Bab 2 Sin of Glutony chapter 16 : sister and brother

2 5 0
                                    

“Eyaaaa! Eh ada tamu baru nich.”
Seru Bella ketika melihat sosok yang menghadang mereka. Dia berjalan santai akibat kamuflase mutlaknya, tak akan ada yang bisa melihatnya dan kakaknya juga sudah menyamar, jadi tak ada yang perlu di khawatirkan.

Sang penghadang terus memakai wajah serius dengan mata garang, tubuhnya terlihat berotot untuk wanita seumurnya, bajunya agak minim menunjukkan kulit sawo matang nya yang tercampur logam, sepertinya dia memakai bagian tubuh buatan, bisa dilihat dari tangan peraknya. Dengan santai Bella mencolek-colek otot wanita itu, melakukan selfie dan paling aneh dia menjilat keringat di pipi wanita itu.

“Asin~”

Tentu saja. Tapi insting pemangsanya tetap ingin membuatnya melakukan itu.

Namun ada yang aneh, Mata wanita itu mulai melirik kearah Bella.
Sahya menyipitkan matanya tahu ada yang tak beres.

“Bella...”

Dia mencoba memperingatkan adiknya namun, Bella malah menjawabnya dengan santai.

“Kakak jangan khawatir... Is ok, take ez-ez. Santai...”

Brok!

Satu pukulan tepat di kepala melontarkan Bella kembali untuk mencium trotoar. Dia bangun dan terheran serta kesal.

“Lah kok bisa?”

“Musuh menunjukkan tanda-tanda tak bersahabat.  Harus dimusnahkan.” Ucap wanita itu dengan datar seperti mesin.

“Bagaimana cara tahunya bersahabat atau enggak jika enggak nanya duluan, woi!”

“Biar aku saja Bella kau...!”
Sahya ingin memakai kekuatan nya namun tiba-tiba dia langsung membungkuk kesakitan, ternyata DNA X masih ada di sana.

“Lah, terus kata keren tadi di mana woi!”
Muncul dari lubang dimensi kedua saudarinya datang dan melihat kebodohan saudari mereka.
“Be-lla~”Ceri memegang kedua pinggangnya, menatap Bella dengan kecewa

“Emang Bella bodo dan idiot tingkat lanjut.”Ejek Rusiana.

“Maaf ya kak, sekarang giliran kami yang maju dan kakak bisa istirahat. Jangan menolak untuk kali ini ya?”

Sahya tersenyum dan mundur untuk memberi jalan adik-adiknya untuk bertarung.

,,,,,,,,,

Sementara itu, Atlas atau sekarang Anggara sudah berhasil menyelamatkan keluarga yang tersisa dengan bus yang dia sewa untuk membawa mereka ke tempat yang aman. Namun ketika dia menaikkan yang lain Alisia yang ada di gendongan nya menggigit lehernya. Alhasil dia berhasil kabur dan membuat lubang dimensi untuk kabur.

“Kurang ajar!” dia ingin mengejarnya namun dia langsung melihat yang lain, kondisi mereka sekarang tak mampu untuk pulang sendiri.
Ketika dia diam dalam kebingungan seorang yang familiar mendatangi mereka semua. Seorang bapak-bapak berbaju jas selayaknya seorang pengacara datang dengan wajah kusam.

“Jadi kalian disini, syukurlah.”
Dia adalah Xing yang berhasil kabur dari markas Shadow Butterfly dengan memanfaatkan amarah Jacky.

“Anda, tuan Xing?”

Dia tersenyum geli, karena merasa aneh dipanggil selayaknya orang asing oleh keponakannya sendiri.

“Kau tahu, aku juga tahu *itu* kan?”

“Oh, maaf... P-paman.”

Xing melihat kecanggungan yang tercampur dengan kebingungan di hati Anggara.

“Kau... Bisa ke sana, biarku jaga mereka.”

Anggara ingin menolak tapi, sebelum benar-benar membuka mulut orang itu langsung membungkam mulutnya.

“Kau masih takut ya?”

Anggara mengangguk.

“Kau tak pernah berubah ya~ Kau cerdas, selalu mendapatkan nilai sempurna saat di sekolah. Namun selalu gagal dalam ujian praktek. Yaaaa~ Mau bagaimana lagi, aku juga yang mengajarimu selama ini “

Xing menarik nafas panjang akan penyesalannya.

“Paman tak perlu bicara begitu.”

“Ah, jangan hibur akulah. Aku yang tidak pernah niat ketika disuruh mengajarimu ketika di perintah oleh ayahmu ini, Akan lebih sakit jika di hibur. Setiap saat kau yang kecil dulu minta diajari namun aku Cuma nyuruh untuk *yang penting itu ada di buku* lah gitu dan ujung-ujungnya kau jadi kayak gini.”

Anggara pun langsung tertawa akan kenangan masa lalu mereka.

“Iya, jadi ingat dulu aku terlalu patuh dengan resep masakan yang paman berikan untuk lomba masak ketika perpisahan sekolah. Aku memasukkan 50 cabe di rendang dan akhirnya semua mencret berjamaah.”


“Ya, sudah kubilang itu resep kesukaan dari ibumu saat kecil, contohlah saja jangan ditiru sepenuhnya. Jadinya Arya serta 50 murid pingsan karena kepedasan dan ayahmu minta maaf ke kantor kepala sekolah. Benar-benar kacau, aku ingin hal itu terjadi lagi.”

“Iya.”

Mereka terdiam dalam lautan nostalgia keluarga mereka dulu. Sampai tanpa sadar Anggara membuka mulutnya dengan kata-kata yang tak pernah dia bayangkan untuk dikatakan.

“Aku sayang mereka semua, aku tak ingin lari lagi dan aku ingin berhenti berfikir lagi.”

Xing menepuk bahu pemuda itu sebagai dorongan semangat.

“Aku tahu, makanya kau kejar dia... Cepat!”

Dia pun langsung menjawab tanpa pikir panjang karena Cuma ada rasa cinta untuk adiknya.

“Siap!”

Dia langsung lari dan membuka gerbang dimensi untuk menolong adik-adiknya. Sementara itu Xing dengan mata tak rela melihat anak yang dulunya selalu mengagumi dirinya pergi menjauh.

“Ayah adalah mafia siluman yang ingin tobat, ibu manusia, saudara kembar yang baik namun penakut dan adik perempuan yang bar-bar minta ampun. Lalu, aku... Paman yang seorang pengacara tercerdas yang pernah ada. Ah... memang keluarga yang aneh.”


Anggara ketika keluar dari lubang dimensi, Cuma bisa memejamkan mata karena banyaknya debu yang berterbangan. Dia berjalan sambil memanggilnya.

“Alisia! Alisia!”

Pemuda itu terus berteriak sampai akhirnya orang yang dia cari muncul ketika gumpalan debu mulai mereda. Seorang gadis yang putus asa berlutut di depan danau yang sudah surut airnya.
Dia berlari mendekatinya dan langsung mendapatkan ucapan sinis dari adiknya.

“Kenapa kau kemari?” ucap Stella dengan rasa amarah nan kesedihan menghentikan langkah Anggara.

“Kita harus pulang dan lari dari tempat ini! Sekarang juga!”

“Pulang? Lari? Memang kata-kata yang sering kau katakan ya.”

Dia telah mendengar semuanya, orang yang paling dia benci ternyata masih hidup. Rasanya hatinya yang terluka telah di robek sebelum sembuh sepenuhnya.

“Kenapa, Juga aku pernah mencintaimu ya? Kenapa? Huh? Kau bisa jelaskan itu? Kak Anggara?”

Alisia berdiri lalu berbalik dan akhirnya setelah sekian lama amarahnya yang telah dia tahan bisa ter pancarkan lagi.

