Chapter 18 - Marijuana Date (2)

8.5K 614 260
                                    

5000 kata ++ awas aja kalo ngomong masih kurang panjang 

WKWKWK aku sekarang lagi seneng banget bikin chapter panjang-panjang sumpa 

Siapa yang excited buat chapter ini? bacanya pelan-pelan ya supaya dinikmati. 

Happy reading! 

~~~ 

Chapter 18 - marijuana Date (Part 2) 

~~~

Kedatangan Jonathan Austin laksana Kaisar. Dihormati. Dijejalkan penghormatan pekat. Kedatangannya senantiasa disambut hangat, diperlakukan bagai rangkaian langkah sakral yang harus diiringi, hingga memberikan kesan akomodasi terhangat yang dibutuhkan agar pria itu bisa merasa nyaman di kantor mereka. Andai Jona tahu sejak berapa hari mereka telah mempersiapkan kedatangan pria itu, mungkin pria itu akan sedikit saja lebih menghargai bawahan rekan kerjanya, Jose Ramirez. Namun Jona tak berbeda dengan dia yang biasa. Tak acuh. Tak peduli. Hanya melangkah. Menggiring nama besar di pundaknya.

Kedatangan pria itu disambut oleh hormat dalam, di pedalaman kota Xalapa, Maksiko. Tempat di mana didirikan berhektar-hektar tanaman mariyuana – atau ganja – di sana. Seperti biasa. Dia diperlakukan bagai dewa. Namun kehormatan ini tak berlangsung abadi. Kehormatan ini hanya dalam sekejap, berubah menjadi ancaman senapan telak, yang mengancam kelompok Jona. Tepat ketika pria itu masuk ke dalam sebuah paviliun kecil, di sebelah perkebunan. Tempat transaksi dan pengiriman terjadi.

Dan itu semua terjadi, semenjak mereka melihat wajah Carlie Eloise.

"Maaf atas ketidaksopanan ini, Tuan. Namun apa maksudnya ini?" Pria itu, Jose Ramirez, menaikkan sebelah alisnya yang tebal bagai ulat bulu. Kernyit di keningnya menyiratkan kebingungan, kepanikan, bercampur sirat berang. Tidak ada orang di dunia ini – selain Jona sebelum bertemu – yang tidak mengenal Carlie. Sang selebriti papan atas yang memiliki salah satu label fashion terbesar di dunia. Juga putri salah satu keluarga konglomerat terbesar di dunia. Dan keberadaannya belaka, di tengah sebuah perkebunan ganja, adalah nila di tengah susu. Oh, atau sebaliknya, susu di tengah nila.

Ini bukan tempat yang pantas untuk Carlie Eloise datang.

"Mengapa seseorang seperti beliau ada di sini? Ini tidak masuk ke dalam rencana kami." Jose menggertakkan gigi-gigi besarnya. "Saya harap Anda membawa maksud yang cukup valid untuk ini, Tuan Austin."

Carlie memicingkan matanya, mereka familier dengan pria bertubuh kokoh, namun pendek itu. Tunggu... di mana kau pernah melihatnya? Carlie membiarkan pikirannya memuntir informasi sebanyak yang dia mampu. Oh, bukankah itu teman kerja Dad? Yang memiliki usaha properti di Meksiko? Carlie menyeringai diam-diam. Pantas saja wajahnya panik sekali. Dia takut aku laporkan bisnis gelapnya.

"Turunkan dulu senapan kelian semua, baru aku akan menjelaskan."

Namun alih-ali menurut, Jose kian mengacungkannya, kali ini jelas menunjuk kepada kening Carlie. "Mohon maaf, untuk kali ini, kami tidak bisa semudah itu mendengar, Tuan."

"Apa kau sedang mencobaiku?" Jona menggertak. Auranya seketika memancarkan kepanasan tak kasat mata yang mencekam. Namun sekalipun gentar, Jose tak kunjung menyerah. Nasibnya dipertaruhkan di sini. Karena kalau sampai putri Heston mengumbar pekerjaan gelapnya ini ke ayahnya, mati sudah riwayat Jose Ramirez.

"Maaf, tapi sekalipun keinginan Anda saya tidak bis-"

"Ramirez." Panggilan belaka. Namun dari belakang Jona, Carlie sudah cukup bisa menangkap kekakuan di tubuh pria Meksiko itu. Kali ini, Jona mengutarakan ancaman, pasti. "Sekali lagi biarkan aku bertanya. Apa kau sedang mencobaiku?"

Madame MafiaWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu