22. Hancurnya Ricky

370 55 29
                                    

—JEANDRA DAN WAKTUNYA—
.
.
.
.
HAPPY READING







Katanya, Tuhan tidak akan menguji seorang hamba di luar batas kemampuan hambanya. Tetapi sepertinya itu tidak berlaku untuk Ricky. Ricky seolah tak sanggup dengan ujian telah terjadi di dalam hidupnya. Ricky ingin menyerah atas segalanya.

Ricky menatap langit-langit kamarnya dengan air mata yang sedari tadi mengalir deras tanpa henti. Kondisi tubuh Ricky bahkan masih terbilang lemah karena sedang sakit.

Suara tangisan Ricky terdengar begitu menyakitkan membuat dua orang yang ada di balik pintu saling menatap sendu.

Karena kedua orang itu, Ricky selalu diperlakukan tak adil oleh orang tuanya. Dan karena keduanya juga, Ricky selalu dibandingkan oleh kedua orang tuanya.

Hersa Mahendra dan Jaka Mahendra. Kedua orang itu adalah kakak dari Ricky Mahendra. Anak pertama serta kedua yang terlahir di keluarga Mahendra.

Hersa menghela napas kasar lantas menatap Jaka datar. "Kita masuk ke kamar Ricky. Kejadian tadi malam gak boleh terulang lagi."

Ya, kejadian tadi malam. Di mana Ricky sudah memegang sebuah silet dan hendak menyayat pergelangan tangannya sendiri. Dari situlah Hersa tak mau jika kejadian itu akan terjadi kembali. Ia tidak mau Adiknya melakukan hal yang tidak-tidak.

Jaka mengangguk. Ia dobrak pintu kamar Ricky dengan keras. Namun, pintu itu belum juga terbuka. Akhirnya, Hersa pun ikut berpatisipasi untuk mendobrak pintu kamar Ricky.

Setelah pintu kamar Ricky berhasil dibuka. Di sana terlihat Ricky yang tengah memeluk lututnya sendiri. Keduanya lantas mendekat dan hendak membawa tubuh Ricky ke dalam dekapan. Namun, belum saja didekap, Ricky sudah menatap keduanya dengan tajam.

"Gak usah peduli sama gue! Sana keluar!" Nada berbicara Ricky bahkan jauh berbeda ketika dirinya tengah berbicara dengan kedua temannya.

"Dek, kita cum—"

"GUE BILANG PERGI YA PERGI! PUNYA TELINGA GAK SIH?! BUDEG KAH?!"

Jaka dan Hersa saling menatap. Emosi Ricky sedang tidak stabil saat ini. Tanpa ada rasa takut, Hersa mendekat ke arah adiknya lantas membawa tubuh adiknya ke dalam dekapan.

Meskipun Ricky memberontak secara terus-menerus, itu tak membuat Hersa berhenti mendekap tubuh adiknya.

"Maafin kita berdua, Dek." Hersa mengusap surai adiknya tatkala merasakan Adiknya sudah mulai tenang.

"Gue gak butuh maaf kalian!" ketus Ricky.

Jaka yang mulanya berdiri pun ikut duduk di hadapan sang adik ketika mendengar ucapan adiknya barusan.

"Dek, nanti kita bilang sama Mama dan Papa ya? Jangan sedih lagi oke?" Jaka berucap sembari mengusap pelan surai adiknya yang berwarna sedikit berwarna kuning kecoklatan.

"Gak perlu!" Ricky melepas dekapan Hersa lantas menatap wajah kedua kakaknya. "Gak usah belain gue! Nanti kalian kena marah."

"Dek ... jangan gitu," lirih Jaka.

"Keluar!" tekan Ricky.

Akhirnya, kedua kakaknya pun pasrah. Keduanya lantas bangkit dan berjalan keluar dari kamar Ricky.

Jeandra dan Waktunya  Where stories live. Discover now