“Alisia dengarkan aku, kita tak punya wakt-“

“Berisik! Diam! Kau kira aku akan mendengarkan itu? Setelah bertahun-tahun kau baru kembali, kau langsung menipuku dan kau ingin memanipulasiku, huh?!”

“Bukan itu aku...”
“Diam berisik!!! Setiap kata-kata yang muncul di mulutmu Cuma menambah fakta, kalau kau ini salah!”

Dia sudah mulai kehilangan akal, amarah telah memenuhi hatinya tak ada tempat untuk berfikir logis lagi.

“Terserah! Yang penting kau pulang, entah kau mau atau tidak.”

“Masih keras kepala ya? Coba sini kalau berani.”
Berubah menjadi wujud silumannya, dia menantang kakak pertamanya untuk pertama kali. Mereka sering berkelahi tapi tak pernah bertarung atau menaruh tangan satu sama lain.

“Jadi ujung-ujungnya seperti ini ya? Sejak awal sudah waktunya kita menyelesaikan rasa kesal kita masing-masing. Tak seperti dulu yang selalu di lerai oleh ayah. Baik, ayo kita bertarung.”

Api membakar tubuh Anggara merubah nya menjadi mata api raksasa sebesar kepala truk dan bersiap bertarung dengan saudarinya.


Sementara itu berbanding terbalik dengan saudara kembar 3 sedang mencoba membuat kakak mereka terkesan.
Tebasan dari dua buah golok bersinggungan dengan tangan besi. Golok berwarna merah darah bergerak dengan lincah mencoba menghancurkan pertahanan tangan besi.

Bella bergerak dengan lincah menghindari tinju musuhnya.

“Yey-yey!”
Musuhnya tidak cukup cepat membuatnya memukul aspal dan objek sekitar karena meleset.
Dwisula melesat dari jauh, berada di titik buta dan menusuk punggung lalu meledak.
Bella melompat di atas lampu jalan melihat di balik kepulan asap dan ternyata musuhnya masih hidup.

“Uwah! Keren dan masih hidup! Omong-omong siapa namamu tadi?”
Wanita berkulit sawo matang itu langsung mengenalkan diri secara formal.

“Mys, ksatria putih peringkat-“

“Okde! Dedek Mys. Nama yang bagus, cocok buat kamu. Mau kenalan?” Bella memotong namun Mys tak terlihat marah sama sekali dan tak menjawab Bella sama sekali.

“...”

“Ih kaku nya...”

“Bella cepat sudahi!”

“Ah iya, maaf nih ya.”

Tanpa mengindahkan rasa ramah Bella, Mys langsung merapal dan bersiap untuk bertarung.

[Dia yang menyangga dunia tak bisa menyangga pikirannya.]

~Code: Atlas bruth~

Dia pernah melihat pemerkuat fisik macam ini dari kakaknya. Konon katanya saking begitu kuatnya pemerkuat fisik ini, manusia bisa menjadi puncak rantai makanan lagi.


Dia juga mendapatkan pemerkuat dari saudarinya untuk pertarungan sampai mati. Bella membunyikan tulang lehernya, menjilat bibirnya dengan jantung yang dipompa oleh adrenalin yang bergejolak sampai terdengar dari luar.

“Ah mari... Kita... Main!”

Wajah seringai besar melesat kearah Mys menabrakkan golok dengan tangan besinya yang meledakkan energi yang mengelupas jalan aspal.

“Yeaaaa!!”

Bella menyerang dengan bertubi-tubi, dari depan, melompat kebelakang dan kesamping. Kelincahan melawan pertahanan yang sangat luar biasa. Mys Cuma menahan dan Bella cukup terus menyerang sampai membuka pertahanan Mys.

“Kena-kena!”

Besi mulai mengelupas dan meleleh akibat serangan Bella. Namun ternyata Mys masih menyembunyikan kartun As miliknya.

[Amuk,gema,suara]

~Code: Magna impact ~

Mys menghentakan kakinya yang menyebabkan ledakan energi yang mementalkan musuhnya jauh kebelakang.

“Astaga, kamu sengaja ya!”

