18. CURIGA

85 31 14
                                    

"Kamu adalah segalanya bagi saya. Entah apa yang akan terjadi pada diri ini jika kamu tidak hadir dan mengubah segalanya."

-Melvino Dewangga Garenza-

☀️☀️☀️

Zavira dan Melvin akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah. Kabarnya hari ini Marissa dan Marco akan pulang.

Zavira sudah menempatkan diri di dapur. Gadis itu sedang mencuci piring. Seperti biasa, Melvin selalu mengamati dari belakang.

"Rajin banget sih," ucap Melvin.

"Namanya juga orang kerja." ucap Zavira tanpa menatap lawan bicaranya.

"Kalo gue sih mandang ko bukan pelayan," ungkap Melvin.

Zavira menoleh kebelakang, menatap Melvin yang bersandar di di sebelah lemari es. "Lo mandang gue apaan? Satpam?" Tanya Zavira.

"Masa depan." ucap Melvin.

Melvin berjalan mendekati Zavira. Hal itu membuat Zavira membalikkan badannya menghadap Melvin.

"Hah? Gimana?" tanya Zavira.

"Iya masa depan. Kaya liat istri lagi siapin makanan." ucap Melvin.

Zavira tersenyum dan memukul lengan Melvin pelan. "Apaan sih lo? Klasik tau nggak!" ucap Zavira.

"Klasik-klasik gini juga lo salting." ucap Melvin.

"Udah ah, gue mau selesain kerjaan gue dulu." ucap Zavira.

"Dih, sok-sok an. Inget, gue ini majikan lo!" ucap Melvin menyombongkan diri.

Zavira memutar bola matanya jengah. "Baik, tu-an mu-da." ucap Zavira. Gadis itu menekankan setiap kata yang diucapkan

"Melvin." panggil Marissa.

Melvin dan Zavira tentu terkejut dengan kedatangan wanita itu. Melvin menatap Marissa sekilas, lalu berbalik menatap Zavira.

"Buatkan minuman, dan siapkan baju saya segera." ucap Melvin.

Zavira mengangguk pelan. Melvin berjalan mendekati Marissa yang duduk di meja makan. Laki-laki itu berjalan santai sambil memasukkan kedua tangannya kedalam saku.

"Duduk." ucap Marissa.

Melvin pun menuruti perintah Marissa. Laki-laki itu tak menyangka Marissa datang sore-sore begini.

"Kenapa kamu berinteraksi langsung dengan dia? Dimana Tina?" tanya Marissa.

"Handphone saya tertinggal di mobil." alibi Melvin. Padahal handphonenya ada di saku celana.

Zavira meletakkan secangkir kopi di depan Melvin. "Selamat menikmati." ucap Zavira.

Melvin mengangguk pelan.

"Tangan siapa?" tanya Marissa saat Zavira hendak berbalik.

Jantung Zavira berdegup kencang. Apakah hubungan nya dengan Melvin akan segera di ketahui?

Zavira pura-pura tidak peduli, gadis itu segera pergi ke dapur yang berada di balik rak. Meja makan dan dapur hanya di batasi oleh rak putih berisi guci keramik yang harganya dua kali lipat dari rumah Zavira.

Melvin paham dengan pertanyaan Marissa. "Untuk apa mama tau? Saya pikir itu tidak penting untuk mama." ucap Melvin.

"Baiklah. Saya harap kamu mengerti dengan aturan dalam berhubungan dengan seorang gadis." ucap Marissa.

Marissa pun pergi dan segera menemui Marco di ruang kerjanya. Saat Marissa membuka pintu, terdapat suaminya yang sedang duduk dan membaca majalah.

"Malam ini juga kita harus menemui keluarga Rahardja." ucap Marissa.

Tentang Kasta [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang