42. JAKARTA

80 14 22
                                    

“I love my life, bcz my life is you.”
Melvino Dewangga Garenza—

☀️☀️☀️

Zavira dan Ditya sampai di Jakarta tepat pukul 19.08. Suasana kota di malam hari memang indah. Gemerlap lampu dan gedung-gedung tinggi yang mengisi.

Guru pembimbing mengajak mereka untuk makan terlebih dahulu. "Di sini saja ya?" tanya Guru Pembimbing.

Zavira menengok restoran di sebelahnya sebelum keluar mobil. Zavira melotot melihat bahwa itu adalah Delicious Resto, restoran milik Melvin.

"Di tempat lain saja. Makanan di sana membosankan." ucap Zavira gelagapan.

"Oke. Asha biasanya makan di mana? Asha kan orang sini," ucap Ditya.

"Lurus dulu aja, nanti saya beri arahan." ucap Zavira.

Zavira segera mengeluarkan pouch nya dan langsung touch up meski masih dalam mobil. Sembari memakai make up, Zavira mengingat ingat restoran tanpa CCTV yang pernah ia kunjungi di sekitar sini. Zavira yakin Will masih memantaunya.

Mereka akhirnya makan di sebuah tempat makan yang tidak terlalu ramai dan populer. Meskipun demikian, Zavira tetap jaga-jaga dan merubah penampilannya.

"Asha? Kamu tumben pake make up tebal, sampe keliatan beda banget, haha." celetuk Ditya.

Zavira menghentikan gerakannya yang sedang menyendok nasi. "Belajar makeup." ucap Zavira.

"Baru belajar kok hasilnya udah maksimal banget, Sha." ucap Ditya diakhiri kekehan.

Setelah selesai makan mereka pun akhirnya tiba di penginapan. Di penginapan itu bukan hanya Ditya dan Zavira, tapi semua peserta lomba LCC mengatakan menginap di sana.

"Kamarnya sendiri-sendiri kan, Pak?" tanya Zavira pada guru pembimbing.

"Iya, Sha. Kan nggak mungkin kamu sama Ditya sekamar,"

"Bahaya, Pak. Haha." ucap Ditya.

"Ini kunci kamarnya, Sha, Dit." ucap guru pembimbing seraya menyerahkan kunci kamar.

"Iya, Pak. Terima kasih. Kami izin istirahat terlebih dahulu." ucap Zavira.

Zavira memasuki kamarnya dan menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Sulit sekali menjadi orang lain. Zavira merindukan Melvin.

Semenjak Zavira menghilangkan dari hidup Melvin, Zavira belum mendengar kabar dari laki-laki itu. Zavira menghindari kepo tentang Melvin dan kini Zavira tak memegang handphone.

"Gue cuma mau denger kabar kalo lo baik-baik aja, Vin. Maafin gue udah ingkar janji bakal nemenin lo." gumam Zavira.

Zavira melirik ke arah jendela dan melihat suasana di luar. Pandangan gadis itu mengedar dan berhenti pada sebuah poster hijau yang mana di sana terpajang foto Melvin dengan sebuah produk.

"Ini photoshoot lama. Lo nolak semua job, atau gimana Vin? Lo baik-baik aja kan?" Entah mengapa Zavira mendadak khawatir soal Melvin.

Zavira memutuskan untuk tidur dan beristirahat. Besok pagi akan ada acara pembukaan LCC dan siangnya kompetisi akan di mulai.

Di sisi lain Ditya sedang berbincang-bincang dengan seseorang lewat telepon. Laki-laki itu berjalan mondar-mandir.

"Iya. Aku juga khawatir kalo Asha tau soal itu. Dia pasti akan di tarik kembali." ucap Ditya.

"Berita di Tv dan sosial media masih membahas tentang laki-laki penyakitan itu. Jangan biarkan Zavira tau soal itu. Kamu harus berusaha menutupi." ucap laki-laki dalam sambungan telepon.

"Iya, Om. Asha tampak seperti bersembunyi dari teman-temannya di Jakarta, Asha memakai make up tebal." ucap Ditya.

"Tapi kalo Zavira tau laki-laki itu diambang kematian, dia pasti luluh! Kamu jangan anggap sepele. Zavira itu masih sayang." Laki-laki itu menekankan kalimatnya.

"Baik, Om. Saya akan usahakan Asha aman. Asalkan perjodohan ini tetap berjalan." ucap Ditya.

~•~•~•~

Paginya, acara pembukaan untuk LCC dimulai. Diisi dengan sambutan dari beberapa tokoh di Jakarta, seperti gubernur, menteri pendidikan dan lainnya.

"Asha? Ada kamu kenal teman lama kamu di sini?" tanya Ditya.

Zavira menggelengkan kepalanya. "Nggak ada. Kalo ada pasti gue samperin." ucap Zavira.

Ditya mangut-mangut mengerti. "Menurut kamu kita menang nggak si?" tanya Ditya. Laki-laki itu terus berusaha mencari topik agar Zavira tak diam saja.

"Aamiin aja." jawab Zavira.

Ditya menghela nafas panjang. Sebenarnya Zavira juga kasian pada Ditya, tapi Zavira juga tak mau memberi harapan lebih untuk laki-laki itu. Nyatanya Zavira juga masih terikat dengan Melvin, mungkin untuk selamanya.

Zavira pergi ke toilet tanpa izin dengan Ditya, gadis itu pergi begitu saja. Sebenarnya Zavira merasa sangat risih dengan make-up tebalnya, yang merubah bentuk wajahnya hingga tampak tidak seperti Zavira.

Di perjalanan menuju toilet, Zavira menabrak seseorang. "Aduh, maaf." ucap Zavira sembari mengambil sling bag nya yang jatuh.

Zavira menegakkan badannya. Gadis itu menatap seseorang yang ia tabrak. Betapa terkejutnya Zavira ketika melihat itu adalah Keva.

Keva menatap Zavira dengan tatapan curiga. Zavira juga menyadari hal itu. Tapi, berlama-lama di sini akan membuat Zavira semakin mencurigakan.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Keva.

"Nggakpapa atuh, punten, saya duluan ya." ucap Zavira.

Setelah mendengar gelagat dan nada bicaranya, Keva menjadi ragu kalau itu Zavira. Apa lagi, kini Zavira benar-benar tampil berbeda. Badannya agak berisi karna menggunakan 3 lapis baju. Rambutnya keriting, dan rahangnya lebar, serta mata yang hitam pekat dengan beberapa tahi lalat kecil di wajah.

Sebenarnya Ditya juga tau maksud dari penampilan Zavira. Tapi Ditya memilih untuk pura-pura tidak tau. Sejatinya Ditya memang mendukung Zavira untuk terus menghindar dari Melvin. Ditya ingin menang kan?

Zavira akhirnya masuk ke toilet. Ia membenarkan bajunya yang berantakan karna gerah sekali. Zavira memakai sweater panjang, seragam, lalu jas hitam. Sedangkan bawahan, Zavira memakai clana, lalu rok pendek dan di tambah rok panjang dari sekolah.

"Gila! Gerah banget ini! Kapan selesainya, coba?" tanya Zavira di depan cermin.

🧸🧺

Will kini masih mencoba mencari Zavira. Banyak sekolah yang telah ia jelajahi namun tak berbuah apapun. Melihat kondisi Melvin yang kini makin parah membuat Will semakin semangat mencari Zavira.

"Tuan Marco, Tuan Muda mengalami koma. Tidakkah anda pulang untuk menjenguk nya?" tanya Will dalam sambungan telepon.

"Masih banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan. Mungkin besok saya akan pulang. Tunggu saja waktunya tiba." ucap Marco di seberang sana.

"Baik, Tuan. Bukan maksud memerintah anda. Saya han— ucapan Will terpotong karna Marco yang mematikan sambungan telepon.

Will geleng-geleng kepala. Bahkan saat Melvin sedang dalam kondisi kritis pun Marco masih tetap keras dan tak peduli. Will sungguh mengerti mengapa Melvin merasa tak punya keluarga dan hanya mementingkan Zavira dalam hidupnya.

💙🧢

Lama banget ya nggak up? Sibuk banget please, banyak projects dari sekolah. Maaf ya, jangan bosen buat liat penderitaan Melvin, wkwkwk.

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote and comment ya!

Love u moreee!

Tentang Kasta [End]Where stories live. Discover now