SMA, umur kalian masih sangat kecil untuk berpikir sampai sana." ucap Dana.

Melvin memberhentikan mobilnya di parkiran Delicious Resto. "Mari kita bicarakan di dalam saja." ucap Melvin.

Mereka akhirnya duduk di dalam restoran. Seorang pelayan datang dan menyerahkan buku menu. Setelah memilih menu, mereka kembali melanjutkan perbincangan di mobil tadi.

"Melvin, kamu benar-benar serius itu dengan putri saya?" tanya Dana.

"Benar, Om. Bahkan saya bersedia mengikat Zavira tahun ini jika diizinkan." ucap Melvin.

Zavira melotot tak percaya. Ia tak pernah memikirkan hal seperti ini sebelumnya. Gadis itu menginjak kaki Melvin, untuk memberikan kode.

"Begini, Melvin. Pernikahan ataupun pertunangan pasti membutuhkan biaya yang besar, dan juga tanggung jawab yang besar juga."

"Kamu masih sekolah, saya pikir ini terlalu cepat." ucap Dana.

Tiba-tiba seorang wanita yang notabenenya adalah manager Delicious Resto datang menghampiri meja Melvin. "Tuan Muda, maaf mengganggu waktunya. Tapi apakah bisa kita adakan rapat darurat, ada sedikit kecelakaan dalam minggu ini."

"Mengapa tiba-tiba? Saya juga memiliki kepentingan lain, bukan hanya di Delicious Resto cabang ini." ucap Melvin tegas.

"Maaf, Tuan. Tapi kali ini benar-benar darurat." ucap Sang Manager.

"Om, Tante, Zavira, saya tinggal dulu sebentar." ucap Melvin.

Setelah itu Melvin bangkit dari duduknya dan segera menyelesaikan keperluannya. Kepergian Melvin membuat Indi menginterogasi Zavira.

"Sebenarnya siapa laki-laki itu? Besar sekali nyalinya, apa dia punya pekerjaan." tanya Indi.

"Dia pemilik restoran ini, dan lihatlah poster di luar sana." ucap Zavira sembari menunjuk poster di pinggir jalan, di mana di sama terdapat foto Melvin.

"Dia aktor dan model." ucap Zavira.

Hal itu membuat Indi dan Dana sangat terkejut. "Kamu benar-benar mencintainya?" tanya Dana.

"Iya, Pa. Aku nggak bisa ninggalin dia. Dia sampai koma waktu aku hilang tanpa kabar." lirih Zavira.

"Aku mohon, jangan bikin aku sama dia pisah. Batalin perjodohan aku sama Ditya, aku nggak ada rasa, aku nggak akan bahagia sama Ditya." ucap Zavira.

"Oke. Mama akan bicarakan besok." ucap Indi.

Zavira melotot tak percaya. "Ma? Beneran?" Gadis itu merasa seperti mimpi. Senyumnya merekah kala Indi mengangguk mengiyakan.

"Laki-laki kaya itu akan menanggung biaya hidup mu. Baguslah, berkurang beban ku." batin Indi.

🧸🧺

Sebuah mobil hitam melaju kencang. Mobil itu melaju dari Jakarta menuju Bandung. Ya, mobil yang dikendarai oleh Dana, beserta Indi.

"Kita benar-benar akan membatalkan perjodohannya?" tanya Indi.

"Ya. Laki-laki itu jauh lebih kaya dari keluarga Ditya. Keuntungan kita lebih banyak." ucap Dana.

"Bagaimana resikonya? Keluarga Ditya pasti sangat marah, bukan?" tanya Indi.

Dana justru tersenyum miring. "Tidak perlu dipedulikan."

🧢💙

HALOOO KANGEN AKU NGGAK!? HARUS KANGEN POKOKNYA

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK DENGAN VOTE AND COMMENT!

Tentang Kasta [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang