15. Sebuah Curahan Hati

425 62 18
                                    

—JEANDRA DAN WAKTUNYA—
.
.
.
.
HAPPY READING



⚠️ Chapter ini agak panjang, jadi baca pelan-pelan yaa



Bisingnya suara teriakan dan candaan di kelas tak membuat Reina merasa terusik. Reina masih setia menopang dagunya seraya menatap ke arah luar jendela.

Jean yang sadar akan hal itu pun mulai berjalan mendekati. Ia usap pelan surai Reina membuat Reina menolehkan pandangan ke arah Jean.

Satu hal yang Reina suka dari Jean. Jean selalu tersenyum dengan lebar membuat dirinya terkadang terhanyut di dalam senyuman itu. Tentu, Reina membalas senyuman itu.

"Putri Reina yang cantik, lagi merasa sedih, ya?" tanya Jean.

Jean lantas duduk di hadapan Jean sembari menopang dagu juga.

Reina perlahan menggelengkan kepala.

"Aku gak papa, Jean."

"Akhh, jangan bohonggg. Aku bisa lihat dari sorot mata kamu. Mata cantik kamu, kelihatan sendu." Jean masih setia menatap Reina sembari menunjukkan senyuman manis.

Mendengar itu, Reina tersenyum tipis. Ia juga tak tahu mengapa Jean selalu menyebut matanya cantik. Entah itu spontan dari mulut Jean, atau karena hal lain. Tetapi yang pasti, Reina merasa senang akan hal itu.

"Aku juga gak tau kenapa, Jean. Aku bingung ..." Mata cantik Reina berubah menjadi sayu. Seolah ingin menitikkan air mata, namun Reina merasa malu lantaran sedang berada di kelas.

"Kita main yuk pulang sekolah? Nanti habis itu, kamu boleh cerita sedikit sama aku. Biar kamu tenang."

Reina terdiam sejenak. Ia ingin pergi bersama Jean. Namun, mengingat sang bunda masih terbaring lemah di rumah sakit, Reina jadi merasa khawatir kepada bundanya. Tetapi di samping itu semua, ia juga ingin merasakan ketenangan sejenak.

"Nanti aku izin deh sama kakak kamu, gimana?" tanya Jean lagi.

Reina akhirnya memilih untuk mengangguk menyetujui ucapan Jean itu. Setidaknya satu hari, ia ingin merasakan rasanya bermain di luar sekolah bersama Jean.

Andai saja ada Ricky di sini, mungkin saja Ricky akan Reina ajak untuk bermain bersama dirinya dan juga Jean. Namun, laki-laki itu tak masuk sekolah hari ini.

"Aku chat kakak kamu dulu ya, aku juga mau ke toilet sebentar." Jean bangkit dan langsung saja berlari keluar dari area kelas.

Reina yang melihat itu tentu terkekeh pelan.

"Jean, kamu baik."

Sesampainya di toilet, Jean berjalan menuju wastafel dan memuntahkan segala sesuatu yang ada di dalam perutnya.

Perutnya tiba-tiba saja terasa sakit membuat Jean ingin sekali marah. Mengapa Jean kerap sekali kambuh di area sekolah? Ia sungguh sangat-sangat tak menyukai itu.

Dan mengingat bahwa dirinya lupa tak membawa obat ke toilet ini, Jean kembali merasa kesal. Mengapa selalu seperti ini?

Setelah seluruh isi perut telah keluar, Jean terjatuh di lantai toilet yang dingin. Dan beruntungnya, di dalam toilet ini tak ada siapa pun. Jadi, ia tak perlu takut jika penyakitnya akan diketahui oleh orang-orang.

Jeandra dan Waktunya  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang