37. Awal berjuang

47 6 0
                                    

~Happy Reading~

Siang hari Adiva sudah bersiap dengan pakaian nya yang sedikit panjang, dia harus berangkat bekerja di tempat Tuan Lino yang sudah menunggunya berapa menit yang lalu.

Tuan Lino menunggu di dalam mobil karena sudah berencana untuk menunggu gadis tersebut, dia mana mungkin membiarkan Adiva yang sedang mengandung itu berjalan menggunakan kaki ke tempat Rumah Makannya.

Setelah cukup lama menunggu akhirnya Adiva menghampiri mobil tersebut dan segera mengetuk jendela agar Tuan Lino memberikannya izin untuk masuk ke dalam mobil, seolah-olah paham dengan maksud Adiva dia langsung membuka pintu sebelahnya agar gadis itu bisa masuk ke dalam.

"Makasih Tuan!" ucap Adiva dengan nada sopan.

Tuan Lino hanya tersenyum untuk menanggapi ucapan Adiva, lalu membawa mobilnya meninggalkan depan gang mawar putih.

"Kalau boleh tau... Orang tua mu di mana?" tanya Tuan Lino pada Adiva.

"Mereka tinggal di rumah!" jawab Adiva.

"Terus? Kenapa kamu tinggal di kontrakan seorang diri?" tanya Tuan Lino sekali lagi.

"Aku kabur dari rumah! Soalnya malu juga kalau mereka harus merawat ku beserta anak ini." jawab Adiva lalu mengelus perutnya dengan lembut.

"Itu sudah tugas mereka untuk merawat anaknya! Walaupun mereka kecewa dengan kamu karena hamil di luar nikah tapi tetap saja mereka masih punya hak untuk merawat mu." nasihat Tuan Lino pada Adiva.

"Tetap saja, Tuan! Karena saya merasa terbebani sudah mempermalukan mereka di depan semua orang." jawab Adiva.

Tuan Lino hanya tersenyum lalu mengelus rambut Adiva dengan lembut, sementara Adiva hanya menatap pria itu dengan tatapan bingung dan aneh. Barusan saja pria di sebelahnya ini mengelus rambutnya? Tapi anehnya bukan, 'kah mereka baru saja bertemu?

"Maaf Tuan!"

°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•

Sekarang waktunya Adiva berkerja, di hadapannya sudah banyak peralatan makan yang kotor. Dengan cepat dia mencucinya agar karyawan lain tak marah padanya karena lambat, sementara pencuci piring lainnya ikut membantu dan membersihkan bagian-bagian yang lain.

Prang...

Seseorang tadi tak sengaja mendorong piring yang baru saja di cuci oleh Adiva, sehingga jatuh ke lantai membuat piring-piring tersebut menjadi beberapa pecahan kecil.

"Sialan! Kamu tidak bisa bekerja dengan baik?!" tanyanya dengan marah.

Adiva pun mengeringkan tangannya menggunakan handuk kecil, lalu mengerutkan keningnya karena bingung. Apakah wanita itu tak sadar diri? Bukan dia yang membuat piring-piring itu jatuh ke lantai?

"Bukannya kamu ya yang dorong piringnya?" tanya Adiva bingung.

"Sudah tau salah kok malah nyalahin orang lain!!" sahutnya dengan nada tinggi.

"Dia bukan menyalahkan orang lain, bodoh! Tapi dia membela karena dia benar." ucap seseorang yang membuat keduanya langsung menoleh.

"Membela diri? Dia yang salah karena meletakkan piring-piring itu di pinggir." sahutnya membela diri.

"Hei? Apa kau tidak memiliki mata untuk melihat? Kau saja yang tak cepat-cepat mengambil piring itu." ujar wanita paruh baya itu membela Adiva.

Calon Malaikat Kecil (END)Where stories live. Discover now