MM 2 : Chapter 12 - Boxing

3.3K 300 188
                                    

Hi Semuanya! Welcome Back To Madame Mafia!

Sebelum mulai seperti biasa....

Bonus : 170

Kalau komennya lebih dari segitu, aku updatenya sehari lebih cepet dari tanggal update biasa, okei?

Jangan lupa vote dulu, yuk!

Happy reading!

~~~ 

Terik mentari merembes dari sela-sela tirai kelam. Membentuk cahaya pelangi indah di ubin dingin. Menjadi pemandangan pertama ketika Carlie membuka matanya. Kuap dia udarakan. Pagi ini udaranya dingin, raganya menggigil. Setengah terjaga, dia meraih-meraih kehangatan pelukan Jona, namun hanya seprei belaka yang ditemuinya. Carlie mengerjap matanya sekali lagi, memastikan kalau kamar ini adalah milik Jona dan bukan miliknya. Namun ternyata dia tidak keliru.

Carlie bangkit duduk, dengan kening berkerut dalam. Pria itu sudah menghilang dari sampingnya. Padahal dia tidak biasanya meninggalkan Carlie di pagi hari.

Kerinduan dan kejengkelan merambati ulu hati. Sembari meraih bajunya, Carlie mendengus. Bersumpah kalau dia akan memarahi Jona sesaat mereka bertemu nanti. Ubin yang dingin diterpa AC menusuk-nusuk pori-pori kakinya. Sembari mengusap-usap lengannya yang kedinginan, Carlie keluar kamar dan menemui lorong-lorong yang kosong. Tidak ada kasak-kusuk pelayan membereskan rumah, tidak ada tukang kebun yang memahat dedaunan. Tidak ada siapa pun.

Di mana Jona?

Berjalan di tengah kesunyian, Carlie melihat mencari-cari siapa saja yang ditemuinya. Sampai dia menemukan seorang pelayan wanita tengah berjalan membawa nampan, berisikan banyak perban dan obat merah luka. Pelayan itu terkejut melihat Carlie dan langsung membungkuk dalam.

"Selamat pagi, Madame." Pasti Devan yang menitah seluruh isi rumah untuk memanggiln Carlie Madame. Baguslah.

"Pagi. Di mana yang lain? Dan siapa yang terluka sampai kau membawa perban sebanyak itu?"

Wanita mungil itu mendongak. "Oh ini..."

Jawaban yang Carlie dapatkan bukanlah kata-kata, melainkan pemandangan. Dia mengikuti langkah wanita itu yang menuju sebuah ruangan dipenuhi huru-hara. Kali ini sungguhan, berisik minta ampun. Carlie bisa melihat pelayan berkerumun di balik sebuah pintu yang terbuka besar, mencoba mengintip ke dalam. Di dalamnya dipenuhi pria-pria bertubuh besar yang menjerit-jerit dukungan kepada entah siapa yang sedang bertarung. Carlie mengerutkan keningnya, ikut mencoba mendongak ke dalam. Namun dia kian jengkel saja menyadari kalau dia tidak bisa melihat jelas apa-apa di balik punggung pria-pria jangkung itu. Yang dia bisa lihat sekelebat hanyalah sebuah ring boxing yang tengah dihuni dua orang saling adu jotos, namun bahkan Carlie tidak bisa melihat mereka siapa.

Keberadaannya seorang laksana tongkat Musa yang membelah sungai Nil. Semua pandangan langsung membelalak dan membuka jalan untuk Carlie. Seperti sepantasnya. Dan barulah dia menyadari apa yang tengah terjadi.

Ini adalah ruangan latihan. Jona dan Devan tengah adu jotos di atas ring tinju. Dan di sekitar ring, belasan pria bertubuh kokoh tidak sadarkan diri, beberapa berdarah-darah. Carlie mengkaku ketika melihat pukulan Devan menghantam rahang Jona telak yang pria itu balas dengan pukulan ringan di perut berotot Devan.

Jona sekalipun kehilangan ingatan, jauh lebih piawai membela diri ketimbang Devan. Namun yang kali ini Carlie pandangi adalah sosok Jona yang jauh lebih terluka ketimbang asistennya. Jauh lebih acak-acakan dan semaput. Seperti setengah hidup. Kesadarannya melayang saking kelelahan. Jona kalah dengan asistennya sendiri? Carlie terkejut.

Madame MafiaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon