29. Sakit

45 17 7
                                    

~Happy Reading~

Devin meremas dadanya yang terasa sakit, sudah hampir lima menit dirinya merasa sakit pada dada sebelah kiri. Mata ekornya melirik ke arah ranjang Amber, dan sofa di mana orang tuanya sedang tertidur lelap.

"Sakit!"

Amber terbangun dari tidurnya saat ada suara seseorang yang membuatnya terbangun, matanya melirik ke arah ranjang Devin di mana pemuda tersebut meremas dada kirinya dengan air mata yang mengalir deras.

"Ma? Pa?"

Amber sedikit berteriak kepada orang tuanya, karena dia merasa kasian dengan Devin yang terlihat menderita.

"Papa?! Devin nangis!" teriak Amber membuat kedua orang tuanya lantas terbangun dari tidur.

Dengan cepat mereka melangkahkan kaki mereka menuju ranjang Devin, lalu Adelia segera menekan tombol yang ada di dekat ranjang.

"Bertahan! Ini demi Mama dan Papa." ujar Adelia menggenggam erat tangan Devin.

Adelia menyentuh dada Devin yang terasa sakit lalu, memejamkan matanya sebentar agar Dokter yang menangani Devin segera datang kemari untuk memeriksa.

Sementara Jordan berdiri di samping kiri ranjang Devin membuat Amber yang sedikit jauh dari mereka langsung berusaha untuk beranjak dari atas ranjang, walaupun matanya masih terasa ngantuk tapi tetap saja dia memaksakan diri untuk tetap membuka matanya.

"Ma? Keadaan Devin gimana?" tanya Amber setelah berhasil beranjak dari ranjang.

Keduanya tentu saja terkejut melihat Amber malah berdiri dengan kakinya sedikit pincang, Jordan menahan tubuh Amber karena gadis itu sedikit lagi akan terjatuh.

"Kembali ke ranjang aja, ya? Papa takut akan terjadi sesuatu jika kamu memaksakan diri seperti ini." ujar Jordan agar Amber mau kembali ke ranjangnya.

Amber menggelengkan kepalanya sebagai jawaban tidak mau, dia ingin tau alasan Devin merasa sakit di bagian dada kirinya. Dia tidak ingin sang adik terlihat menderita seperti itu, mana Devin masih berusia tiga belas tahun tapi harus menderita jantung bocor.

"Pa? Devin baik-baik aja kan?" tanya Amber saat salah satu Dokter sudah melangkah masuk ke ruangan mereka.

Sehingga mereka langsung meminta Dokter itu memeriksa Devin dengan cepat, Amber yang berada di dalam pelukan sang Ayah hanya diam sambil menatap Dokter yang sedang memeriksa sang adik. Adelia dan Jordan langsung bertanya saat Dokter tersebut melepaskan alat Dokternya, lalu menatap keduanya dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Bagaimana dengan anak saya?" tanya Jordan tak sabaran.

"Sepertinya kita harus mencari pendonor jantung secepatnya karena jantung Devin tak bisa bertahan." jawab Dokter itu membuat jantung keduanya langsung berdetak kencang.

Amber langsung melepaskan pelukan dari sang Ayah, lalu menatap Devin yang sudah memejamkan matanya karena sudah mendapatkan sebuah suntikan bius.

Apakah adiknya akan baik-baik saja? Dia takut kalau kedua orang tuanya tak secepatnya mendapatkan pendonor jantung untuk Devin.

Kenapa dunia ini sangat kejam? Tidak bisa kah Amber merasakan kebahagiaan untuk sekali saja? Dia ingin merasakan kebahagiaan saat berkumpul dengan keluarga kecilnya, lalu menghabiskan waktu bersama-sama dengan canda tawa.

Calon Malaikat Kecil (END)Where stories live. Discover now