Chapter 10 - Alter

9.4K 857 295
                                    

Hi semuanya! Welcome back!

Thank you buat 400 komennya padahal aku cmn minta 150 di chapter sebelah ;") emang kalian debest!

Di chapter ini (terutama buat kalian yang baca spoiler di instagram story aku) ada fakta menarik ttg Jona.

Itu lho yang kata aku kalau kalian bisa memecahkan teka-tekinya, kemungkinan kalian bisa tau seluruh alur ceritanya. Nah di sini ada cluenya! Jadi bacanya pelan-pelan ya!

Jangan lupa VOTE dulu sebelum mulai! HAPPY READING!

---

Chapter 10

[ Alter ]

---

Malam itu, mengejutkannya, Carlie tidur dengan nyenyak. Apa rasa darah dan baunya mengganggu? Sangat. Apa tubuh Jona terasa berat di atasnya? Sangat. Berkali-kali Carlie harus meminta bantuan mulutnya untuk bernafas. Pria jangkung itu, rupanya lebih berat dari yang dia sangka.

Namun tidak bisa pula dipungkiri, semalam Carlie mampu memejamkan matanya dengan nyaman. Dia tertidur lelap, bahkan dia tidak bangun lagi hingga matahari terbit.

Carlie mengerjapkan matanya, merasakan kehangatan merembes dari jendela besar di sampingnya. Matahari telah menyorot terik, bahkan sinarnya terasa membelai kulitnya. Carlie menebak, kalau waktu kini sudah cukup siang. Entahlah, dari posisinya, dia tidak mampu melihat jam yang terpatri di dinding.

Batuk kabur dari bibirnya. menanggung berat tubuh Jona rupanya menekan dadanya terlalu lama.

Carlie mengangkat tangannya, merasa jijik melihat darah mengering di sekujur kepalannya. Bahkan baju pestanya kini berganti warna, menjadi merah kecokelatan. Bau amis menyengat. Carlie mengguncang punggung Jona yang terlelap, sembari mencoba menahan nafasnya.

Bau amis ini menyiksa hidungku.

"Bangun. Kau berat," ujarnya, memerintah. Carlie tak pernah berkata lembut, sebab itu selain memberi perintah, rasanya aneh untuk berkata. "Demi Tuhan buka mata bodohmu dan pergi dari atasku, kau bau darah!"

Kali ini Carlie membentak, memukul punggung Jona kencang tanpa perasaan.

Perempuan itu mengharapkan Jona untuk membuka matanya. Bangun dan menyingkir darinya. Namun ketika harapannya itu terealisasikan, ketika Jona membuka matanya, Carlie melongo.

H-hah?

"Astaga, maaf, apa aku melukaimu? Pasti aku berat ya?" Pria itu berkata, dengan kelembutan jelas di suaranya. Sekalipun dia setengah terbangun, dia bangkit hampir langsung dari tubuh Carlie. Seakan terkejut, dia melukai seorang wanita di bawah tubuhnya. "Apa kau kesusahan bernafas semalam? Aku bodoh sekali menindihimu, padahal tubuhmu lebih mungil dariku."

Carlie terpaku terkejut. "Kau... waras?"

"Tunggu apakah kau baik-baik saja? Sungguh yakinkan aku dulu, kumohon," pria itu berkata, gelagapan. "Lalu ada apa dengan seluruh darah di tubuhmu itu?"

Pria itu menatap dirinya, melihat dirinya yang jauh dilumuri darah lebih banyak dari Carlie. Lalu dia terkesiap.

"A-apa aku menindihimu sampai kau muntah darah sebanyak ini!?"

Carlie terdiam tanpa bisa berkata-kata. Pria ini sungguh tidak sehat. "Kau kesurupan. Aku yakin," ujarnya, menggeleng tidak jelas. "Kemarikan ponselmu!"

Carlie meraih celana pria itu, menariknya sekencang mungkin. Jona berseru terkejut, dan dari kantongnya, Carlie mengambil ponsel Jona. "Tunggu! Apa yang kau lakukan!?"

Madame MafiaUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum