Bangun dari Koma

12.4K 1K 21
                                    

Awan hitam dan rintikan hujan membersamai pemakaman keluarga Lazerdain. Walaupun Edrea yang membunuhnya dengan kejam tetapi tak lupa ia memberikan peristirahatan yang layak, bagaimanapun keluarga Lazerdain cukup berpengaruh dan akan sangat merepotkan nantinya jika publik tahu bahwa mereka dibunuh oleh anaknya sendiri.

Edrea tersenyum getir melihat 3 nisan baru yang berjejer rapi disamping nisan Evano, yaa siapa lagi jika bukan Ardan Lazerdain, Ashana Lazerdain dan kakak ketiganya... Altezza Bahran Lazerdain.

Hal yag tidak disangka bagi Edrea jika kakak ketiganya ditemukan dalam keadaan tak bernyawa di apartment nya sendiri setelah meminum racun. 'Bodoh' umpatan itu tertahan di kerongkongan Edrea ketika melihat jasad Altezza. Ia kira kakak ketiganya itu akan berpihak padanya dan turut serta dalam kebahagiaannya nanti.

"Yaa gue hanya berharap kalian bisa tenang disana karena bertemu dengan bajingan Evano" batinnya berucap tenang.

"Sayang ayoo" ajak Dareen sambil menarik lembut lengan Edrea. Lucas yang tidak mau kalah pun juga mengusap lembut lengannya.

"Jangan menghabiskan waktu untuk hal yang tidak berguna sayang" bisiknya pelan.

Beberapa wartawan turut mengikuti pemakaman tersebut, mereka ingin mendengar bagaimana kelanjutannya keluarga Lazerdain.

Memang kematian keluarga Lazerdain dimanipulasi karena kecelakaan, mobil yang ditumpangi keluarga tersebut jatuh dan meledak ke jurang jurang. Sungguh alur cerita yang dibuat apik oleh Edrea.

Kringgg.. deringan ponselnya mengalihkan atensi Edrea, tertera dr. Richards yang memanggilnya, segera Edrea mengangkat panggilan tersebut. Wajahnya yang tadi terlihat muram sedikit membentuk senyuman.

"Ya aku kesana sekarang dok" ucapnya. "Sayang ayo kita ke rumah sakit" tambahnya sambil menatap keempat calon suaminya, mereka menggangguk paham dan berlalu pergi tanpa menjawab berbagai pertanyaan wartawan yang dilontarkan kepada mereka.

Di rumah sakit...
"Bagaimana perasaan anda tuan?" Tanya dokter tersebut hati-hati, pasalnya ketika bangun dari koma pasiennya itu hanya menatap kosong langit kamar.

"Rasanya sakit, tapi entah kenapa" lirihnya, "mana adikku?" dokter tersebut tersenyum, "adik anda.."

Ceklek.. suara pintu yang terbuka mengalihkan atensi mereka. "Sayang sini" pelan Sean pada Edrea. Edrea tak bisa menahan senyum bahagianya, ia berlari dan menubruk dada Sean membuat laki-laki itu sedikit melenguh. Hei dia baru saja bangun dari koma dan mendapatkan tembakan di dadanya, jadi wajar saja ia merasa sedikit ngilu ketika Edrea memeluknya dengan 'agak kasar'.

"Bagaimana keadaan abang apa udah lebih baik?" Tanya Edrea tanpa melepaskan lilitan tangannya pada pinggang Sean membuat keempat tiran yang berada disudut ruangan menguarkan aura dingin.

"Sialan aku cemburu"
"Sayang jika kita menikah nanti aku akan terus memeluk mu"
"Sabar riel dia kakak iparmu"
"Akhh sialan"
Umpatan-umpatan tersebut tertahan di kerongkongan mereka.

"Abang baik dan merasa...kosong" pelannya sambil menatap lamat netra violet Edrea.

"Sist apa gue harus ngungkapinnya sekarang?" Tanya Edrea pada sistem.

"Tentu tuan, jika anda menyembunyikannya kemungkinan Sean akan membenci Anda. Karena bagaimanapun mereka adalah keluarganya" jawab sistem membuat Edrea mengangguk paham.

"Bang sebenarnya ada yang ingin aku katakan" pelan Edrea membuat Sean mengangkat alisnya.

"Sebenarnya..." dan mengalirlah berbagai kejadian dari awal hingga akhir keluarga Lazerdain, Edrea sama sekali tidak menutupinya pada Sean. Biarlah Sean yang membuat keputusan setelah mendengar cerita Edrea tersebut.

TRANSMIGRASI EDREA [END]Where stories live. Discover now