"Wa'alaikumsalam," balas Jian.

   Key segera pergi. Kali ini ia menuju rumah Lisya dengan motor maticnya. Key sedang malas berjalan. Lagipula ia jarang memakai motornya itu.

   Lisya melihat Key yang baru saja sampai di depan gerbang dengan motornya. Gerbang sudah terbuka, Lisya yang memyuruh Pak Tito untuk membuka gerbang. Kemudian Lisya menyuruh Key untuk memasukkan motornya ke halaman rumah agar tidak ada yang mencuri motor sang sahabat jika masih diletakkan di luar gerbang.

   Mereka berdua berjalan beriringan menuju gazebo setelah selesai memarkirkan motor Key di parkiran dekat pos satpam. Lisya dan Key duduk berhadapan. Di tengah-tengah mereka ada cemilan dan minuman yang tadi Lisya siapkan. Keduanya mulai membuka ponsel masing-masing. Lisya mengirimkan link test loncat kelas yang ia dapat dari link pendaftaran ke Key.

   Mereka mulai mengerjakan soal-soal test untuk loncat kelas. Hening melanda suasana mereka karena masing-masing dari mereka sibuk mengerjakan soal-soal test. Tak lupa dengan memakan cemilan yang telah disediakan. Keduanya tak ingin saling mencontek meskipun soal mereka sama. Mereka ingin hasil usaha mereka masing-masing. Tak peduli jika hasilnya tidak seperti ekspetasinya. Asalkan mereka sudah bersungguh-sungguh.

   Jam di ponsel mereka menunjukkan pukul hampir jam sembilan malam. Hampir dua jam berlalu, Lisya selesai mengerjakan soal-soal yang cukup susah itu. Beberapa menit kemudian Key menyusul. Ia juga selesai mengerjakan soal-soal yang membuat kepalanya pusing. Sudah seperti ujian sekolah saja.

   "Mudah gak, soalnya?" tanya Lisya.

   "Mudah banget, sampe gue pengen uninstall kehidupan," jawab Key. 

   Lisya tertawa mendengar jawaban Key. Ada-ada saja, hanya gara-gara soal-soal test sahabatnya itu ingin meng-uninstall kehidupan. Sudah terlihat jelas jika soal-soal itu susah bagi Key.

   "Kalo menurut lo?" tanya Key seraya memasukkan cemilan ke dalam mulut.

   "Agak susah, sih. Tapi jangan dibuat pusing, bawa santai aja," jawab Lisya.

   "Ya itu elo! Gue mah beda lagi!"

   "Makanya, jadi orang tuh sabaran dikit," ucap Lisya seraya menjitak kening Key.

   "Sakit, goblok!"

   "Dih, lemah lo! Gitu aja sakit."

   "Sini gue jitak pala lo biar lo ngerasain gimana dijitak." Key ancang-ancang ingin menjitak kepala Lisya. Tapi Lisya keburu menahannya.

   "Nah, kan. Gak sabaran amat jadi orang."

   "Gimana gue mau sabar? Orang temennya aja nyebelin kayak lo."

   "Yaudah sih, terima aja. Bersyukur punya temen kayak gue."

   "Dih."

   "Udah, ah. Ganti yang lain topiknya. Males kalo berantem."

   "Ya ya ya. Btw kapan pengumuman hasil test tadi?" tanya Key mengalihkan topik.

   "Besok. Besok kan hari terakhir libur sekolah. Sekitaran jam delapanan diumumin. Semoga kita lulus."

   "Aamiin."

   "Eh, udah jam sembilan lewat," ucap Lisya yang baru saja melihat jam di ponselnya.

   "Kalo gitu gue mau pulang. Mampus gue kalo rumah dikunci sama bang Jian karena pulang telat," kata Key.

   Kedua gadis itu membereskan bungkus bungkus cemilan dan membuangnya ke tempat sampah. Setelah itu berjalan beriringan menuju parkiran rumah Lisya untuk mengambil motor Key yang terparkir disana.

2G & The Circle Where stories live. Discover now