Bab 2 Sin of Glutony chapter 9 : sisa dari ingatan

14 8 0
                                    

Sementara itu di tempatnya Sahya , para wendigo telah dibantai secara brutal. Kepala terpenggal, usus terurai dan salah satu dari mereka yang kedua kaki belakangnya telah terpotong mencoba menyeret tubuhnya untuk menjauh dari Sahya.

"Woi-woi-Woi!! Ini bukan bagian dari rencana! Kenapa kalian menyerang kami! Ini aneh, kita ini kawan kan!" Sahya dengan acuhnya tak mendengarkan ucapan siluman Wendigo itu dan malah membalas panggilan ponsel dari Mali.

"Pagi Bang Sahya~ gimana kerjanya hari ini?" Panggil Mali dengan penuh keceriaan melalui ponsel.

"Bosan." Balas Sahya dengan datar.

"Heh! Ayolah, kita baru mulai hari ini. Katanya mau ingatanmu kembali."

"... Ya, tapi tetap bosan."

"..."

"Heaaaa... Kau ini mentang-mentang adalah salah satu yang paling kuat dari kita semua, ngomong bosan sembarangan. Enggak ada kesan apalah gitu, kayak pas ketemu mantanmu itu, kek?"

"Tak ada, lagi pula dia Cuma klien tak kurang tak lebih."

"Aduh, Sahya. Kamu ini jangan terlalu kaku kayak es batu, dong." Sahya tersenyum dingin mendengar sebuah ironi di telinganya.

"Hahaha... Lucu sekali kau. Orang yang baru saja membantai satu bawahannya sendiri dan masih bisa bicara santai tanpa rasa bersalah, telah menasihatiku. Anj*Ng lah kau ini."

Mali tersenyum nakal dan sedikit kembali merobek bibirnya.

"Haha! Terus bagaimana rencananya Overseer?"

"Cukup lancar."

"Hemmm... Sip, aku tak perlu turun tangan."

Suara yang tak sopan muncul dari Wendigo yang sudah muak di acuhkan.

"... Hoi!! Dengarin aku ngent*d! Kalian... Kalian ini gila,ya?!"

Sahya mendekat ke Wendigo itu dan bersiap-siap untuk melumat kepalanya dengan kaki. Keringat dingin langsung membanjiri wajah Wendigo ketika tau dia akan mendekati ajalnya. Namun karena sombong dia ingin mengumpat satu kali lagi.

"Eh Bangs-"Kepalanya telah diinjak, kepalanya hancur seperti buah jeruk yang di injak.
"Njir, Cuma gitu saja? Enggak dibiarkan buat ada kata-kata terakhir apalah gitu?"ujar Mali yang mendengar kejadian itu dari ponsel.

"Tidak, karena orang yang mudah berkhianat harus di musnahkan." Jawabannya dengan dingin sambil mengosokan "kotoran" disepatunya ketanah.

"Iya sih, mereka juga mengkhianati Arya Cuma karena iming-iming uang. Dasar pengangguran."

"Mali, ada panggilan baru nantiku hubungi lagi."

"Uhmm.. ok."
,,,,,,,,,,,,,

Kembali ke Atlas yang masih berlari kembali ke tempat awal. Namun sebelum itu dia ingin melapor ke Sahya dan berhenti di tengah jalan sekaligus untuk bisa cepat kembali ke Seren. Dia menaruh Alisia yang masih tak sadarkan diri ke kursi panjang pinggir jalan.

Ponsel berdering dan Sahya pun mengangkat panggilan darinya.

"Iya."Jawab Sahya.

"Tuan Sahya, saya telah berhasil membawa Alisia kembali dan dia masih dalam kondisi tak sadarkan diri."

"Kenapa kau tak langsung kembali dan melaporkan jika saat sampai kemari?"

"Karena si maid kepercayaannya masih bertarung, saya ingin membantunya sekarang, sebelum terlambat. Jadi tolong jemput dia kemari."

Satu perintah acuh nan dingin muncul dari atasannya itu.

"Tak ada bantuan untuknya, kita akan langsung pergi dari sini."

Dome {hidup kami di dalam kubah} (Dalam Masa Revisi)Where stories live. Discover now