MM 2 : Chapter 3 - Left Out

3.5K 356 163
                                    

Hi Semuanya! Welcome Back To Madame Mafia!

Sebelum mulai seperti biasa....

Bonus : 100 komen

Kalau komennya lebih dari segitu, aku updatenya sehari lebih cepet dari tanggal update biasa, okei?

Jangan lupa vote dulu, yuk!

Happy reading!

~~~

"Oh, apa kau bisa mendengar betapa bahagianya aku, Carlie? Arlett hidup! Sungguhan!" Pekikan nyaring ibunya dari balik telepon berhasil membuat Carlie terkekeh geli. Di atas sofanya di dalam kamar tidur - yang warnanya semerah wine - Carlie bersandar sembari menerima panggilan dari ibunya, Dera Heston. Yang kini sedang diderak bahagia, mengetahui menantunya, ternyata masih hidup.

"Katanya dia kehilangan ingatan. Benarkah?" Carlie membalas.

"Tapi bukankah itu jauh lebih baik dari kehilangan nyawa?" Carlie tidak mengelak. Setelah kejadian peledakan kapal mematikan yang merenggut nyawa Arlett, tidak bahkan satu anggota keluarganya berani berharap kalau Arlett kecil mereka masih hidup. Bahkan mayatnya telah ditemukan. Namun jikalau Arlett masih bernafas, lantas siapa tubuh mengambang yang mereka temukan setelahnya? Memikirkannya saja Carlie sudah pusing. Sekeluarga Heston, sebenarnya. Karena itu untuk misi pelacakan kematian Arlett, mereka serahkan kepada putra sulung mereka, Carl Heston.

Sekalipun tidak akur - juga enggan mengakui - namun kembaranku jelas kompeten dalam mencari-cari yang begitu. Tepat seperti papa.

"Beruntungnya, Carl baru mengabari siang tadi kalau dia akan datang ke fashion showku tiga hari lagi. Padahal awalnya dia menolak. Jadi kita bisa bertemu dengannya." Carlie mengubah ponselnya dari tangan kanan ke kiri. Lengannya kelewat pegal. "Tentu saja kalian juga akan datang, kan?"

"Bukankah kami sudah berjanji, sayang? Papamu bahkan membatalkan... tunggu biar kuhitung. Satu... Dua... Tiga.... Tujuh! Tujuh pertemuan, entah meeting atau dengan klien, hanya untuk berangkat ke Paris." Carlie tersenyum kian lebar, senang mendengar ibunya terdengar begitu ceria. "Dia sungguh mencintaimu."

"Tentu saja, aku putri kesayangannya." Carlie terkekeh geli mendengar dengusan ibunya di balik sana. Mengetahui sebanyak itu suaminya mencintai putrinya, sampai baru-baru ini meminjamkan uang 3 triliun untuk Carlie habiskan foya-foya. Iya, kau tidak salah membaca. Tiga triliun! Ketika mendengarnya, Carlie bisa membayangkan ibunya melotot dan langsung menghubunginya untuk menceramahi, tiga pidato banyaknya bagaimana hamburnya Calrie dan bagaimana dia seharusnya tidak menghamburkan uang sebanyak itu. Carlie hanya mengangguk-angguk saja seadanya.

Sebab dia memiliki perlindungan ayah tersayang di belakang pundaknya. Omelan ibunya, terkadang tidak dia dengarkan sungguh-sungguh.

"Bagaimana Paris setelah kau tinggalkan 3 setengah tahun lebih? Masih sama seperti yang kau ingat?"

Paris. Kota di mana Carlie telah menghabiskan hampir setengah masa hidupnya. Di mana dia memupuk banyak kenangan. Dari yang baik, sampai yang terburuk. Sampai yang paling menyakitkan. Tanpa sadar, Carlie menggigit bibirnya sendiri.

"Asal Mama tahu, Mama sudah menanyakan itu 7 kali banyaknya, kalau aku tidak salah menghitung. Dan, aku sudah kembali tinggal di Paris 5 bulan, Ma. Lima bulan! Sampai kapan kau akan menanyakan bagaimana rasanya kembali ke sini?"

Dera lagi-lagi mendengus. "Kau tahu aku sebenarnya ingin kau menempati Indonesia ketimbang Paris."

Carlie tertawa. "Dan kau kuyakinkan sudah tahu aku mencintai nagara ini, aku tidak ingin kembali."

Madame MafiaWhere stories live. Discover now