MM 2 : Chapter 23 - Car Crash

Start from the beginning
                                    

Mengagumkan bagaimana nama Bocah Ingusan kepada Rian Andira menghibur hati Jona. Walau tidak banyak. Selebihnya, hanya kepanikan kalau Carlie tidak ada.

"Dan kau lihat manusia itu!" Rian menarik Kerah Jona, memaksanya berdiri. Jona menggerutu tidak suka. "Apa dia terlihat seperti penculik? Kataku wajahnya lebih seperti pembunuh." Andira sialan! "Dia tidak bahkan membawa senjata, tidak bahkan menggotong Carlie di pundaknya. Dan sekarang kau lihat pintu bilik di hadapanmu." Gerald menoleh, melihat pintu yang sudah didobrak habis-habisan. "Pria ini yang melakukannya! Apa kau tidak berpikir dia mencoba mencari Carlie juga berasama dengan kita?!"

"Dia seharusnya berada di Amerika. Dia teman Arlett! Keberadaannya saja sudah cukup mencurigakan."

"Ada yang namanya pesawat di jaman kiwari, Astaga Naga!" Rian menjerit frustrasi. Namun Gerald bahkan lebih frustrasi lagi daripada temannya itu.

"Astaga, di mana anak itu!? Dia jelas di sini, lalu terjadi ledakan tiba-tiba, lalu dia menghilang, lal-"

Intinya Gerald merancau tanpa habis. Mencari ke sana kemari, menghindar setiap ada jilatan api yang nyaris mengenainya. Dia hanya menginginkan putrinya untuk kembali. Jona bukan artinya tidak mengerti perasaannya. Kalau dia dan Carlie memiliki Putri, Jona akan sama frustrasinya. Hanya saja dia tidak suka pertemuan perdana mereka, pembicaraan pertama mereka setelah mengenal Carlie 4 tahun lamanya, adalah adu tonjok.

"Kau... menyelamatkanku?" bisik Jona kepada Rian.

"Jangan salah paham. Aku tahu kau akan menendang Pak Tua tadi."

Jona mendengus. "Aku hanya mencoba mendorongnya dariku."

"Ya dan berakhir membuatnya memuntahkan ususnya? Tidak. Aku tidak akan biarkan." Pria ini sungguh menyebalkan. Gelagatnya yang selalu menganggap Jona nila di tengah susu. Aib di tengah baik. Dan yang lebih menyebalkannya lagi, Jona tidak bisa banyak melawan. Sebab Rian tidak salah. Dia memang buruk sekali sikapnya, dahulu kala. "Tapi jangan salah paham." Rian mendengus keras sekali. "Aku baru mendengar kabar putusnya kalian hari ini dan aku menemukanmu lagi di sini? Apes sekali sialan."

Rian berdecak kencang. "Kau tahu merancau saja tidak akan membantu apa-apa, bukan, Pak Tua!?" bentaknya, menegur Gerald, dan menyadarkan pria itu dari kesadarannya.

"Lantas apa yang harus kulakukan, sialan!? Carlie tidak ada!"

"Kita cari ke tempat lain. Mungkin dia sudah kabur lebih dulu sebelum kita sadar, mengerti!?"

Rian lagi-lagi menarik Kerah Jona, memaksa pria itu untuk ikut bersamanya mencari Carlie ke luar. Jona bisa saja mendengus kesal sekali lagi, namun kali ini tujuan mereka sama. Yang penting Carlie hidup dan baik-baik saja. Itu yang menjadi prioritas Jona. Sehingga ditarik ke sana kemari, tidak memberatkannya sama sekali.

Sampai Gerald tiba-tiba mengatakan sesuatu.

"Apa itu yang tertempel di cermin?"

Keduanya langsung menoleh, melihat sebuah amplop hitam dari kertas karton terpasang di cermin. Rian meraihnya cepat-cepat, sebelum api membakarnya. Lantas membaca isinya keras-keras.

"Kalau kau mencari Carlie Eloise Heston, maka aku memilikinya. Temui aku di tempat yang kucantumkan di surat ini, dan kita bisa berbicara. Dari : Rey De La Oscuridad kedua."

Jona membelalak begitu lebar.

Kalau mengatakan Rey De La Oscuridad yang baru, satu-satunya jawaban adalah Marco Moretti. Pria yang dijadikan kepercayaannya untuk mengurus dunia mafia setelah kepergian Jona. Mengapa pria itu ada di sini!? Mengapa dia bisa tahu aku ada di sini!? Mengapa dia mengambil Carlie!? Bukankah kita bekerja sama!? Pertanyaan demi pertanyaan muncul di benaknya. Setiap pertanyaan, mengirim kepanikan berlipat ganda baginya. Jona harus menyelamatkan Carlie sekarang juga! Marco Moretti berbahaya!

Madame MafiaWhere stories live. Discover now