—JEANDRA DAN WAKTUNYA—
.
.
.
.
HAPPY READINGDikarenakan Jean pingsan, Jean kini telah dibawa ke UKS dan tentunya dengan ditemani oleh Reina dan Ricky. Sudah lima belas menit berlalu, namun Jean tak kunjung bangun juga.
Ricky kini tak mau berbicara satu kata pun kepada Reina. Bahkan, Reina meminta maaf saja tidak Ricky jawab. Ricky melakukan itu hanya karena ingin Reina tersadar, bahwa hal yang Reina lakukan itu seratus persen salah. Dan itu tidak baik untuk pertemanannya.
Reina menundukkan wajah sembari menahan tangisannya. Jujur ia sangat khawatir dengan keadaan Jean. Rasa bersalah mulai menyeruak masuk ke dalam hati. Ia menyesal karena sudah menjauh dari Jean tanpa sebab. Dan ia merasa bodoh lantaran tidak bisa menjawab dari hati ketika Naura meminta hal itu padanya.
Reina mulai memukul dadanya yang terasa sesak dengan terus bergumam bahwa dirinyalah sebab dari Jean yang pingsan.
"Reina bodoh!" gerutunya sembari menepuk-nepuk dadanya cukup kuat.
Tak tega melihat Reina bersikap seperti itu, Ricky menarik tangan Reina membuat Reina menoleh ke arah Ricky dengan memberikan tatapan sayu.
"Udah, jangan salahin diri kamu terus, maafin aku karena udah marah-marah dan diemin kamu tadi." Ricky membawa tubuh mungil Reina ke dalam dekapan.
Bulir-bulir air mata mulai muncul di pelupuk mata Reina. Satu detik setelahnya, Reina mulai terisak. Ia membalas dekapan Ricky dengan erat.
Ricky pun membiarkan saja Reina menangis di dalam dekapannya. Karena Ricky juga tahu betul Reina tengah menutupi sesuatu, tetapi dengan bodohnya, ia justru memarahi Reina tadi.
Ricky mengusap pelan punggung Reina mencoba untuk memberikan ketenangan pada Reina.
"Udah Rei, nanti Jean sedih kalau lihat kamu nangis," ucap Ricky.
"Aku sudah lihat, Ricky. Dan aku sedih banget lihatnya."
Reina dan Ricky sontak menoleh ke sumber suara. Melihat Jean sudah terbangun membuat Reina langsung melepaskan dekapan dan justru beralih mendekap tubuh Jeandra erat.
Jean yang merasakan itu pun hanya terkekeh pelan lantas membalas dekapan Reina.
"Jangan nangis, Rei. Ultraman ini tidak suka melihat kamu menangis, eakk."
Meskipun sedang sakit, Jean tak pernah lupa dengan candaannya itu. Dibandingkan Ricky, Reina justru tak suka jika orang yang tengah sakit bercanda seperti demikian. Lebih tepatnya, ia tak suka jika Jean berpura-pura kuat seperti itu.
Reina melepas dekapan seraya menyeka sisa air matanya sendiri. Lantas, ia memberikan senyuman tipis kepada Jean.
"Jean ... maafin aku, aku nyesel. Aku gak mau jauhin kamu," lirih Reina dengan wajah yang ia tundukkan.
Jean yang mendengar itu pun mengangguk. "Iya, aku paham kok. Tenang aja, kamu gak perlu takut Naura bakal lakuin hal jahat sama kamu, aku sudah bilang sama dia untuk ngga gangguin kamu lagi."
Reina mendongakkan wajahnya lantas menatap Jean tak menyangka. Bagaimana Jean bisa tahu jika dirinya mengikuti perkataan dari Naura? Padahal, Reina tidak pernah berkata kepada siapa pun bahkan kepada Ricky.
VOCÊ ESTÁ LENDO
Jeandra dan Waktunya
Ficção AdolescenteSUDAH TERBIT PART MASIH LENGKAP "Seiring berjalannya waktu, semua yang ada di dunia ini pasti akan pergi." Berusaha baik di setiap waktu. Berusaha bertahan di setiap garis waktu. Inilah kisah Jeandra, kisah yang memiliki banyak makna tentang waktu...