Tak mau basa-basi Mys melemparkan pukulan di udara.

“Sini!”

Bella berdiri tegak dan membuka tangannya lebar-lebar seolah menerima semua serangan puluhan tinju udara. Dari belakang, puluhan Dwisula menahan serangan itu. Bertubrukan secara beruntun mengguncang tanah dan dia masih membuka tangannya di depan wajah cerianya.

“Astaga, jangan lakukan hal bodoh. Dasar Bella idiot.” Ejek Rusiana.

Mys tak bisa menahan semua Dwisula yang tak terhitung jumlahnya sampai akhirnya Dwisula bisa menancap di dadanya disusul dengan yang lain untuk merajam tubuhnya.

Gruoohh!!

Darah mengalir keluar dari rusuk-rusuk yang terputus, dia membungkuk tak berdaya lagi.

“Liat kan? Easy banget!”

Bella berbalik dan menyilangkan tangannya, merasa bahwa ini sudah selesai namun masih belum.
Suara dentingan besi terdengar dari belakang, berasal dari Dwisula yang lepas dari tempatnya menancap. Sebelum Bella berbalik sepenuhnya, sebuah tangan langsung membanting wajah nya ke aspal panas.

“Kamu? Masih hidup!? Kamu manusia, kan!?”

Dia menyentuh wajahnya, untuk memastikan topengnya tak hancur ketika orang yang harusnya sudah mati itu menendang perutnya dan memaksanya untuk berdiri.


“Kurang ajar! Kau apakan adikku!”

Dwisula melesat ke dahinya Mys, wanita itu membatu untuk beberapa detik sebelum melepaskan Dwisula di dahinya. Semua tercengang termasuk Sahya, dia sempat berfikir kalau wanita ini adalah Soul reader. Namun dia langsung menampiknya,  setelah melihat bahwa Mys sama sekali tak membawa binatang panggilan miliknya. Bahkan pemerkuat fisik miliknya tak mungkin bisa sekuat ini!

Sahya mulai khawatir dengan kondisi adik-adik dan kebetulan tubuhnya mulai bisa digerakkan lagi.
Dia berdiri dan siap untuk bertarung.

“Eits... Tunggu dulu.”
Dia tak bisa melangkah jauh lagi karena Dwisula menghadang jalannya.

“Ceri?”

“Kakak lupa? Kami bilang untuk percayalah dengan kami.”

Dia masih ragu untuk mebiarkan adik-adiknya bertarung.

“Woi kak!”
Bella dari kejauhan mengangkat tangannya yang berdarah untuk mengacungkan jempol kearah kakaknya.
Sang kakak melihat adik-adiknya membuka topeng mereka Cuma untuk menunjukkan senyum.

“Kami tak apa.”
Itulah yang senyum mereka sampaikan dan akhirnya sudah waktunya dia untuk menerima ini.

“Selama ini, aku yang salah ya?”

Cairan hitam memenuhi tubuhnya dan munculah harimau hitam berloreng dengan mata terluka sebelah sebelah.
Dengan cakar peraknya dia merobek ruang untuk pergi menuju tempat pertempuran utama terjadi. Tapi sebelum itu dia menatap semangat adik-adiknya untuk bertarung bahkan tak sempat untuk mengucapkan

“Selamat tinggal.”
Baginya, itu sudah cukup. Karena dia tahu betapa “Serakah” nya dia kali ini.
Terhanyut dari kepuasan untuk melindungi orang terkasih telah meracuninya dan sekarang dia baru sadar dengan itu.

Dia melompat ke lubang dimensi dan langsung berada di gurun kering. Dia berjalan dengan 4 kaki dan terus berfikir.

“Maaf, aku baru saja menyadarinya. Selama ini, kita berdua memanglah kakak, keponakan dan siluman yang payah.” ucapnya tepat di depan Ader yang menatap dirinya dengan mata Jingganya yang menyala dalam badai debu.












Dome {hidup kami di dalam kubah} (Dalam Masa Revisi)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu