43. Aodra

1.1K 150 7
                                    

"Dia belum sadar?" Tanya Naresh yang kini sudah duduk di mobil Alka.

Alka menggeleng.

"Sky banyak banget musuhnya, ya?" Tanya Naresh tentang kejadian tadi.

Alka mengangguk. Musuh Sky memang banyak. Bahkan di umurnya yang masih sama seperti remaja lainnya, ia sudah mempunyai musuh dari kalangan dunia. Sudah dibilang, Sky bukan orang biasa. Alka bisa berbicara seperti ini karena ia sudah kenal lama dengan Sky. Bahkan cerita hidup Sky pun ia tau. Sky memang terlihat hangat, tapi dibelakang itu, ia jauh dari sosok yang hangat juga ramah.

"Dia suka pergi-pergi itu bukan karena dia mau sekolah, tapi karena dia mau berantas semua musuhnya," jelas Alka sambil melirik Naresh yang ada dikursi samping pengemudi.

"Dia lebih tua dari kita?" Tanya Naresh lagi.

"Seumuran kita. Cuma jalan hidup dia sama jalan hidup kita aja yang beda," jawab Alka.

Naresh mengangguk. Dari ucapan Alka ia dapat menyimpulkan bahwa Sky lebih dari seorang remaja pada umumnya.

"Lo mau apain Bisma setelah ini?" Tanya Alka bergantian.

Naresh menoleh ke kursi belakang, lalu tersenyum miring. Sudah lama ia tak bermain dengan benalu.

"Lo tau sendiri lah," sambar Naresh sambil melirik Alka.

"Jangan lo bikin babak belur dulu, kita gali informasi lebih lanjut. Terutama tentang kenapa dia bisa kenal sama Senja." Setelah mengucapkan itu, Alka kembali fokus menyetir. Sedangkan Naresh hanya melihat jalanan luar dari dalam mobil. 

Kini mobil Alka berhenti disebuah gedung tua. Gedung yang diberi nama Aodra. Alka dan Naresh saling pandang, kemudian keduanya tersenyum kecil menatap gedung yang ada didepannya saat ini. Aodra, sebuah gedung yang dulu dipakai untuk sekedar berkumpul dan memberantas orang-orang yang suka membuat onar. Hanya Alka, Naresh, Raga, Arjuna, dan Kenzie saja yang tau tentang gedung ini.

Gedung yang menjadi saksi bisu bagaimana kejamnya Naresh dan kawan-kawan sebelum akhirnya memilih untuk berhenti. Tak ada alasan lain, selain karena mereka sudah kelas 11 dan harus fokus untuk ke kelas 12, maka dari itu mereka memilih untuk meninggalkan kebiasaan yang sudah dilalui sejak kelas 10.

"Udah lama kita gak kesini," ucap Alka sambil melihat sekeliling gedung setelah turun dari mobil.

"Gak ada yang bawa berubah. Aodra masih sama," ucap Naresh yang ikut melihat sekeliling.

"Ayo, bawa dia ke dalam," ucap Naresh, lalu menggotong tubuh Bisma bersama Alka.

Mereka mendudukkan Bisma dikursi, lalu mengikatnya menggunakan tali yang cukup keras dan kencang hingga Bisma tak bisa kabur kemana-mana.

"Gue tau daritadi lo cuma pura-pura pingsan, bangun!" Sentak Naresh sambil mencengkram pipi Bisma.

Bisma membuka matanya, ia menatap tajam ke arah Naresh. Ingin rasanya memukul Naresh, namun tubuhnya tak dapat bergerak karena ikatan yang begitu kencang.

"Gue mau ambil si kecil," ucap Naresh sambil berjalan menuju laci yang ada di ruangan ini.

Si kecil yang dimaksud Naresh bukanlah anak-anak, melainkan pisau yang biasa ia pakai untuk menggores tubuh seseorang. Sengaja Naresh menamainya 'si kecil' karena pisau itu sangat kecil namun dapat menyakiti siapapun yang terkena goresan nya.

Naresh menggenggam pisau kecil itu ditangannya, lalu berjalan mendekati Bisma. Ia berjongkok sambil menodongkan pisau tepat didepan mata Bisma.

"Ceritain semuanya!" Perintah Naresh dengan wajah datar.

SENJALUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang