MM 2 : Chapter 27 - From Today

2.9K 291 251
                                    

Hi Semuanya! Welcome Back To Madame Mafia!

Sebelum mulai seperti biasa....

Bonus : 400 komen

Kalau komennya lebih dari segitu, aku updatenya sehari lebih cepet dari tanggal update biasa, okei?

Jangan lupa vote dulu, yuk!

Jam berapa kalian baca cahpter ini?

Happy reading!

~~~

Jona terjatuh ke genangan air setinggi pahanya. Ruang di sekitarnya putih bersih. Aroma mint kentara jelas dari sepenjurunya. Saking lebarnya tempat ini, penghujungnya tidak tampak.

Jona kebingungan sendiri. Dia mencari-cari ke segala arah, mencari orang lain selain dirinya.

Namun dia seorang diri.

Aku di mana?

Tadi aku baru melawan Marco Moretti. Aku akan mati.

Jona tersedak ludahnya sendiri. Apa ini surga? Bisiknya ketakutan.

Tidak, dia tidak begitu takut kematian. Sejak dulu begitu. Namun dia takut tidak bisa berjumpa dengan Carlie lagi. Dia tidak bisa memenuhi ikrarnya kalau mereka suatu kali akan bersama.

Betapa menyedihkannya itu.

Namun di tengah dadanya yang sesak, Jona merasakan air berguncang di sekitarnya. Berjalanlah seseorang dari kejauhan sana.

Wajahnya berupa siluet yang menyilaukan. Tubuhnya kecil mungil. Hanya seorang anak kecil.

Jona mengernyitkan keningnya kebingungan, sampai anak itu berdiri tepat di hadapannya.

Dan Jona baru menyadari siapa anak itu.

"A-aku?" bisiknya pelan.

Jona kecil berdiri di hadapannya. Wajahnya dipenuhi kebencian yang tak berujung. Amarahnya bagai api yang berkobar Menenggelamkannya sampai tidak bisa padam. Namun Jona tidak tahu mengapa dia begitu marah.

Mengapa dia begitu membenci menatap dirinya sendiri yang sudah dewasa?

Lalu Jona kecil merentangkan tangannya.

Lantas mencekik Jona.

"Ah!" Jona menggerang kesakitan.

Jemari Jona kecil tidak lebih panjang dari 5 senti. Kepalannya tidak lebih besar dari bola tenis. Namun tenaga cekikannya begitu kencang, Jona tidak bisa melawan.

Rasa sakit yang tadi dialaminya, kembali menghantam sekujur tubuhnya.

Dia kembali mengingat cekikan Marco Moretti. Kembali mengingat oksigen yang lapur dari dadanya, dan menjadikannya nyaris gila.

Namun kali ini cekikannya bahkan lebih menyakitkan. Seakan dendam dan segala jenis amarah berlabur di dalamnya. Menjadi sebuah kepalan kebencian yang tidak bisa dibendung.

Jona ingin meronta, namun tiba-tiba air bagai membeku di sekitarnya. Menjadi semen, dan menghentikan dirinya untuk bergerak. Anak itu tetap bisa bergerak, sebaliknya. Hanya Jona yang terpaku.

Menerima siksaan, tanpa bisa menolak.

"L-lepaskan-" Dia tergagap. Lehernya tidak main-main sakit. Jona tidak bisa bernafas.

"Kembalikan tubuh itu kepadaku." Itulah kata-kata pertama anak itu. Yang bahkan Jona sempat lupa suara kecilnya semacam apa. "Kembalikan seluruh raga itu kepadaku! Kalau tidak.... kalau tidak...."

Madame MafiaWhere stories live. Discover now