Chapter 12 - Hell Partner

9.8K 961 517
                                    

Hi everyone! Welcome back to Madame Mafia!

Gimana kabar kalian??

Dan Absen di sini, baca ini jam berapa?

Chapter kali ini adalah one of my favourite chapter of all time, jadi bacanya diawet-awet ya!

Sebelum mulai jangan lupa pencet VOTE dulu di bawah sana!

Happy reading!

---

Chapter 12

[ Hell Partner ]

---

Suara pintu yang dibuka, mengejutkan dua orang yang berada di sana. Paul dan Paula. Keduanya menatap Jona dan Devan, yang datang bergegas, mendengar ledakan nyaring berderu di udara. Mata Jona mengedar, mengitari seluruh ruangan, mencoba untuk menyambungkan apa yang kini sedang terjadi.

Carlie yang terluka, namun senyumnya menyiratkan kemenangan. Paul yang pucat, sembari menggenggam senapannya. Pula yang menganga dalam sirat keterkejutan, dan ketakutan.

Puing-puing informasi kecil yang menjadikan keadaan menjadi jelas. Tak butuh lama sampai Jona paham apa yang terjadi. Bahkan tanpa bertanya pun, pria itu sudah tahu.

Carlie Eloise. Tawanan kesukaannya. Disentuh dan dilukai oleh orang lain selain dirinya.

Sesaat itu juga kepalan Jona mengencang. Dan dia rasa tidak pernah dalam hidupnya dia dibuat semarah ini sebelumnya.

"Devan," bahkan suara Jona, terdengar tak terkira menyeramkan. "Bawa dua orang ini ke bawah tanah."

Carlie tidak mengerti ada apa di bawah tanah. Tentu saja, dia pendatang baru. Namun rupanya itu adalah sebuah tempat yang mengerikan. Tak terkira horor. Sebab sesaat itu juga, Devan membelalak terkejut. Dan Paul serta Paula, tidak perlu dijelaskan lebih lanjut sebenarnya ekspresi mereka. Mereka laksana mayat. Pucat pasi, dengan ketakutan pekat tercetak di sana. Bagai baru mendengar kata kematian,

Dan baru akan mengecapnya.

"T-tuan Austin, k-kami tidak tahu kalau beliau adalah tamu Anda, j-jad-"

"Siapa yang berkata kepadamu untuk berbicara!?" bentak Jona, menaikkan tatapannya. Suaranya bagai gelora badai. Badai pembawa sial. Namun beruntungnya, aumnya tertuju kepada dua orang yang Carlie benci. Sasaran yang tepat.

Dia berhasil membawa amarah Jona kepada dua orang itu.

"Bawa mereka," geram Jona lagi. "Sekarang!"

---

"Apa Anda baik-baik saja, Madame?" Entah untuk ke berapa kalinya, Devan bertanya seperti itu, sembari mengobati luka-luka Carlie. Dengan begitu piawai, begitu telaten.

"Kuharap kau tutup mulutmu, Devan. Sebab sejujurnya aku telah muak mendengar kekhawatiranmu itu yang bagai tak ada usainya," geram Carlie, penuh ancaman. Devan rasa kesabarannya senantiasa diuji. Bosnya pemarah. Tamu yang perlu diobatinya pun tak jauh berbeda. Beruntung pria itu sudah melepaskan perasaannya dari lama.

Jika tidak, mungkin dia sudah berteriak frustrasi kini.

Sepuluh menit yang lalu. Tepat setelah perintah Jona dicetuskan. Devan dan seorang bodyguard - yang tidak Carlie sadari sebelumnya mereka mengikuti - pergi membawa Paul dan Paula pergi. Tentu, keduanya meronta. Bahkan hampir tak terkendali. Namun rupanya Carlie sedikit meremehkan Devan. Dia terkejut, mendapati pria itu menahan Paul yang meronta – berseru tanpa henti – tanpa kesusahan. Alih-alih, Devan bagai mengangkut boneka belaka.

Madame MafiaWhere stories live. Discover now