43. Epilog

5.6K 114 10
                                    

Semua mata tertuju ke arah atas panggung, tepatnya arah pria berkaos hitam yang tengah memetik gitar itu. Alunan instrumen gitar yang menghasilkan melodi harmonis dan kelam, membuat para penonton terhanyut ke dalam dunia alam bawah sadar. Rasanya begitu damai.

Tanpa sadar empat buah lagu telah berlalu hingga tiba di lagu terakhir. Berbeda dengan lagu yang sudah, lagu terakhir lebih bersemangat dan berhasil menciptakan suasana gaduh. Pria yang memainkan gitar itu berdiri dari tempat duduknya. Ia berjalan mengelilingi panggung untuk melakukan interaksi dengan penonton.

"YUHUUU LEOOO GANTENGG YUHUUU!" teriak Weggyana penuh semangat. Ia bertukar salam dengan Leo.

Sementara Adiva yang di samping Weggyana berjingkrak mengikuti alunan musik. "Aaaa seruuu!"

Adiva terus berjingkrak sampai tidak sengaja mengijak kaki seseorang yang berdiri di belakangnya.

"Aw!" ringis cewek itu.

Adiva buru-buru membalikkan badannya untuk meminta maaf. Namun bukannya kata "maaf" keluar dari mulutnya, tapi ... "Ara?"

Adiva mengucek matanya untuk melihat cewek itu lebih seksama. Benar. Ia tidak salah lihat. Walaupun model rambut dan gaya pakaian berbeda, tapi wajah cewek itu persis sama dengan Arabelle.

Leo yang di atas panggung, sepertinya menyadari hal yang sama. Gitar yang dipetiknya sampai berhenti. Suasana mendadak hening. Cowok itu memaku di atas panggung menatap sosok perempuan misterius yang wajahnya mirip dengan Arabelle.

"Kenapa berhenti? Lanjuttt!" titah cewek itu.

"Lanjut? Okay." Bibir Leo melengkung ke atas hingga membentuk senyuman. Rasanya Arabelle telah kembali. Rasanya Arabelle sedang menonton konsernya. Leo kembali melanjutkan konsernya penuh semangat seperti semangat hidupnya yang telah kembali.

🌹🌹🌹

"Aku udah ngobrol sama orangnya. Ternyata dia anaknya tante Dira juga. Baru tau tante Dira punya anak kembar," ucap Adiva bisik-bisik.

"Oh, jadi dia tuh kembarannya Arabelle? Gila. Lo gak tau, Div. Kaki gue lemes banget lihat tuh orang. Gue pikir gue lihat setan," balas Weggyana dengan wajahnya yang masih pucat.

Adiva ketawa mendengarnya. "Untung bukan setan, ya."

"Iyalah, Anj!"

Kedua wanita itu kemudian kembali fokus dengan apa yang ada di depan. Hari ini bertepatan dengan hari ulangtahun Arabelle, mereka datang berziarah ke kuburan. Tidak hanya ada Adiva dan Weggyana, di sana ada juga Leo dan kembarannya Arabelle namanya Amara.

Leo tampak memperkenalkan Amara kepada Arabelle.

Setelah selesai, Leo dan Amara memberi giliran kepada Adiva untuk berbicara.

Adiva menyiram kopi ke atas gundukan tanah sebelum akhirnya berlutut dan mengusap batu nissan. "Aku bawain kopi kesukaanmu. Selamat ulangtahun, Ara. Kalo boleh, doain aku bisa punya anak, ya, Ra. Biasanya doa yang ulangtahun tuh manjur. Hehe."

🌷🌷🌷

Setelah bubaran dari pemakaman, Leo membawa para wanita ke tepi laut. Ia ingat sama janjinya dengan Arabelle untuk tiap tahun ke sini mengirimkan surat. Hari ini, Leo akan mengirimkan suratnya. Cowok itu sedang menulis surat.

"Tempat ini penuh dengan kenangan Leo dan Ara," ucap Adiva setelah mengambil duduk di sisi Amara.

"Arabelle termasuk cewek yang bahagia bisa dapetin hati Leo," balas Amara seraya menatap punggung Leo.

"Kamu sendiri gimana? Udah punya pacar?"

Amara menggeleng. "Hidup gue kayaknya cuma dipakai buat nge-fans-in Leo. Haha."

"Kamu penggemar beratnya?"

Amara mengangguk. "Musik Leo sangat berarti dalam hidup gue. Di saat gue jenuh sama hidup, Leo nyemangatin gue lewat musik-musiknya. Gue bener-bener berterima kasih sama dia."

"Kalo gitu, tunjukin rasa terima kasih kamu. Kamu tau apa yang kumaksud?" Adiva mengeluarkan foto Arabelle dan menunjukkannya kepada Amara. "Wajah kalian identik. Nggak ada salahnya kamu mencoba untuk gantiin posisi Arabelle di hati Leo?"

"Haruskah gue coba?"

"Yup."

Amara tersenyum mengembang. Cewek itu berlari menghampiri Leo. Kedua orang itu kemudian bermain air di tepi pantai.

Adiva menatapnya dari kejauhan. Hati Adiva terasa lega melihat Leo akhirnya dapat tertawa lepas.

"Mereka cocok juga," ucap Weggyana yang habis dari toilet.

"Hahaha. Iya, Na. Makanya, tadi aku dukung Amara deketin Leo."

"Sa ae ide lo."

"Adiva gitu, loh." Cewek itu menepuk dadanya bangga. Pandangannya lalu mengarah ke pantai. "Eh, pantainya bagus. Foto bareng, yuk?"

"Hayuk."

Mendapat sambutan baik dari Weggyana, Adiva beranjak berdiri, tapi cewek itu tiba-tiba menyentuh perutnya. "Ssshh ...."

"Lo kenapa, Div?"

"Perutku sakit banget," jawab Adiva.

"Darah! Div, lo berdarah!" panik Weggyana begitu melihat pangkalan paha Adiva mengeluarkan darah segar.

Adiva langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat.

~T.A.M.A.T~

Halooo akhirnya cerita ini datang juga ke epilog.
Untuk versi wattpad kita akhiri sampai sini aja.
Kalian juga boleh mulai nabung buat dapetin versi cetaknya. Di versi cetak, tentu endingnya akan lebih mendetail.

Mohon maaf kalo selama ini aku updatenya lama banget. Versi cetaknya baru kelar aku buat dan setor ke penerbit. Semoga penerbitnya masih mau terbitin naskahku, ya, biar kita semua bisa peluk ALVIVA versi cetak :(

Pokoknya jangan lupa mulai nabung ya ❤

Oh ya, makasih banyak udah baca cerita ini.
Semoga cerita ini bisa menghibur kalian, ya!
Aku Kagaminetiv izin pamit mundur diri.
Sampai jumpa di karyaku berikutnya! 🥰🥰

ALVIVA (END)Where stories live. Discover now