27. Khawatir

57 14 19
                                    

~Happy Reading~

Nyonya Dirgantara sudah berlari menghampiri sang suami, barusan saja dia selesai dengan tugasnya yaitu menangani pasien yang lain. Dia menepuk pundak kanan sang suami, membuat pria bernama Jordan itu langsung menoleh.

"Bagaimana? Apakah anak kita baik-baik saja?" tanyanya dengan nada khawatir.

Jordan langsung menoleh ke arah sang Istri, lalu memeluk tubuh istrinya dengan erat. Dia khawatir dengan keadaan sang anak, bahkan selama ini mereka selalu tak memperhatikan kesehatan anaknya membuat Amber harus menahan rasa sakit selama ini.

Lalu sang Dokter yang menangani Amber akhirnya keluar, dia adalah Dokter Ridwan yang Amber kenal.

"Permisi! Dengan walinya Amber?"

"Saya, Dok! Saya adalah orang tuanya." jawab Jordan sambil mengangkat tangan kanannya ke atas.

Dokter Ridwan menatap pria yang memiliki umur yang sama itu tentu saja terkejut, dia tidak menyangka kalau orang tua Amber merupakan seorang Dokter juga. Adelia adalah teman dekatnya saat di Rumah Sakit, dia juga tau kalau anak bungsu mereka Devin.

"Dokter Ridwan? Amber baik-baik aja kan?" tanya Adelia pada Dokter Ridwan.

"Sebab itu lah saya akan membahas penyakit yang di derita oleh Amber." jawab Dokter Ridwan membuat sepasang suami-istri itu penasaran. "Kalian bisa mengikuti saya ke ruangan untuk membahas Amber."

Keduanya mengikuti langkah Dokter Ridwan untuk masuk kedalam ruangannya, Dokter Ridwan duduk di bangkunya dan di ikuti oleh Jordan dan Adelia yang duduk di hadapan Dokter Ridwan.

"Apakah selama ini kalian tau kalau Amber memiliki riwayat penyakit?" tanya Dokter Ridwan menatap keduanya secara bergantian.

"Tidak! Selama ini juga kami sibuk dengan pekerjaan jadi kami tidak ada waktu untuk memperhatikan kesehatan anak-anak," jawab Adelia jujur.

Huff...

Dokter Ridwan menghela napasnya lalu kembali menatap sepasang suami-istri itu dengan tatapan sendu.

"Amber sudah dua bulan menderita kanker otak! Makanya itu kanker otak yang di deritanya semakin parah karena dia tidak melakukan operasi secepatnya." jelas Dokter Ridwan membuat detak jantung keduanya langsung dua kali lipat dari biasanya.

"Maksud Dokter... Amber memiliki riwayat penyakit kanker otak sudah dua bulan?" lirih Jordan berharap apa yang di ucapkan oleh Dokter Ridwan adalah candaan semata.

"Iya, sudah lama saya meminta Amber untuk mengajak kedua orang tuanya untuk periksa penyakit nya ke sini." jawab Dokter Ridwan dengan anggukan, "Jika saya mengetahui kalau kamu adalah Ibunya mungkin saya bisa memberitahu bahwa Amber menderita kanker otak dari dulu." tambah Dokter Ridwan menundukkan kepalanya karena menyesal.

"Ini salah kita! Kita selalu tak memperhatikan anak-anak sehingga sekarang mereka harus berjuang agar bertahan hidup." lirih Jordan mendapatkan anggukan dari Adelia.

"Saya tau masalah kalian! Kalian harus menjaga anak-anak yang sekarang berjuang untuk bertahan hidup!"

Dokter Ridwan tersenyum sendu menatap keduanya, dia tidak tau bagaimana rasanya harus menjaga dua anak sekaligus bahkan keduanya harus terbaring lemah di atas ranjang.

°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•

Sudah sejam akhirnya Amber di pindahkan ke ruang inap, bersama dengan Devin yang sudah terbaring lemah di sebelahnya. Gadis itu belum juga membuka kedua matanya, apakah gadis enggan untuk membuka mata untuk sebentar?

Calon Malaikat Kecil (END)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