Kembali ke Tanah Air

38 5 0
                                    

Peringatan! Bijak dalam membaca. Tidak memaksa, silahkan untuk vote dan komen. Terima kasih ❤️







Alarm berdering membuat seorang gadis terganggu tidur cantiknya. Ia berdecak kesal karena benda berisik itu. Karena kekesalannya memuncak, ia lempar selimutnya sembarang arah. Wajahnya dihiasi amarah, ia mengulurkan tangannya mengambil benda berisik yang tengah berbunyi itu dan melemparnya ke dinding.

"Mampus lo!"

Ia puas karena benda menyebalkan itu berhenti mengeluarkan suaranya yang bisa membuat gendang telinga gadis itu pecah. Walaupun terlihat benda itu baik-baik saja alias tidak pecah karena dilempar ke dinding, benda itu berhenti berbunyi. Apakah sudah rusak? Gadis itu menatap benda itu dengan tatapan sendu. Ia merasa kasihan pada benda tak berdosa itu. Sedetik kemudian ia merubah wajahnya menjadi tidak peduli.

"Bodo amatlah! Mana peduli gue sama benda berisik kayak gitu. Siapa suruh gangguin gue tidur? Salah sendiri kan? Mending gue mandi."

Gadis itu segera menyambar handuk yang bergantung di gantungan khusus dan segera menuju kamar mandi di kamarnya.

Di sisi lain, seorang gadis menggeliat di atas kasurnya. Alarm yang berbunyi membuatnya merasa terganggu. Tidurnya yang begitu damai harus berhenti karena alarm yang ada di atas nakas samping tempat tidurnya.

"IYA! IYA! INI GUE BANGUN! BERISIK AMAT SIH!" pekik seorang gadis sembari menutup telinganya kesal.

Ia merangkak mendekati nakas dan segera mematikan benda yang telah mengganggu tidurnya dengan sangat kasar. Tidak peduli jika tangannya memerah akibat terlalu kasar mematikan alarm itu. Gadis itu kembali duduk di atas kasur. Ia melamun masih mengumpulkan nyawa.

"Oh iya. Gue hari ini pulang. Mending gue mandi terus siap-siap. Siapa tau Key udah nungguin terus nanti ditinggal kan mampus!"

Setelah bergumam sendiri, gadis itu beranjak dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Tak lupa mengambil handuk yang menggantung.

Setelah selesai mandi dan mengenakan pakaiannya, gadis itu segera mengecek kopernya, apakah ada yang masih tertinggal atau tidak. Merasa semuanya sudah lengkap, gadis itu merapikan tempat tidur yang masih berantakan. Di tengah-tengah merapikan tempat tidurnya, ponsel milik gadis itu berdering.

"Siapa sih, yang ganggu gue? Gue lagi rapiin kasur malah diganggu," gerutunya.

Tak ingin membuat kebisingan karena ponselnya masih berbunyi, gadis itu segera mengangkatnya. Tak lama ekspresi wajah yang tadinya kesal berubah menjadi datar setelah melihat siapa yang menelponnya.

"A..."

"DARLINGGA STRAWISYA ADEK KESAYANGAN GUE!!!!" teriak orang di seberang sana membuat gadis itu menjauhkan telinganya dari ponsel.

"Apa, sih? Gak usah teriak juga! Jadi budek nih telinga gue!" kesalnya.

"Ya maaf, soalnya gue kangen banget sama adek kesayangan gue. Apalagi hari ini mau pulang ke tanah air setelah setahun lebih di Amerika."

"Lebay. Tadi malem aja vidio call-an."

"Ya kan gue tuh excited banget menyambut kedatangan tuan putri Darlingga Strawisya. Masa iya gue sebagai abang biasa-biasa aja? Keliatan banget gak sayangnya."

"Iya bang Hardan, iya! Bacot amat sih lo! Udah ah, gue tutup dulu! Gue lagi beres-beres nih!" kesal gadis bernama Darlingga Strawisya itu.

"Iya deh, iya! Gue tutup dulu kalo gitu. See you in Indonesia, dek."

"Too."

Darlingga Strawisya atau lebih dikenal dengan panggilan Lisya, kembali melanjutkan kegiatan merapikan tempat tidurnya. Nama panggilan itu diambil dari kata Li dalam kata Darlingga dan Sya yang berada di akhir kata Strawisya. Setelah dirasa kamarnya sudah rapi, ia menggeret koper dan melangkah menuju pintu. Dipegangnya knop pintu, ia menatap penjuru kamarnya yang penuh dengan kenangan itu. Selama satu tahun lebih ia berada di sana membuatnya merasa sedih meninggalkan kamar yang penuh kenangan itu.

2G & The Circle Where stories live. Discover now