38. Sebuah Janji & Pesta Ultah 🌷

6.2K 470 65
                                    

"Pada intinya, semua itu akan menuju akhir. Namun, akhir yang berbahagia atau menyedihkan?"

 Namun, akhir yang berbahagia atau menyedihkan?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Dua minggu kemudian ....

Jejak kaki tercetak jelas di sepanjang perjalanan yang mereka lewati.

Suara ombak memenuhi indera pendengaran. Sesekali angin sepoi datang berhembus.

Kedua orang itu duduk di atas padang pasir setelah tiba di lokasi.

"Kenapa tiba-tiba ajak gue ke sini?" Leo membuka suara. Ia bertanya heran, karena cewek yang duduk di sampingnya ini tampak misterius.

"Gue ingin membebaskan diri gue, Le," balas Arabelle seraya mengeluarkan sepucuk surat yang terselip di dalam tas hitam bermereknya.

Leo tidak lagi berbicara. Yang ia bisa lakukan kini hanyalah menyimak.

"Gue pernah nonton satu drakor tentang malaikat maut yang mencegah orang bunuh diri, Le. Salah satu bagiannya bercerita tentang seorang ibu yang keguguran. Ibu itu jadi depresi, bahkan halu kalau bayinya berhasil dilahirkan."

"Saking depresinya, ibu itu tenggelam ke dalam dunia halunya sendiri setelah konsumsi banyak obat tidur. Dia tidur ... bermimpi panjang ... mimpi jika bayinya masih ada."

Arabelle menarik napas dalam, kemudian menghembuskannya. "Tapi nyatanya mimpi tetaplah mimpi."

"Pada akhirnya, berkat pencerahan dari malaikat maut, si ibu sadar dan kembali menghadapi kenyataan kalo bayinya emang udah nggak ada."

"Dan lo tau pencerahan dari malaikat mautnya apa, Le?"

Leo menggaruk tengkuknya, lalu mengangkat bahu tanda tidak tahu.

"Pencerahannya jujur lumayan bantu gue banget, sih ... kata malaikat maut di drakor itu, setiap bayi yang nggak berhasil dilahirkan akan nunggu giliran berikutnya untuk kembali ke dunia. Jika bayi itu memang berjodoh dengan kita, dia pasti akan terlahir kembali."

"Dan yang bisa kita lakukan saat ini adalah mengirimkannya surat, Le."

Arabelle baru saja selesai melipat suratnya menjadi sebuah perahu kecil. Ia bangkit berdiri mendekati air laut, perahu itu kemudian ia layarkan.

"Tolong sampaikan ke malaikat kecilku kalo aku menunggu dia dilahirkan kembali menjadi anakku!" teriak Arabelle kemudian.

Puas berteriak, Arabelle mengambil duduk di samping cowok yang menemaninya hari ini.

"Thanks udah nemenin gue ke sini. Gue berhasil membebaskan diri gue."

"Bagus. Gak usah sedih-sedih lagi."

"Gue sekarang udah gak gitu sedih kok, tapi terharu aja soalnya seorang Leo nemenin gue ke sini," ujar Arabelle seraya memamerkan deretan gigi putihnya.

"Gak usah terharu. Dipaksa Adiva," balas Leo datar seperti biasa.

Arabelle hanya terkekeh kecil. Mau dipaksa ataupun tidak, Arabelle tetaplah terharu.

ALVIVA (END)Where stories live. Discover now