48. Julid

2K 121 58
                                    

Alka tak langsung pulang ke rumahnya, ia memilih untuk singgah dirumah Naresh.

"Assalamualaikum," ucap Alka saat masuk kerumah Naresh.

"Waalaikumsalam. Eh Alka," ucap Belinda, Bunda Naresh.

"Naresh dikamar Bun?" Tanya Alka sambil menyalami tangan Belinda.

"Iya lagi dikamar tuh sama yang lain juga. Kamu susul aja gih," ucap Belinda.

Alka mengangguk. "Alka ke atas ya, Bun."

Ia pun menaiki anak tangga dengan perlahan, saat sampai didepan kamar Naresh ia pun langsung masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu.

"Wess abang Alka dateng juga," ucap Kenzie sambil memakan cemilan.

"Tiada hari tanpa makan lo!" Ucap Alka sambil mencomot ciki yang dipegang Kenzie.

"Raga mana?" Tanyanya yang daritadi tak melihat keberadaan Raga.

"Diajak gamau. Tumben deh tuh anak kaya gitu," ucap Kenzie yang daritadi juga memikirkan sikap Raga.

"Si Regan udah lo anter sampai rumah?" Tanya Alka pada Arjuna.

"Boro-boro nganter sampe rumah, gue diturunin ditengah jalan. Emang kampret tuh bocah!" Jawab Arjuna dengan wajah yang kentara sangat kesal sekali.

Alka hanya terkekeh saja.

"Senja gimana?" Tanya Naresh.

Kenzie mengambil bantal yang ada disampingnya, lalu menimpuk tepat mengenai wajah Naresh.

"Tadi aja dipanggil sama neng Senja sok-sok an gak mau noleh. Giliran sekarang malah nanya 'Senja gimana' . Dasar manusia gengsi!" Ucap Kenzie menjuliti Naresh.

Naresh hanya berdecak saja menanggapi ucapan Kenzie.

"Lo pake nanya dia gimana, udah pasti sedih lah. Apalagi tadi lo ngomong pake nada tinggi. Makanya Resh apa-apa tuh denger dulu penjelasan dari Senja nya. Kecewa boleh, cuma jangan sampai begitu lah. Gue liat muka nya gak tega banget tadi," tambah Arjuna.

"Senja sedih. Dia ngira lo marah sama dia. Tapi gue udah kasih penjelasan ke dia kalau lo cuma kecewa aja," jawab Alka.

Naresh yang mendengar itu langsung mengacak-ngacak rambutnya sendiri. Ia benar-benar menyesal. Harusnya ia tak bersikap seperti itu pada Senja.

"Kacang udah jadi bubur kacang hijau, Resh. Udah telat lo nyesel juga," ucap Kenzie yang masih saja menjuliti Naresh.

Plak!

"Sakit anjir! Kenapa sih?" Tanya Kenzie sensi pada Arjuna yang tiba-tiba menggeplak kepalanya.

"Nasi udah jadi bubur anjing! Bukan kacang udah jadi bubur kacang hijau! Tolol amat punya temen," ucap Arjuna sambil menggelengkan kepala.

"Ribet lo. Sama-sama jadi bubur juga kan yang penting!" Bantah Kenzie ngegas.

"Ngomongin bubur kacang hijau, gue jadi pengen dah," celetuk Kenzie.

"Najis Ken udah kaya ibu ibu hamil yang lagi ngidam lo!" Sungut Arjuna pada Kenzie.

Kenzie yang mendengar itu langsung tersenyum lebar. Ia menatap Arjuna seraya mengusap-usap perutnya.

"Iya nih pah mamah ngidam bubur kacang hijau. Beliin dong pah, emang kamu mau anaknya ileran?" Pintanya dengan muka melas sambil mengusap-usap perutnya seolah sedang hamil.

Arjuna tertawa kencang. Kini, ia ikut mengusap-usap perut Kenzie.

"Utututu anak papah laper ya nak? Nanti papah beliin ya bubur kacang orange biar beda dari yang lain."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SENJALUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang