22. Masalah

36 16 30
                                    

~Happy Reading~

Sekarang suasana di ruang tengah sangat hening, karena dari tadi Amber masih memejamkan matanya enggan untuk membuka mata untuk berbicara dengan Adiva. Setelah menunggu selama sepuluh menit akhirnya gadis itu membuka matanya lalu menoleh ke kiri, di mana Adiva menatap dirinya sedari tadi.

"Kamu jangan pernah berpikir seperti itu! Apa lagi ada nyawa yang harus kamu perjuangin." ujar Amber menatap perut rata Adiva.

"Aku takut kalau Ayah dan Ibu akan marah besar dengan ku." sahut Adiva menggigit bibir bawahnya takut.

"Mungkin mereka berdua mengerti kalau kau di paksa oleh Taksa!" ujar Amber menggelengkan kepalanya pelan.

"Tapi... Aku juga menginginkan nya." cicitnya.

Brak...

Amber menendang meja ruang tengah dengan kasar, pantasan saja gadis itu pasrah kalau ternyata dia juga menginginkan Taksa untuk melakukan hal macam seperti itu. Amber menatap Adiva dengan tatapan tajam, sementara gadis itu menundukkan kepalanya takut untuk menatap gadis tersebut.

"Kenapa kamu ingin melakukan hal itu?" tanya Amber dengan nada lirih.

"Sebenarnya aku tau kalau selama ini Taksa memiliki banyak kekasih tapi aku berusaha untuk tidak memikirkan nya dan berharap Taksa akan mencintaiku selamanya." jelas Adiva.

Amber masih diam walaupun matanya tak bisa di kondisikan, dia benar-benar tidak habis pikir dengan jalan otak Adiva tentang masalah ini. Gadis itu membiarkan Taksa untuk menghancurkan masa depannya, lalu kenapa gadis itu hanya diam saat dia tau kalau pemuda brengsek itu memiliki banyak kekasih?

"Aku terpaksa harus memasrahkan diri untuk melakukan itu agar Taksa akan bersama ku selamanya." sahut Adiva membuat Amber yang melamun tadi langsung sadar.

"Serah kamu!"

Amber beranjak dan melangkahkan kakinya meninggalkan Adiva sendirian di ruang tengah, kepalanya benar-benar pusing untuk memikirkan Adiva yang mau saja pasrah dengan tindakan Taksa ternyata gadis itu juga tidak ingin kalau Taksa akan memilih orang lain.

"Aku benar-benar menyesal! Seandainya waktu bisa terulang kembali mungkin saja sekarang aku masih berbahagia dengan teman-teman ku."

Adiva memukul kepalanya untuk meredakan rasa marah dan malu, Adiva malu menceritakan masalahnya dengan Amber makanya dia baru sekarang memberitahu.

Sementara di dalam toilet lantai bawah, Amber mendudukkan dirinya di lantai lalu memegang kepalanya yang berdenyut sangat kencang. Sebenarnya dia tidak ingin meninggalkan Adiva sendirian di ruang tengah, tapi karena kepalanya teramat sakit makanya dia langsung bergegas ke dalam toilet untuk menahan rasa sakitnya.

"Ku mohon! Jangan menyiksa ku seperti ini!" pekik Amber tertahan.

Dia tidak ingin Adiva tau tentang penyakitnya, biarkan dirinya, Tante Tina dan Dokter Ridwan yang mengetahui penyakit yang ada di dalam diri Amber.

"Jangan kambuh!"

Amber berkali-kali tidak bisa berdiri dari lantai, tapi selalu gagal karena rasa sakit pada kepalanya masih ada dan bertambah parah. Kedua kakinya sengaja dia luruskan lalu menyenderkan kepalanya pada dinding tembok toilet, memejamkan matanya berharap rasa sakit akan mereda.

Di waktu yang bersamaan keduanya sama-sama menangis dengan keadaan mereka, Adiva yang menyesal atas perbuatannya sambil mengelus perutnya yang berisi buah hati. Sementara Amber menangis karena rasa sakit pada kepalanya kian bertambah, hanya mereka dan Tuhan yang tau atas penderita mereka.

Calon Malaikat Kecil (END)Where stories live. Discover now