MM 2 : Chapter 4 - Memories

3.4K 385 192
                                    

Hi Semuanya! Welcome Back To Madame Mafia!

Sebelum mulai seperti biasa....

Bonus : 150 komen

Kalau komennya lebih dari segitu, aku updatenya sehari lebih cepet dari tanggal update biasa, okei?

Jangan lupa vote dulu, yuk!

Happy reading!

~~~ 

Rembulan seorang yang menjadi saksi betapa hancurnya Carlie setiap hari.

Dia menegak habis sebotol lagi alkohol. Membiarkan tenggorokannya terbakar rasa pahit, yang membara, seperti kobaran api. Membiarkan perutnya mulas, kepalanya pening. Segalanya mati rasa, selain rasa sakit di sekujur tubuhnya. Sebab dia tidak tahan dengan rasa sakit di hatinya. Tidak tahan dengan rindu yang tidak terlampiaskan. Tidak tahan karena tidak bisa tidur bersama pria yang paling dicintainya di sepanjang hidup.

Banyak kenangan yang dia usahakan untuk lupakan. Tidak satu pun berhasil. Dia masih mengingat pertemuan pertamanya dengan Jona, pengungkapan cinta mereka, seks pertama, malam berdarah-darah dengan paman, perjanjian 40 hari, dan terakhir, perpisahan di Pulau Senja.

Ya, Carlie menyebutnya Pulau Senja, karena seumur hidup, dia tidak akan mungkin melupakan secantik juga sepedih apa tampak senja ketika dia meninggalkan pulau itu dengan sejuta rasa sakit di dalam dadanya.

Dia menegak habis botol ketiganya. Membuka yang keempat. Berdoa, menjerit dalam kesunyian, agar kantuk cepat-cepat melahapnya. Agar dia tidak perlu terus menangis. Agar dia tidak perlu terus mengingat wajah yang dirindukannnya, namun tida bisa diraihnya. Untuk dia agar bisa tenang dengan dirinya sendiri.

Namun hasilnya tidak ada. Hatinya kian menjerit. Kian kencang saja.

Aku merindukannnya. Aku sungguh merindukannnya.

"Mengapa..." Carlie terengah. Jam sudah menunjukkan pukul 3 dini hari, dan dia belum juga kunjung tertidur. Hanya di atas kasur merahnya, menegak habis botol demi botol, jika tidak ingin kesadarannnya hilang ditelan senewen. "Banyak pria di luar sana. Banyak yang mencintaiku. Yang menginginkanku. Yang tampan, sukses, sempurna. Banyak! Lantas mengapa?

"Mengapa!?" Carlie membanting botol keempatnya yang sudah kosong, membiarkannnya pecah belah di dinding, lantas jatuh dan terpelanting di atas ubin. Dia meremas baju tidurnya di dada, menggaruk kulitnya, sampai membuat garis-garis merah menyakitkan. Menahan segala rasa sakit merindukan orang tersayang yang tidak mungkin dijumpainya.

"Mengapa harus kau...." Tangisnya tak terbendung. Carlie terisak, seorang diri di atas kasurnya, ditemani bintang, juga bulan. Ditemani rindu, juga sesak. "Mengapa hanya kau yang bisa menyembuhkan rasa sakit ini?"

Kelelahan menangis, menahan pening, menahan mual, Carlie akhirnya terkapar sendiri di atas kasurnya. Terlentang tak berdaya, hanya bisa melihat atap, kalau tidak langit dari balkonnya. Mengharapkan harapan kosong, pria kecintaannnya akan muncul dari balik sana.

"Bagaimana aku bisa menemuimu lagi?" bisiknya, kehabisan tenaga. Dengan sepenuh kekuatannnya, Carlie meraih ponselnya, membuka aplikasi galeri, dan mencari hidden photo. Tempat dia meletakkan semua kenangan akan wajah pria yang tak mampu dilupakannnya. Tidak mampu dihapusnya. Air mata lagi-lagi mengalir di samping wajahnya, sembari hatinya terbelah menjadi dua. "Aku merindukanmu, aku bisa gila, Jona. Aku sungguh merindukanmu."

Selagi rembulan menyorot, selagi bintang berkelip, Carlie perlahan memejamkan matanya. Berdoa kepada semesta, untuk dipertemukan dengan pria yang paling dicintainya. Untuk kembali ke dekapan hangatnya. Untuk satu malam saja, lepaskan dia dari siksaan kehilangannnya ini.

Madame MafiaWhere stories live. Discover now