31. Ingin mengulang waktu

1.3K 153 14
                                    

Sebelum keluar dari rumah sakit, Edrea lebih dulu menyempatkan diri untuk pamit pada teman-temannya yang berada di ruang rawat Senja.

"Rea," ucap Senja khawatir. Bagaimana ia tak khawatir, sahabatnya ini datang-datang dengan mata yang sembab seperti orang yang habis menangis hebat.

Edrea berlari memeluk Senja yang sedang berbaring ditempat tidur. Ia kembali menangis dibahu sahabatnya. Senja mengusap-usap punggung Edrea mencoba menenangkan. Tanpa Edrea beri tau, Senja sudah paham, sahabatnya ini benar-benar bertengkar hebat dengan Arjuna sewaktu di rooftop tadi.

"Mau sama Arjuna," ucap Edrea sambil terisak.

"Gue jahat, gue jahat," lirih Edrea dengan isak tangis yang tak kunjung berhenti.

Tak hanya Senja yang mencoba menenangkan Edrea, namun Anin dan Jovanka juga ikut serta. Mereka berdua mengusap-usap tangan Edrea berharap sahabatnya ini sedikit tenang dari tangisnya.

"Rea, apapun keputusan yang lo ambil hari ini itu udah bagus. Lo berani ngeakhirin semuanya karena lo sadar, kalau terus egois, hubungan yang lo jalanin sama Arjuna semakin berat," ucap Senja sambil terus mengusap punggung Edrea.

"Gue masih sayang Juna, Nja. Gue masih mau sama Juna, bukan Alan," ucap Edrea dengan tangis yang semakin kencang.

Senja melirik ke arah Anin dan Jovanka. Ia juga ikut bingung sekarang. Senja hanya tau masalah Edrea dengan Arjuna, bukan masalah Edrea dengan Alan. Sebisa mungkin Senja memberi kata-kata yang mungkin dapat membantu Edrea untuk tenang walau sebentar.

"Arjuna juga sama kaya lo Re, dia sayang banget sama lo. Kalian mutusin buat pisah dengan cara baik-baik. Ikhlas Re, ikhlasin semua yang udah berakhir. Rencana Tuhan itu indah, mungkin Tuhan jauhin lo sama Arjuna untuk saat ini, tapi kita gak pernah tau Re, bisa aja beberapa bulan atau beberapa tahun kedepan, Tuhan mau kalian sama-sama lagi," ucap Senja dengan lembut.

"Sama-sama diatas perbedaan yang terlalu jauh. Apa mungkin?" Ucap Edrea dengan tangis yang sedikit mereda.

"Jangan ngomong gitu Re. Kita gak pernah tau takdir seseorang di masa depan nanti. Gak ada yang gak mungkin bagi Tuhan," jawab Anin atas pertanyaan Edrea.

"Lo harus percaya Re," ucap Jovanka menambahkan.

Edrea tenang sekarang. Tangis nya sudah reda. Sahabat nya benar, tidak ada yang tidak mungkin bagi Tuhan. Yang harus ia lakukan adalah percaya, percaya bahwa rencana Tuhan lebih indah dari rencana manusia.

"Gue sayang banget sama kalian. Terimakasih ya, gue tenang sekarang," ucap Edrea sambil menatap sahabatnya satu persatu.

Senja, Anin, dan Jovanka tersenyum sambil mengangguk. Mereka juga ikut lega melihat Edrea yang sudah tenang.

"Gue pamit pulang duluan ya Nja," ucap Edrea berpamitan.

Senja mengangguk. Ia juga menyuruh Anin dan Jovanka untuk menemani Edrea.

"Nin, Jov, kalian temenin Edrea ya," kata Senja.

"Lo gimana?" Tanya Anin dan Jovanka bersamaan.

Senja terkekeh melihat kekompakan kedua sahabatnya ketika berbicara. Kemudian ia melirik ke arah Naresh dan yang lain yang sedang berdiri dipojokan sambil memperhatikan interaksi dirinya dengan Edrea, Anin, dan juga Jovanka.

"Ada mereka. Lo antar Edrea sampai pulang kerumah ya," ucap Senja sambil tersenyum meyakinkan.

"Yaudah kalau gitu, lo cepat sembuh ya supaya bisa sekolah. Di sekolah sepi gak ada lo," ucap Anin sambil terkekeh kecil.

"Kita pamit ya Nja," ucap Jovanka, lalu pergi meninggalkan ruang rawat Senja bersama Anin dan juga Edrea.

Kini, Senja mengalihkan perhatiannya menjadi melihat Naresh beserta yang lain.

SENJALUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang