31. RENDAHAN

96 28 48
                                    

Sore ini, Melvin dan Zavira menghabiskan waktu bersama. Mereka duduk di rerumputan yang dialasi dengan kain.

Ada tumpukan buku, 1.000 ml teh dan dua cangkir. Ada pula roti tawar dengan selai nanas dan blueberry.

"Kaya menikmati hari tua aja Zav," celetuk Melvin.

Zavira yang sedang mengoleskan selai di atas roti pun menoleh. "Maklum, remaja jompo." jawab Zavira dengan kekehan.

Dua remaja itu menyantap roti tawar dengan selai diatasnya sambil membaca buku. Sembari menikmati semilir angin pada sore ini, Melvin mendekati Zavira dan membelai rambut gadis itu.

"Cantik," ucap Melvin sembari menatap Zavira.

Mulut Zavira yang sedang mengunyah pun berhenti. Bukan masalah pujiannya, namun mata Melvin yang terlihat berkaca-kaca.

"Vin?" tanya Zavira.

Melvin tersenyum. "Makasih ya." ucap laki-laki itu.

"Nggak. Gue juga beruntung punya lo. Jangan bertindak seolah-olah cuma lo yang butuh gue, sedangkan gue nggak butuh lo." ucap Zavira.

Keduanya berpelukan erat, sama-sama tak mau saling meninggalkan. Bisa dirasakan ketulusan mereka satu sama lain.

🧸🧺

Pagi ini Melvin dan Zavira rencananya akan joging. Keduanya sedang menyiapkan sepatu dan lainnya.

"Ayo?" ajak Melvin sembari mengulurkan tangannya untuk menarik Zavira berdiri.

Zavira meraih uluran tangan Melvin. Keduanya berjalan bersama untuk mengelilingi simpangan terdekat.

Sembari mendengarkan musik dari handphone Zavira dengan satu set earphone yang di gunakan dua orang, mereka mulai berlari santai.

"In the middle night," Zavira bersenandung.

"Just call my name im yours to tame," sambung Melvin.

"In the middle night, oooo," keduanya bersahutan.

Jalan sangat sepi karna rumah Melvin memang terpencil. Lokasi ini tak akan di sadari oleh keluarga Garenza.

"Abis ini temenin ke toko buku ya?" pinta Zavira pada Melvin.

"Loh? Di rumah ada perpustakaan loh," ucap Melvin.

"Iya, tapi ada buku baru dari author favorit gue." ucap Zavira.

Melvin tersenyum tipis dan mengelus puncak kepala Zavira. "Iya, abis pulang, mandi, langsung ke toko buku." ucap laki-laki itu.

Senyum Zavira mengembang. "Lo akhir-akhir ini mood banget ya Vin?" celetuk Zavira.

"Oh, jelas dong!" ucap Melvin.

"Kenapa? Bisnis maju pesat ya?" tanya Zavira.

Ya, akhir-akhir ini memang delicious resto mengalami kemajuan pesat. Semakin banyak customer sejak adanya menu baru ide dari Zavira.

"Itu nomor belakang." ucap Melvin membuat Zavira mengerutkan keningnya.

"Nomor satu lo. Gue kayak gini karna lo." ucap Melvin.

Pipi Zavira memerah. Gadis itu tak berani menatap lawan bicaranya. Sial, begini saja jantung Zavira rasanya akan copot.

Melihat reaksi Zavira yang terlihat menggemaskan, Melvin memeluk tubuh gadis itu dari belakang. Mengunci kedua tangan Zavira agar tak bisa memberontak. Untung, jalanan sepi.

"Vin!" teriak Zavira memberontak.

"Gemes banget, pengen gue penyet!" ucap Melvin.

"Enak aja lo!" sewot Zavira tak terima.

Tentang Kasta [End]Where stories live. Discover now