Daddy

19K 1.6K 31
                                    

Cklek
Seorang dokter keluar dari UGD,  Edrea dengan cepat menghampirinya. "Bagaimana?" Tanyanya dingin meskipun bekas air mata masih terlihat jelas di pipinya.

"Tuan Nicholas koma" DEG, Edrea memegang dadanya yang berdenyut nyeri.

"Tuan Nicholas harus dipindahkan ke NY karena peralatannya lebih menunjang keberlangsungan hidup tuan Nicholas."

Edrea mematung sejenak, ia harus merelakan Nicholas. Sedari awal ia memang berencana balas dendam kan? Lalu kenapa ia sekarang terlihat seperti perempuan yang menangisi kekasihnya.

Edrea mengusap kasar pipinya, "ya pindahkan dia" ucapnya tegas dan berlalu pergi diikuti ketiga haremnya.

Dalam setiap langkahnya Edrea tak berhenti memikirkan Nicholas, "gue memang benci sama lo! Tapi bukan kayak gini yang gue mau!" Batinnya lirih, hanya terdengar suara langkah kaki dari keempat orang tersebut.

Edrea pulang ke mansionnya, kini tempat itu sudah bersih dan tidak terlihat seperti telah terjadi pembantaian.

Sebelum pergi ke kamarnya ia berbalik menghadap pada Dareen, Lucas, dan Gavriel. Ia mengecup pipi mereka satu persatu "makasih udah nyelametin aku, sekarang kalian istirahatlah." Ucapnya sambil tersenyum dan masuk ke lift.

"Ku kira dia akan lupa pada kita karena memikirkan si brengsek Nicholas" ucap Gavriel dengan wajah merajuk. "Edrea memiliki pemikiran dewasa ia pasti bisa menempatkan dirinya" tegur Lucas.

"Ngomong-ngomong bagaimana keadaan si brengsek Theo?" Tanya Lucas pada Dareen karena memang pria itulah yang terakhir sampai di rumah sakit.

"Debu" Gavriel dan Lucas melongo, mereka sama sekali tidak paham apa yang diucapkan pria itu. "Ckk.. bangunannya sudah dibakar dia sudah pasti jadi debu" decak Dareen. Mereka mengangguk ngangguk paham, hal itu memang pantas Theo dapatkan.

*****

Sekolah digemparkan oleh kematian Theo sekaligus kepindahan Nicholas. Kematian Theo disebut kebakaran akibat konsleting listrik sedangkan kepindahan Nicholas karena ia mengurus cabang perusahaan NH Company di NY. Para siswa menganggapnya begitu, tapi tidak bagi Ares, Elard, dan Axelio.

"Gue gak nyangka." Lirih Ares sambil menatap kosong ke depan yang menampilkan hamparan gedung-gedung pencakar langit. Elard menepuk bahu pria tersebut "gue juga gak nyangka Res, dulu gue kira pertemanan kita bakal sampe tua tapi...." ucapan Elard terpotong, ia tak sanggup meneruskan perkataannya. Axelio yang melihat kedua temannya hanya menghela nafas. "Ini udah takdir."

"Ini bukan takdir Xel! Ini salah Rea dan haremnya itu!" Racau Ares, "sadar Res ini emang takdir! Lo inget Rea itu queen kita dan para haremnya cuman laki-laki yang berusaha melindungi gadisnya. Wajar mereka melakukan itu karena Theo berusaha menyakiti dan menodai milik mereka, sedangkan Nicholas juga berusaha melindungi gadis yang ia cintai sekaligus menebus keselahannya!" Ungkap Axelio panjang lebar.

"Terus kenapa? Theo juga hanya laki-laki yang berusaha mendapatkan gadisnya? Apa dibunuh dengan keji hal yang sepadan untuk membalasnya?"

"Res itu udah jelas salah! Cinta gak kayak gitu Res! Theo itu terobsesi sama Edrea sampai dia menghalalkan segala cara. Lo juga tahu kan kematian adalah resiko bagi mereka yang mengusik Dareen, Gavriel, dan Lucas." Elard juga ikut angkat suara untuk menyadarkan temannya itu.

"ARGHHH" Erang Ares sambil menjambak rambutnya, ia benar-benar tak terima dengan semua ini.

"Maaf" gumam seseorang yang mendengar percakapan tersebut, ia langsung berlalu pergi dari rooftop.

*****

"ARGHHHH KALIAN BRENGSEK! Berani nya kalian membunuh putraku!" Ucap pria paruh baya.

TRANSMIGRASI EDREA [END]Where stories live. Discover now